Semua Bab Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius: Bab 801 - Bab 810

2726 Bab

Bab 801

Sudah waktunya meninggalkan ibu kota! Setelah menyiapkan segala sesuatunya, Wira naik ke balon udara, lalu menyalakan bahan bakar dengan obor. "Pangeran Yahya, tolong sampaikan pada Yang Mulia kalau saya pergi dulu," ujar Wira sambil tersenyum tipis.Yahya berkata dengan nada bingung, "Pergi? Tuan, tapi kamu nggak akan bisa berjalan keluar dari sini!" Dia tidak mengerti mengapa Wira berkata akan pergi setelah menyalakan api di benda di depannya."Saya tidak berjalan, tapi terbang ...," sahut Wira sambil terkekeh-kekeh. Kemudian, wajahnya kian antusias saat melihat gas dari api yang berkobar perlahan membuat kain terpal itu mengembang."Terbang? Maksudmu ... benda ini bisa terbang?" tanya Yahya. Dia sama sekali tidak percaya. Mana mungkin benda ini bisa terbang?"Pangeran memang pintar. Ya, benda ini bisa terbang, Pangeran lihat saja nanti," jawab Wira sambil melengkungkan senyum.Proses pembakaran bahan bakar menghasilkan udara panas yang naik ke atas kain terpal besar. Kemudian, balon
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-29
Baca selengkapnya

Bab 802

Wira berdiri di atas balon udara dengan hati riang. Pasti tidak ada yang menyangka bahwa dirinya bisa melarikan diri. Sekarang, meskipun mereka murka karena menyadari dirinya kabur, mereka pun tidak bisa berbuat apa-apa.Wira memandang sekeliling sambil menghela napas. Dia tampak sangat menikmati pemandangan indah di atas langit. Dia mengendalikan balon udara menuju ke arah Dusun Darmadi.Namun, angin kencang tiba-tiba menerpa dari kejauhan. Balon udara seketika kehilangan kendali dan menyimpang ke arah barat. Wira bahkan tidak bisa berdiri dengan stabil. Dia segera meraih pegangan di balon udara supaya dirinya jatuh. Namun, arah balon udara telah menyimpang jauh. Tidak ada cara untuk kembali lagi.Setelah beberapa waktu berlalu, balon udara itu perlahan mendarat di sebuah gunung terpencil yang tandus. Wira melompat keluar dan menyusuri jalan setapak menuju kota kecil di kaki gunung.Wira pergi tanpa membawa sepeser uang pun. Dia membutuhkan uang dalam perjalanan ini, tetapi selain sen
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-29
Baca selengkapnya

Bab 803

Wanita tua itu menatap Bimo dengan emosi, lalu berseru dengan sosok yang gemetaran, "Cepat kembalikan barang curianmu!"Bimo mengerucutkan bibirnya. Setelah ragu-ragu sejenak, dia tetap menyerahkan barang-barang tersebut kepada Wira. Wanita tua itu berjalan mendekati Wira, lalu berkata dengan sopan, "Mohon maaf, Tuan. Tolong jangan menyalahkan Bimo. Dia mencuri uang karena terpaksa oleh keadaan ...."Wira menerima barang-barang yang memang miliknya itu, lalu menatap Bimo dengan ekspresi serius dan berkata dengan tegas, "Kalau nggak punya uang, kamu bisa mengandalkan kemampuan sendiri untuk menghasilkan uang. Apa kamu nggak merasa malu dengan mencuri? Kamu bisa mencuri sekali, tapi nggak akan bisa mencuri selamanya!"Bimo tidak berkata apa-apa. Sebaliknya, dia berbalik dan berlari masuk ke dalam rumah. Saat ini, wanita tua itu menatap ke arah Wira dengan perasaan bersalah. Kemudian, dia berkata, "Tuan, mohon maaf sekali. Silakan masuk untuk minum teh dulu, anggap saja sebagai penebusan
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-29
Baca selengkapnya

Bab 804

Bimo terlihat sangat gembira. Dia segera menghabiskan bakso sapi yang diberikan oleh Wira, bahkan menjilat sisa-sisa kuah bakso sapi yang menetes di jari-jarinya."Bagaimana? Rasanya enak, 'kan?" tanya Wira sambil tersenyum."Sangat enak!" jawab Bimo sambil bertepuk tangan. Kemudian, dia berkata dengan sangat bersemangat, "Kalau kita jual ini di pasar, pasti ada banyak orang yang akan membelinya!"Bimo yang tadinya skeptis tentang bisnis ini, kini terlihat penuh semangat. Dia sudah tidak sabar untuk meraup keuntungan besar dengan hasil usahanya sendiri.Bimo menutup bakso sapi menggunakan kain kukus dengan hati-hati, lalu berjalan ke pasar yang ada di kota dengan Wira. Keduanya memilih tempat yang ramai. Setelah menemukan area kosong, mereka pun mulai berjualan. Bimo sering mondar-mandir di pasar sehingga sudah terbiasa dengan sorakan para pedagang. Dia mulai meniru mereka untuk bersorak dan menjual bakso."Semuanya, mari dilihat-lihat dulu. Bakso kencing sapi ini baru saja matang, ras
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-29
Baca selengkapnya

Bab 805

Wajah Bimo dipenuhi dengan ekspresi gembira. Dia menyerahkan semua uang yang didapatkannya kepada Wira dengan sangat bersemangat, lalu berkata sambil tersenyum, "Kak Wira, kamu sungguh luar biasa. Uang ini untukmu!"Namun, Wira tidak menerima uang tersebut. Sebaliknya, dia malah berkata sambil tersenyum pelan, "Gunakan uang ini untuk membeli lebih banyak daging sapi dan membuat lebih banyak bakso sapi."Bimo amat terkejut saat mendengar ini. Dia sontak bertanya, "Apa kamu benar-benar ingin menggunakan semua uang yang kita hasilkan untuk membeli lebih banyak daging sapi? Tapi, ini adalah 100 ribu gabak ....""Tentu saja, kita selalu ingin mendapatkan lebih banyak uang, bukan?" tanya Wira sambil tersenyum. Setelah itu, dia mendesak Bimo dengan berkata "Sana pergi beli. Besok, kita akan kembali ke sini dan menjual lebih banyak bakso sapi. Hari ini, kita sudah berhasil mempromosikan dan menjual semuanya. Besok, pasti akan ada lebih banyak orang yang datang untuk membeli bakso sapi."Meliha
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-29
Baca selengkapnya

Bab 806

"Kalian nggak punya cap resmi pemerintah, jadi berdagang di sini sama saja dengan melanggar aturan," jelas petugas pengadilan dengan serius. Dia menatap tajam ke arah Wira dan mengancam dengan nada dingin, "Kalau nggak segera pergi, aku akan menangkap kalian!"Ketika mendengar ini, ekspresi Wira pun tampak makin suram. Dia menunjuk para pedagang kecil lainnya di sekeliling dan bertanya dengan nada yang tajam, "Bagaimana dengan mereka? Kenapa mereka bisa berdagang di sini tanpa cap resmi pemerintah?"Sikap Wira sangat dingin sekarang. Kemudian, dia menimpali dengan nada serius, "Aku belum pernah mendengar bahwa berdagang memerlukan persetujuan resmi pemerintah. Kalian jelas-jelas sedang menargetkan kami."Petugas pengadilan itu murka, lalu menunjuk ke arah Wira dan berseru, "Kurang ajar! Beraninya kamu berbicara dengan cara seperti itu kepada kami? Sungguh keterlaluan, tangkap mereka berdua!" Petugas pengadilan itu melambaikan tangan, lalu beberapa orang di belakangnya segera menangkap
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-29
Baca selengkapnya

Bab 807

Penasihat itu makin bersemangat ketika memikirkan hal tersebut. Jika mampu membuktikan adanya masalah antara kedua orang ini, dia dapat memanfaatkan kesempatan ini untuk menjatuhkan pemimpin kabupaten. Pada akhirnya, posisi pemimpin kabupaten akan menjadi miliknya.Tatapan penasihat itu berbinar-binar, tetapi dia segera menenangkan dirinya. Setelah itu, dia menunjukkan ekspresi tegas dan berbicara dengan nada serius, "Tuan, orang ini memang pengkhianat negara. Bagaimanapun juga, kita harus menangkapnya. Kalau nggak, jika dia lolos dari tangan kita, Raja Bakir mungkin akan menyalahkan kita!"Begitu mendengar perkataannya, pemimpin kabupaten itu mengetuk meja dengan palu pengadilan yang ada di atas meja, lalu berkata dengan serius, "Omong kosong apa yang kamu bicarakan? Tuan Wahyudi sudah berjuang untuk menjaga kejayaan dan kedamaian Kerajaan Nuala. Dia sudah mengatasi pemberontakan di perbatasan!"Pemimpin kabupaten menimpali, "Dia menjaga keamanan dan kesejahteraan rakyat, serta wilaya
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-29
Baca selengkapnya

Bab 808

Di dalam kediaman, Karno telah menyediakan hidangan lezat di ruang kerja dan duduk berhadapan dengan Wira. Sorot matanya penuh dengan penghormatan saat memandang Wira. Rasa gembiranya sulit disembunyikan.Karno tahu jelas tentang semua prestasi Wira. Karno merupakan murid dari Putro. Meskipun tidak selalu berada di samping gurunya, mereka tetap berkomunikasi melalui surat. Bukan hanya itu, Karno juga merupakan anggota dari Asosiasi Perdamaian sehingga tentu mengetahui semua ini."Tuan Wahyudi, silakan!" ucap Karno dengan hormat.Wira sama sekali tidak bersikap sungkan. Hanya saja, masih ada keraguan dalam tatapannya. Dia tidak tahu siapa sebenarnya Karno dan merasa heran kenapa orang ini sangat menghormatinya, padahal mereka tidak saling mengenal. Apakah dia hanya seorang pejabat kecil yang jujur dan berpendirian teguh?Wira akhirnya bertanya karena sangat penasaran, "Tuan Karno, ini adalah pertemuan pertama kita. Kenapa kamu ... memperlakukanku dengan begitu baik?" Jika tidak bertanya
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-29
Baca selengkapnya

Bab 809

"Ya," sahut Wira. Dia tidak tahu harus bagaimana menjelaskannya. Mana mungkin dia mengatakan bahwa dirinya berasal dari dunia lain dan menguasai teknologi dari dunia itu?"Lu ... luar biasa! Tuan Wahyudi, guru bilang kalau kamu adalah genius langka. Ucapan guru benar-benar tepat!" puji Karno dengan tatapan kagum. Kemudian, dia melanjutkan dengan cemas, "Tapi ... apa Yang Mulia nggak akan menangkapmu kembali?"Wira berujar sambil tersenyum, "Nggak akan!"Karno masih bingung, apa alasan Wira begitu percaya diri? Menurut logika, Raja Bakir pasti akan membawanya kembali. Dia lantas menangkupkan tinjunya pada Wira dan berkata, "Tuan Wahyudi, bolehkah kamu jelaskan lebih jauh?"Wira berpikir sejenak sebelum menjawab, "Sebenarnya simpel saja. Aku nggak bersalah, jadi kenapa dia harus menangkapku?""Tapi ... bukannya kamu dinobatkan menjadi Raja Uttar? Di mata semua orang, kamu sudah mengkhianati Kerajaan Nuala!" ujar Karno.Wira mengangguk dan berkata, "Ya, tapi itu nggak berarti aku pantas m
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-29
Baca selengkapnya

Bab 810

Wira hanya tersenyum, lalu dia menatap Karno dan berkata, "Sudah, kita bahas yang lainnya dulu. Tuan Karno, tindakanmu membelaku kemungkinan akan sampai ke telinga istana. Gimana kalau orang-orang itu datang menjahatimu?"Karno tiba-tiba tertawa. "Apa yang perlu ditakutkan dari kematian? Bisa mati untuk orang seperti Tuan Wahyudi adalah suatu kehormatan! Selain itu, nggak bakal ada yang akan membocorkan hal ini," ujarnya.Wira merasa lega mendengarnya. Setelah itu, dia teringat pada pengemis kecil itu dan berkata, "Pengemis kecil itu nggak bersalah, bisakah kamu membantunya? Kalau bisnisnya nggak berjalan, kakeknya nggak bisa minum obat.""Tenanglah, aku sudah meminta seseorang untuk melepaskan pengemis kecil itu," sahut Karno sambil tersenyum. Dia sudah pasti akan membantu Wira dalam hal ini.Wira dan Karno minum-minum sampai pagi. Kini, Karno makin mengagumi wawasan dan bakat Wira. Dia akhirnya tahu mengapa Putro sangat menghormati pria itu. Awalnya, Karno sedikit terkejut dan bingun
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-29
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
7980818283
...
273
DMCA.com Protection Status