Share

Bab 801

Penulis: Arif
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
Sudah waktunya meninggalkan ibu kota! Setelah menyiapkan segala sesuatunya, Wira naik ke balon udara, lalu menyalakan bahan bakar dengan obor. "Pangeran Yahya, tolong sampaikan pada Yang Mulia kalau saya pergi dulu," ujar Wira sambil tersenyum tipis.

Yahya berkata dengan nada bingung, "Pergi? Tuan, tapi kamu nggak akan bisa berjalan keluar dari sini!" Dia tidak mengerti mengapa Wira berkata akan pergi setelah menyalakan api di benda di depannya.

"Saya tidak berjalan, tapi terbang ...," sahut Wira sambil terkekeh-kekeh. Kemudian, wajahnya kian antusias saat melihat gas dari api yang berkobar perlahan membuat kain terpal itu mengembang.

"Terbang? Maksudmu ... benda ini bisa terbang?" tanya Yahya. Dia sama sekali tidak percaya. Mana mungkin benda ini bisa terbang?

"Pangeran memang pintar. Ya, benda ini bisa terbang, Pangeran lihat saja nanti," jawab Wira sambil melengkungkan senyum.

Proses pembakaran bahan bakar menghasilkan udara panas yang naik ke atas kain terpal besar. Kemudian, balon
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 802

    Wira berdiri di atas balon udara dengan hati riang. Pasti tidak ada yang menyangka bahwa dirinya bisa melarikan diri. Sekarang, meskipun mereka murka karena menyadari dirinya kabur, mereka pun tidak bisa berbuat apa-apa.Wira memandang sekeliling sambil menghela napas. Dia tampak sangat menikmati pemandangan indah di atas langit. Dia mengendalikan balon udara menuju ke arah Dusun Darmadi.Namun, angin kencang tiba-tiba menerpa dari kejauhan. Balon udara seketika kehilangan kendali dan menyimpang ke arah barat. Wira bahkan tidak bisa berdiri dengan stabil. Dia segera meraih pegangan di balon udara supaya dirinya jatuh. Namun, arah balon udara telah menyimpang jauh. Tidak ada cara untuk kembali lagi.Setelah beberapa waktu berlalu, balon udara itu perlahan mendarat di sebuah gunung terpencil yang tandus. Wira melompat keluar dan menyusuri jalan setapak menuju kota kecil di kaki gunung.Wira pergi tanpa membawa sepeser uang pun. Dia membutuhkan uang dalam perjalanan ini, tetapi selain sen

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 803

    Wanita tua itu menatap Bimo dengan emosi, lalu berseru dengan sosok yang gemetaran, "Cepat kembalikan barang curianmu!"Bimo mengerucutkan bibirnya. Setelah ragu-ragu sejenak, dia tetap menyerahkan barang-barang tersebut kepada Wira. Wanita tua itu berjalan mendekati Wira, lalu berkata dengan sopan, "Mohon maaf, Tuan. Tolong jangan menyalahkan Bimo. Dia mencuri uang karena terpaksa oleh keadaan ...."Wira menerima barang-barang yang memang miliknya itu, lalu menatap Bimo dengan ekspresi serius dan berkata dengan tegas, "Kalau nggak punya uang, kamu bisa mengandalkan kemampuan sendiri untuk menghasilkan uang. Apa kamu nggak merasa malu dengan mencuri? Kamu bisa mencuri sekali, tapi nggak akan bisa mencuri selamanya!"Bimo tidak berkata apa-apa. Sebaliknya, dia berbalik dan berlari masuk ke dalam rumah. Saat ini, wanita tua itu menatap ke arah Wira dengan perasaan bersalah. Kemudian, dia berkata, "Tuan, mohon maaf sekali. Silakan masuk untuk minum teh dulu, anggap saja sebagai penebusan

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 804

    Bimo terlihat sangat gembira. Dia segera menghabiskan bakso sapi yang diberikan oleh Wira, bahkan menjilat sisa-sisa kuah bakso sapi yang menetes di jari-jarinya."Bagaimana? Rasanya enak, 'kan?" tanya Wira sambil tersenyum."Sangat enak!" jawab Bimo sambil bertepuk tangan. Kemudian, dia berkata dengan sangat bersemangat, "Kalau kita jual ini di pasar, pasti ada banyak orang yang akan membelinya!"Bimo yang tadinya skeptis tentang bisnis ini, kini terlihat penuh semangat. Dia sudah tidak sabar untuk meraup keuntungan besar dengan hasil usahanya sendiri.Bimo menutup bakso sapi menggunakan kain kukus dengan hati-hati, lalu berjalan ke pasar yang ada di kota dengan Wira. Keduanya memilih tempat yang ramai. Setelah menemukan area kosong, mereka pun mulai berjualan. Bimo sering mondar-mandir di pasar sehingga sudah terbiasa dengan sorakan para pedagang. Dia mulai meniru mereka untuk bersorak dan menjual bakso."Semuanya, mari dilihat-lihat dulu. Bakso kencing sapi ini baru saja matang, ras

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 805

    Wajah Bimo dipenuhi dengan ekspresi gembira. Dia menyerahkan semua uang yang didapatkannya kepada Wira dengan sangat bersemangat, lalu berkata sambil tersenyum, "Kak Wira, kamu sungguh luar biasa. Uang ini untukmu!"Namun, Wira tidak menerima uang tersebut. Sebaliknya, dia malah berkata sambil tersenyum pelan, "Gunakan uang ini untuk membeli lebih banyak daging sapi dan membuat lebih banyak bakso sapi."Bimo amat terkejut saat mendengar ini. Dia sontak bertanya, "Apa kamu benar-benar ingin menggunakan semua uang yang kita hasilkan untuk membeli lebih banyak daging sapi? Tapi, ini adalah 100 ribu gabak ....""Tentu saja, kita selalu ingin mendapatkan lebih banyak uang, bukan?" tanya Wira sambil tersenyum. Setelah itu, dia mendesak Bimo dengan berkata "Sana pergi beli. Besok, kita akan kembali ke sini dan menjual lebih banyak bakso sapi. Hari ini, kita sudah berhasil mempromosikan dan menjual semuanya. Besok, pasti akan ada lebih banyak orang yang datang untuk membeli bakso sapi."Meliha

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 806

    "Kalian nggak punya cap resmi pemerintah, jadi berdagang di sini sama saja dengan melanggar aturan," jelas petugas pengadilan dengan serius. Dia menatap tajam ke arah Wira dan mengancam dengan nada dingin, "Kalau nggak segera pergi, aku akan menangkap kalian!"Ketika mendengar ini, ekspresi Wira pun tampak makin suram. Dia menunjuk para pedagang kecil lainnya di sekeliling dan bertanya dengan nada yang tajam, "Bagaimana dengan mereka? Kenapa mereka bisa berdagang di sini tanpa cap resmi pemerintah?"Sikap Wira sangat dingin sekarang. Kemudian, dia menimpali dengan nada serius, "Aku belum pernah mendengar bahwa berdagang memerlukan persetujuan resmi pemerintah. Kalian jelas-jelas sedang menargetkan kami."Petugas pengadilan itu murka, lalu menunjuk ke arah Wira dan berseru, "Kurang ajar! Beraninya kamu berbicara dengan cara seperti itu kepada kami? Sungguh keterlaluan, tangkap mereka berdua!" Petugas pengadilan itu melambaikan tangan, lalu beberapa orang di belakangnya segera menangkap

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 807

    Penasihat itu makin bersemangat ketika memikirkan hal tersebut. Jika mampu membuktikan adanya masalah antara kedua orang ini, dia dapat memanfaatkan kesempatan ini untuk menjatuhkan pemimpin kabupaten. Pada akhirnya, posisi pemimpin kabupaten akan menjadi miliknya.Tatapan penasihat itu berbinar-binar, tetapi dia segera menenangkan dirinya. Setelah itu, dia menunjukkan ekspresi tegas dan berbicara dengan nada serius, "Tuan, orang ini memang pengkhianat negara. Bagaimanapun juga, kita harus menangkapnya. Kalau nggak, jika dia lolos dari tangan kita, Raja Bakir mungkin akan menyalahkan kita!"Begitu mendengar perkataannya, pemimpin kabupaten itu mengetuk meja dengan palu pengadilan yang ada di atas meja, lalu berkata dengan serius, "Omong kosong apa yang kamu bicarakan? Tuan Wahyudi sudah berjuang untuk menjaga kejayaan dan kedamaian Kerajaan Nuala. Dia sudah mengatasi pemberontakan di perbatasan!"Pemimpin kabupaten menimpali, "Dia menjaga keamanan dan kesejahteraan rakyat, serta wilaya

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 808

    Di dalam kediaman, Karno telah menyediakan hidangan lezat di ruang kerja dan duduk berhadapan dengan Wira. Sorot matanya penuh dengan penghormatan saat memandang Wira. Rasa gembiranya sulit disembunyikan.Karno tahu jelas tentang semua prestasi Wira. Karno merupakan murid dari Putro. Meskipun tidak selalu berada di samping gurunya, mereka tetap berkomunikasi melalui surat. Bukan hanya itu, Karno juga merupakan anggota dari Asosiasi Perdamaian sehingga tentu mengetahui semua ini."Tuan Wahyudi, silakan!" ucap Karno dengan hormat.Wira sama sekali tidak bersikap sungkan. Hanya saja, masih ada keraguan dalam tatapannya. Dia tidak tahu siapa sebenarnya Karno dan merasa heran kenapa orang ini sangat menghormatinya, padahal mereka tidak saling mengenal. Apakah dia hanya seorang pejabat kecil yang jujur dan berpendirian teguh?Wira akhirnya bertanya karena sangat penasaran, "Tuan Karno, ini adalah pertemuan pertama kita. Kenapa kamu ... memperlakukanku dengan begitu baik?" Jika tidak bertanya

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 809

    "Ya," sahut Wira. Dia tidak tahu harus bagaimana menjelaskannya. Mana mungkin dia mengatakan bahwa dirinya berasal dari dunia lain dan menguasai teknologi dari dunia itu?"Lu ... luar biasa! Tuan Wahyudi, guru bilang kalau kamu adalah genius langka. Ucapan guru benar-benar tepat!" puji Karno dengan tatapan kagum. Kemudian, dia melanjutkan dengan cemas, "Tapi ... apa Yang Mulia nggak akan menangkapmu kembali?"Wira berujar sambil tersenyum, "Nggak akan!"Karno masih bingung, apa alasan Wira begitu percaya diri? Menurut logika, Raja Bakir pasti akan membawanya kembali. Dia lantas menangkupkan tinjunya pada Wira dan berkata, "Tuan Wahyudi, bolehkah kamu jelaskan lebih jauh?"Wira berpikir sejenak sebelum menjawab, "Sebenarnya simpel saja. Aku nggak bersalah, jadi kenapa dia harus menangkapku?""Tapi ... bukannya kamu dinobatkan menjadi Raja Uttar? Di mata semua orang, kamu sudah mengkhianati Kerajaan Nuala!" ujar Karno.Wira mengangguk dan berkata, "Ya, tapi itu nggak berarti aku pantas m

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29

Bab terbaru

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2726

    Shafa juga buru-buru menyatakan sikapnya. Dia memang cerdas. Di zaman sekarang, jika ingin memiliki pijakan yang kokoh, seseorang tentu harus memiliki nilai pada diri sendiri. Mereka tidak mungkin terus mengandalkan Wira seumur hidup.Pada akhirnya, orang yang paling bisa diandalkan hanya diri sendiri. Jika terus mengandalkan Wira, mungkin suatu saat Wira akan merasa illfeel pada mereka. Hasilnya pun akan menjadi sangat buruk.Wira tidak melontarkan sepatah kata pun sejak tadi. Jika ingin membujuk Doddy, semua tergantung kemampuan Shafa.Doddy menggosok telapak tangannya sambil tertawa dengan canggung. Kemudian, dia menggeleng dan berkata, "Kamu mungkin nggak tahu aku nggak tertarik pada wanita. Orang-orang yang mengurusku juga para prajuritku. Aku nggak suka wanita masuk ke kamarku. Aku nggak suka aroma di tubuh mereka."Shafa tak kuasa termangu. Dia tahu Wira punya beberapa istri. Wajar juga jika pria punya banyak istri. Sementara itu, Doddy yang terkenal dan memegang kekuasaan milit

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2725

    Di dalam kereta kuda. Melihat ekspresi Kaffa dan Shafa yang sangat waspada, Wira tersenyum dan bertanya, "Kenapa kalian berdua nggak berbicara?"Setelah ragu sejenak, Kaffa berkata dengan pelan, "Kak Wira, aku baru tahu identitasmu, aku tentu saja nggak berani berbicara sembarangan di depanmu. Kalau aku salah bicara, kemungkinan besar akan ...."Sebelum Kaffa selesai berbicara, Shafa segera mendorong lengannya. Mendapat isyarat itu, dia pun segera menghentikan kata-katanya.Wira menggelengkan kepala dan berkata sambil tersenyum, "Shafa, aku tahu kepribadian kakakmu, jadi aku nggak akan menyalahkan kalian. Meskipun dia salah bicara, apa masalahnya? Bukankah aku tetap menganggap kalian sebagai teman? Kalau nggak, aku nggak akan membiarkan kalian duduk di kereta kudaku."Danu berkata dengan nada ramah, "Benar. Kakakku sudah menganggap kalian berdua sebagai teman, jadi kalian perlu begitu formal di depan kakakku. Kalau nggak, berarti kalian meremehkan kakakku dan kakakku akan marah."Setel

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2724

    Orang lain mungkin tidak akan berani mendambakan hal ini seumur hidupnya."Oh ya. Sejak kapan kamu tahu identitas Kak Wira?" tanya Kaffa lagi karena dia sama sekali tidak mendapatkan petunjuk apa pun. Bahkan saat menerima liontin giok dan melihat ekspresi Danu, dia juga tidak berani membayangkan Kak Wira di depannya adalah Wira yang terkenal itu. Ini benar-benar seperti dongeng yang tidak mungkin terjadi, tetapi kenyataannya memang begitu.Shafa perlahan-lahan berkata, "Sebenarnya aku juga baru mengetahui semuanya beberapa waktu yang lalu. Dia meminta kita memanggilnya Kak Wira, ditambah lagi senjata rahasianya itu, dan sikapnya dalam bertindak, semua itu sudah cukup bagiku untuk menebak identitasnya.""Lagi pula, senjata rahasia yang bernama pistol itu hanya Kak Wira yang punya di seluruh dunia ini, orang lain nggak punya senjata rahasia seperti itu. Kalau dia bisa membawa pistol itu, mana mungkin dia orang lain lagi."Shafa termasuk orang yang berpengetahuan luas, dia tentu saja bisa

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2723

    Setelah semuanya sudah diatur dengan baik dan hampir sampai di depan pintu penjara bawah tanah, Wira memberikan instruksi pada Danu, "Oh ya. Jangan memberi tahu terlalu banyak orang tentang kepulanganku kali ini, terutama Tuan Osmaro."Jika ingin kembali secara terang-terangan, Wira tentu saja tidak akan menggunakan cara seperti ini. Dia juga akan membiarkan anggota jaringan mata-mata melindunginya di sepanjang perjalanan, sehingga tidak akan terjadi begitu banyak kejadian seperti ini. Namun, dia memiliki pertimbangannya sendiri dan memilih lebih baik tidak mengungkapkan kepulangannya agar tidak memicu masalah."Semuanya sesuai dengan pengaturan Kakak," jawab Danu sambil menganggukkan kepala dengan tegas. Selama ini, dia selalu memegang prinsip yaitu selalu patuh pada Wira tanpa syarat. Meskipun Wira memerintahnya untuk mati, dia juga tidak akan ragu sedikit pun. Beginilah ikatan persaudaraan mereka."Aku nggak menyangka orang yang membantu kita adalah Wira yang terkenal itu. Pantas sa

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2722

    Setelah melihat Wira yang duduk di dalam sel, Danu merasa hatinya sakit dan berteriak, "Cepat buka pintu sel ini! Kalian benar-benar berani sekali. Bahkan kakakku juga kalian berani tangkap?"Bukan hanya Adianto yang langsung tercengang begitu mendengar perkataan itu, semua orang yang berada di sana juga begitu. Danu adalah jenderal yang terkenal dan berkuasa. Di seluruh Provinsi Lowala, tidak ada yang bisa menandinginya dan bahkan tidak ada yang berani mengganggunya. Orang yang dipanggilnya kakak tentu saja adalah Wira.Adianto tidak berani percaya dengan apa yang didengarnya, tetapi kenyataannya sudah ada di depan matanya. Setelah menelan ludah, dia segera membuka pintu sel dan inisiatif masuk ke dalamnya. Dia hanya menundukkan kepala karena tidak berani menatap Wira dan berkata, "Tuan, sebelumnya aku nggak tahu apa-apa dan sudah menyinggungmu.""Aku mohon Tuan bisa memaafkanku, jangan menghukumku. Aku nggak akan mengulanginya lagi kelak."Pada saat ini, Adianto benar-benar ketakutan

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2721

    "Menurutku, ini ide yang bagus. Kalau begitu, kita lakukan sesuai keinginanmu. Aku akan pergi memberi tahu rekan-rekanku di luar biar mereka membantuku memberi pelajaran pada anak ini. Sejujurnya, aku juga kesal dengan anak ini," kata Adianto sambil tersenyum sinis, lalu bersiap pergi bersama Ruben.Adianto memang tidak bisa langsung memutuskan semua hal yang ada di penjara bawah tanah, dia tetap harus melaporkannya pada atasannya. Namun, jabatannya lebih tinggi daripada orang-orang yang ada di sana. Jika kerabatnya ingin masuk ke kota, semua juga pasti akan melewatinya. Oleh karena itu, dia tentu saja memiliki pengaruh tertentu.Namun, saat baru saja berbalik, Adianto dan Ruben melihat ada sekelompok orang mendekat. Terutama saat melihat orang yang berdiri di paling depan, Adianto langsung tertegun dan tidak tahu harus berbuat apa."Saudaraku, ada apa?" tanya Ruben dengan ekspresi bingung."Aku nggak salah lihat, 'kan? Kenapa Jenderal Danu tiba-tiba datang ke penjara bawah tanah? Buka

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2720

    "Aku mengerti. Melihat situasinya nggak beres, jadi kakakmu langsung pergi, 'kan? Orang bilang suami istri yang selalu bersama pun akan berpisah saat menghadapi bahaya, ternyata kakak adik pun seperti ini," sindir Sahim.Shafa malah tidak berbicara dan menjelaskan apa pun juga. Dia sebenarnya sudah menyadarinya saat tadi Wira berbicara dengan Kaffa. Wira bisa duduk di sini dengan begitu tenang pasti karena sudah memberikan tugas pada Kaffa. Kalau begitu, mengapa dia harus khawatir?Selain itu, Shafa tahu betul kebaikan kakaknya terhadapnya melebihi siapa pun. Oleh karena itu, dia merasa tidak perlu menjelaskan apa pun pada orang lain."Tutup mulutmu," kata Wira dengan kesal.Sahim langsung tidak berani berbicara lagi.Tepat pada saat itu, Ruben dan Adianto datang dan langsung berdiri di depan pintu sel."Sekarang kamu sudah tahu kekuatanku, 'kan? Tadi aku sebenarnya nggak ingin menyusahkan kalian dan menyuruh kalian cepat pergi, tapi kalian nggak mau dengar. Kalian malah mengusir para

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2719

    Kaffa menyadari liontin giok ini memang berguna. Setelah mendengar perkataan Danu, dia tidak ragu-ragu dan langsung berkata, "Tuan Wira yang memberiku liontin giok ini sudah ditangkap kepala penjaga gerbang kota ke penjara bawah tanah. Jenderal Danu, cepat selamatkan dia."Kepala penjaga gerbang kota memang memiliki kekuasaan, tetapi kekuasaan itu masih kalah jauh jika dibandingkan dengan Danu. Kaffa merasa lebih yakin lagi, kali ini Wira dan adiknya pasti akan selamat.Swish.Mendengar perkataan Kaffa, ekspresi Danu langsung menjadi sangat muram dan napasnya pun menjadi terengah-engah. "Mereka berani menangkap kakakku? Benar-benar nggak tahu diri!"Setelah memaki sebentar, Danu langsung melambaikan tangan pada kedua penjaga di belakangnya. "Segera kumpulkan orang dan ikut aku ke penjara bawah tanah!"Tak lama kemudian, semua orang sudah siap dan berangkat menuju penjara bawah tanah.Kaffa juga segera mengikuti mereka. Dia ingin menyelamatkan adiknya dengan tangannya sendiri dan berter

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2718

    Selama tetap mengikuti Wira, Kaffa yakin kehidupannya dan adiknya akan terjamin."Kenapa masih belum pergi? Kamu kira kami sedang bercanda denganmu?" kata penjaga yang tadi berbicara itu dengan kesal. Jika bukan karena Danu sudah memerintahkan untuk harus bersikap rendah hati dan sopan pada orang-orang, mereka sudah memukul Kaffa dengan tongkat. Jelas Kaffa ini hanya seorang pengemis pun berani datang menemui Danu, sungguh tidak tahu diri.Kaffa kembali berkata, "Kalau kalian nggak mengizinkan aku bertemu dengan Jenderal Danu, nggak masalah. Tapi, tolong serahkan benda ini pada Jenderal Danu. Kalau Jenderal Danu ingin bertemu denganku setelah melihat benda ini, kalian baru bawa aku masuk. Bagaimana? Tapi, kalau Jenderal Danu nggak ingin bertemu denganku, aku nggak akan tinggal di sini lagi. Bagaimana menurut kalian?"Meskipun para penjaga itu tidak mengizinkannya masuk, Kaffa merasa dia tetap harus menunjukkan benda ini pada Danu. Dia juga tidak tahu apakah benda ini berguna atau tidak

DMCA.com Protection Status