Главная / Pendekar / Pendekar Rajawali Dari Andalas / Глава 81 - Глава 90

Все главы Pendekar Rajawali Dari Andalas: Глава 81 - Глава 90

460

Bab 81. Sepasang Setan Bukit Geni

“Hemmm, kalian sepertinya masih bingung dengan semua yang saya sarankan tadi. Baiklah jika kalian tidak keberatan, saya tunjuk Giman sebagai kepala desa di sini. Giman yang akan mengumpulkan para penduduk dan menyampaikan tentang usulan saya itu, hidup dengan saling membantu sesama warga desa nantinya akan membuat kalian lebih nyaman dan kuat begitu pula saat panen tiba akan lebih mudah jika kalian bergotong royong saling bergantian dalam memanen di sawah yang kalian garap.” Tutur Arya memberi usulan, para petani sepertinya setuju melihat dari sikap mereka. “Ya Mas Arya, kami setuju.” Ujar semua orang yang ada di sana, Arya dan Sri Kemuning tersenyum melihat para petani itu telah memahami apa yang dikatakan tentang mendirikan sebuah desa serta setuju dengan usulan sang pendekar. Saat itu juga mereka membantu panen di sawah milik Giman yang tadinya hanya dilakukan dengan anggota keluarga atau saudara terdekatnya saja, terbukti cepat dan ringannya pekerjaan memanen padi hingga sebel
last updateПоследнее обновление : 2023-06-28
Читайте больше

Bab 82. Singo Ireng Tertantang

“Ha.. Ha.. Ha..! Rupanya kalian yang disebut-sebut oleh para petani di sini, ya? Siapa di antara kalian yang bernama Singo Ireng?” Tanya Sepasang Setan Bukit Geni dengan gelak tawanya. “Ketua kami Singo Ireng lagi tak ada di daerah ini, cepat kalian tinggalkan tempat ini sebelum Ketua kami datang dan menghajar kalian!” Hardik salah seorang lelaki yang berdiri di belakang Sepasang Setan Bukit Geni yang ternyata anak buah Singo Ireng, kembali terdengar tawa Sepasang Setan Bukit Geni. “Ha.. Ha.. Ha..! Kami datang ke sini memang bertujuan ingin bertemu dengan Ketua kalian, kami akan membuat perhitungan dengan dia. Cepat kalian katakan di mana Ketua kalian itu berada? Kalian bukanlah tandingan kami!” Ujar Sepasang Setan Bukit Geni mengejek. “Keparat...! Sombong sekali Kau! Serang..!” Seru salah seorang anak buah Singo Ireng memberi perintah menyerang pada teman-temannya. Serangan anak buah Singo Ireng hanya ditanggapi oleh Sepasang Setan Bukit Geni dengan tersenyum saat melihat par
last updateПоследнее обновление : 2023-06-29
Читайте больше

Bab 83. Memenuhi Tantangan

“Nah, sebagaimana yang telah kalian ketahui bersama. Mas Giman ini telah disepakati untuk menjadi kepala desa di sini, tentang nama desanya silahkan kalian mengusulkan langsung pada Mas Giman!” Sambung Arya mempersilahkan Giman menunggu usulan dari para warga desa. “Kami semua mengikut saja, apapun nama desa ini kami serahkan pada Mas Giman!” Seru para warga kompak, Giman dan Arya pun tersenyum mendengarnya. “Baiklah jika saudara-saudara semua mempercayakan hal itu pada saya, sebuah kehormatan besar bagi saya karena para penduduk yang mendiami kawasan pinggiran sungai Bengawan Solo ini datang dari berbagai daerah. Ada yang datang dari daerah barat, tengah dan timur tanah Jawa ini. Untuk itu bagaimana jika desa kita ini kita berinama Campur Mulyo? Campur artinya karena kita berasal dari daerah-daerah yang berbeda, sedangkan Mulyo moga saja kita selalu diberkati oleh Gusti Alloh berupa kemulyaan hidup di desa ini.” Tutur Giman memberi usulan. “Ya, kami setuju!” Seru seluruh warga
last updateПоследнее обновление : 2023-06-29
Читайте больше

Bab 84. Tewasnya Singo Ireng

“Sudahlah Singo Ireng jangan banyak bicara kau! Jika kau memang ingin berkuasa di daerah itu, kau harus terlebih dahulu mengalahkan kami di sini...!” Singo Ireng tertawa sambil melompat berhadap-hadapan dengan Sugoro Geni. “Ha.. Ha.. Ha..! Ternyata kau tak pernah berubah Sugoro Geni, sikapmu selalu saja kasar dan rakus hingga menyuruh anakmu untuk membuat kekacauan di daerah kekuasaan saya. Sekarang bersiaplah!” Seru Singo Ireng, tiba-tiba dengan cepat Sepasang Setan Bukit Geni berdiri di tengah-tengah mereka. “Ayahanda tak perlu turun tangan, biar kami yang menghadapinya.” Ujar Sepasang Setan Bukit Geni mencegah ayahnya, Sugoro Geni pun anggukan kepala lalu mundur beberapa langkah. “Serang...!” Teriak Singo Ireng, seluruh anak buahnya yang tadi menunggu di belakang bergerak menyerang, sementara Singo Ireng dan Sepasang Setan Bukit Geni menjarak mencari tempat yang cukup luas untuk bertarung. Pertempuran terjadi antara anak buah Singo Ireng dan anak buah Sugoro Geni, demikian
last updateПоследнее обновление : 2023-06-30
Читайте больше

Bab 85. Warok Suketi

Jasad-jasad anak buah Singo Ireng dilempar begitu saja oleh anak buah Sugoro Geni ke lembah Bukit Geni itu, sementara jasad Singo Ireng mereka kubur tanpa memberi tanda berupa batu nisan. Sepasang Setan Bukit Geni memilih untuk tidak beristirahat, mereka berpesta minum tuak serta memakan makanan hasil rampasan dari penduduk yang mereka jumpai. Mereka semakin merajalela dan besar kepala saat wilayah yang mereka kuasai semakin luas sejak tewasnya Singo Ireng, bahkan niat mereka untuk memperluas lagi hingga seluruh kawasan pinggiran sungai Bengawan Solo menjadi daerah kekuasaan dari Padepokan Bukit Geni. ****** Sosok yang tak kalah beringasnya adalah Warok Suketi, lelaki berbadan tegap sama halnya dengan tubuh Singo Ireng itu memiliki banyak anak buah dan punya padepokan yang telah lama juga ia dirikan di daerah lembah pinggiran sungai Bengawan Solo padepokan itu ia beri nama Padepokan Lembah Suketi. Warok Suketi juga memeras para petani yang berada tidak jauh dari padepokannya itu,
last updateПоследнее обновление : 2023-06-30
Читайте больше

Bab 86. Singgah Di Kedai Welas

“Mas Wirya sungguh-sungguh ingin menikahi saya?” Tanya Welas untuk memastikan, Wirya anggukan kepala sembari tersenyum kemudian mereka saling berpelukan kembali. Saat beberapa orang yang singgah di sana memesan kopi dan makanan, Wirya dengan senang hati membantu Welas di kedai itu bahkan mereka menyampaikan pada orang yang ada di kedai kalau mereka akan menikah. Semakin sore kedai milik Welas semakin ramai dikunjungi di samping rasa makanan dan kopi yang disuguhkan lebih enak dibandingi kedai-kedai lain yang ada dipemukiman itu, Welas juga tak pernah membuka kedainya hingga larut malam apalagi melayani laki-laki hidung belang untuk tidur bersamanya. Selama ini kedai yang ia buka dari pagi hingga senja tiba, sudah lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Sore itu pun kedai milik Welas tutup lebih awal dari biasanya, seperti yang telah mereka sepakati berdua akan melangsungkan pernikahan. Di rumah salah seorang penduduk yang selama ini dijadikan tempat menikah para
last updateПоследнее обновление : 2023-07-01
Читайте больше

Bab 87. Perkelahian Di Halaman Kedai

Suami pemilik warung nampak geram, kalau saja istrinya tidak mencegah mungkin saat itu juga bakal terjadi perkelahian antara lelaki itu dengan para anak buah Warok Suketi. Suasana kembali hening, salah seorang anak buah Warok Suketi yang sedari tadi memandang ke arah Sri Kemuning nampak berdiri dari duduknya dan dengan bersiul-siul ia menghampiri Sri Kemuning lalu duduk di sebelahnya. “Hai, cantik!” Godanya pada Sri Kemuning, sementara Sri Kemuning hanya acuh saja. Arya yang duduk di sebelah kanannya hanya senyum-senyum saja. Karena tak menyaut, anak buah Warok Suketi itu dengan santainya hendak meraba pundak Sri Kemuning. “Hup....! Plaaaaaaaaaak..!” Tangan anak buah Warok Suketi yang hendak menjamah pundak Sri Kemuning, dipelintir gadis cantik itu kemudian satu tamparan keras mendarat di pipinya. “Jangan berani kurang ajar padaku!” Hardik Sri Kemuning, anak buah Warok Suketi itu nampak meraba pipinya yang ditampar. Dari raut wajahnya terlihat lelaki itu merasakan nyeri yang te
last updateПоследнее обновление : 2023-07-01
Читайте больше

Bab 88. Ditantang Ke Padepokan

“Saat itu saya dan Dik Welas masih menjalin hubungan sebatas kekasih, tiba-tiba saja Warok Suketi berkeinginan menjadikan Dik Welas istrinya. Saya yang tak kuasa melawan karena memang tak memiliki kemampuan apa-apa menghadapi Warok Sekuti dan para anak buahnya, saya memilih pergi dari pemukiman ini dengan rasa kecewa. Saya juga tak bisa membawa lari Welas saat itu, karena dijaga ketat oleh anak buahnya. Saya baru saja memberanikan diri untuk kembali ke pemukiman ini hanya sekedar ingin melihat Welas, ternyata saya bersyukur saat kembali Dik Welas sudah tidak menjadi istri Warok Suketi lagi dan saya pun memutuskan untuk menikahinya kemarin sore.” Tutur Wirya menceritakan semuanya, Arya terlihat menganggukan kepala. “Oh begitu ceritanya, pantas saja para anak buah Warok Suketi tadi bersikap semaunya di sini karena merasa daerah ini adalah kekuasaan mereka. Ini memang tidak bisa dibiarkan berlarut-larut, kita harus melawan dan melenyapkan pengaruhnya yang tidak benar ini terhadap para
last updateПоследнее обновление : 2023-07-03
Читайте больше

Bab 89. Pertarungan Di Padepokan

“Kurang ajar..! Siapa mereka yang telah berani-beraninya mengacau daerah kekuasaanku?!” Topan menggeleng-gelengkan kepalanya. “Saya pun tidak mengetahui siapa mereka Ketua. Yang pasti para penduduk berkumpul di kedai Welas mendukung mereka untuk melawan kita, saya juga telah mengundang mereka untuk bertarung di Padepokan Lembah Suketi ini.” Tutur Topan, Warok Suketi tersenyum. “Hemmmm, bagus itu. Saya mau lihat punya nyali tidak mereka datang ke sini!” Baru saja Waro Suketi berkata, di sepanjang bibir bukit yang berada di depan mereka tampak datang ratusan orang memenuhi perbukitan itu dan bersiap untuk turun ke lembah menyerang mereka. “Kalian tetap di sini saja! Biar saya dan Sri Kemuning yang turun!” Seru Arya, para penduduk pun mematuhi apa yang disarankan sang pendekar. Dengan tidak menunggu lama dan hanya sekali berkelebat saja Arya dan Sri Kemuning sudah tiba di lembah, mereka langsung dihadang puluhan anak buah Warok Suketi dan terjadilah perkelahian. Hanya beberapa g
last updateПоследнее обновление : 2023-07-03
Читайте больше

Bab 90. Tewasnya Warok Suketi

“Blaaaaaaaam...! Blaaaaaaaar..!” Rantai besi di tangan Warok Suketi pun terlepas, tubuhnya terhuyung-huyung beberapa langkah ke belakang. Arya melesat ke udara lalu dengan telapak tangannya yang telah dialiri ajian Rajawali Mematuk Mangsa, ia melesat mengejar tubuh Warok Suketi yang terhuyung-huyung itu. “Kraaaaaaaaaaak.....! Braaaaaaaaaaak...! Bruuuuuuuuuk..!” Tubuh Warok Suketi mencelat berputar-putar di udara, saat telapak tangan Arya yang telah dialiri ajian Rajawali Mematuk Mangsa mengucup telak mendarat di rahangnya. Tubuh Warok Suketi yang mencelat berputar-putar di udara itu kemudian jatuh ke tanah, rahang hingga seluruh bagian kepalanya hancur dan tak bernyawa lagi. “Horeeeeeeeeeee....!” Sorak-sorai riuh para penduduk yang saat itu telah memenuhi lembah tempat Padepokan yang didirikan Warok Suketi, mereka bersuka cita karena ikut merasa memenangkan pertempuran melawan gerombolan yang selama ini menekan dan memeras kehidupan mereka. Gumpalan asap hitam masih tampak dari
last updateПоследнее обновление : 2023-07-04
Читайте больше
Предыдущий
1
...
7891011
...
46
DMCA.com Protection Status