Sudah waktunya meninggalkan ibu kota! Setelah menyiapkan segala sesuatunya, Wira naik ke balon udara, lalu menyalakan bahan bakar dengan obor. "Pangeran Yahya, tolong sampaikan pada Yang Mulia kalau saya pergi dulu," ujar Wira sambil tersenyum tipis.Yahya berkata dengan nada bingung, "Pergi? Tuan, tapi kamu nggak akan bisa berjalan keluar dari sini!" Dia tidak mengerti mengapa Wira berkata akan pergi setelah menyalakan api di benda di depannya."Saya tidak berjalan, tapi terbang ...," sahut Wira sambil terkekeh-kekeh. Kemudian, wajahnya kian antusias saat melihat gas dari api yang berkobar perlahan membuat kain terpal itu mengembang."Terbang? Maksudmu ... benda ini bisa terbang?" tanya Yahya. Dia sama sekali tidak percaya. Mana mungkin benda ini bisa terbang?"Pangeran memang pintar. Ya, benda ini bisa terbang, Pangeran lihat saja nanti," jawab Wira sambil melengkungkan senyum.Proses pembakaran bahan bakar menghasilkan udara panas yang naik ke atas kain terpal besar. Kemudian, balon
Wira berdiri di atas balon udara dengan hati riang. Pasti tidak ada yang menyangka bahwa dirinya bisa melarikan diri. Sekarang, meskipun mereka murka karena menyadari dirinya kabur, mereka pun tidak bisa berbuat apa-apa.Wira memandang sekeliling sambil menghela napas. Dia tampak sangat menikmati pemandangan indah di atas langit. Dia mengendalikan balon udara menuju ke arah Dusun Darmadi.Namun, angin kencang tiba-tiba menerpa dari kejauhan. Balon udara seketika kehilangan kendali dan menyimpang ke arah barat. Wira bahkan tidak bisa berdiri dengan stabil. Dia segera meraih pegangan di balon udara supaya dirinya jatuh. Namun, arah balon udara telah menyimpang jauh. Tidak ada cara untuk kembali lagi.Setelah beberapa waktu berlalu, balon udara itu perlahan mendarat di sebuah gunung terpencil yang tandus. Wira melompat keluar dan menyusuri jalan setapak menuju kota kecil di kaki gunung.Wira pergi tanpa membawa sepeser uang pun. Dia membutuhkan uang dalam perjalanan ini, tetapi selain sen
Wanita tua itu menatap Bimo dengan emosi, lalu berseru dengan sosok yang gemetaran, "Cepat kembalikan barang curianmu!"Bimo mengerucutkan bibirnya. Setelah ragu-ragu sejenak, dia tetap menyerahkan barang-barang tersebut kepada Wira. Wanita tua itu berjalan mendekati Wira, lalu berkata dengan sopan, "Mohon maaf, Tuan. Tolong jangan menyalahkan Bimo. Dia mencuri uang karena terpaksa oleh keadaan ...."Wira menerima barang-barang yang memang miliknya itu, lalu menatap Bimo dengan ekspresi serius dan berkata dengan tegas, "Kalau nggak punya uang, kamu bisa mengandalkan kemampuan sendiri untuk menghasilkan uang. Apa kamu nggak merasa malu dengan mencuri? Kamu bisa mencuri sekali, tapi nggak akan bisa mencuri selamanya!"Bimo tidak berkata apa-apa. Sebaliknya, dia berbalik dan berlari masuk ke dalam rumah. Saat ini, wanita tua itu menatap ke arah Wira dengan perasaan bersalah. Kemudian, dia berkata, "Tuan, mohon maaf sekali. Silakan masuk untuk minum teh dulu, anggap saja sebagai penebusan
Bimo terlihat sangat gembira. Dia segera menghabiskan bakso sapi yang diberikan oleh Wira, bahkan menjilat sisa-sisa kuah bakso sapi yang menetes di jari-jarinya."Bagaimana? Rasanya enak, 'kan?" tanya Wira sambil tersenyum."Sangat enak!" jawab Bimo sambil bertepuk tangan. Kemudian, dia berkata dengan sangat bersemangat, "Kalau kita jual ini di pasar, pasti ada banyak orang yang akan membelinya!"Bimo yang tadinya skeptis tentang bisnis ini, kini terlihat penuh semangat. Dia sudah tidak sabar untuk meraup keuntungan besar dengan hasil usahanya sendiri.Bimo menutup bakso sapi menggunakan kain kukus dengan hati-hati, lalu berjalan ke pasar yang ada di kota dengan Wira. Keduanya memilih tempat yang ramai. Setelah menemukan area kosong, mereka pun mulai berjualan. Bimo sering mondar-mandir di pasar sehingga sudah terbiasa dengan sorakan para pedagang. Dia mulai meniru mereka untuk bersorak dan menjual bakso."Semuanya, mari dilihat-lihat dulu. Bakso kencing sapi ini baru saja matang, ras
Wajah Bimo dipenuhi dengan ekspresi gembira. Dia menyerahkan semua uang yang didapatkannya kepada Wira dengan sangat bersemangat, lalu berkata sambil tersenyum, "Kak Wira, kamu sungguh luar biasa. Uang ini untukmu!"Namun, Wira tidak menerima uang tersebut. Sebaliknya, dia malah berkata sambil tersenyum pelan, "Gunakan uang ini untuk membeli lebih banyak daging sapi dan membuat lebih banyak bakso sapi."Bimo amat terkejut saat mendengar ini. Dia sontak bertanya, "Apa kamu benar-benar ingin menggunakan semua uang yang kita hasilkan untuk membeli lebih banyak daging sapi? Tapi, ini adalah 100 ribu gabak ....""Tentu saja, kita selalu ingin mendapatkan lebih banyak uang, bukan?" tanya Wira sambil tersenyum. Setelah itu, dia mendesak Bimo dengan berkata "Sana pergi beli. Besok, kita akan kembali ke sini dan menjual lebih banyak bakso sapi. Hari ini, kita sudah berhasil mempromosikan dan menjual semuanya. Besok, pasti akan ada lebih banyak orang yang datang untuk membeli bakso sapi."Meliha
"Kalian nggak punya cap resmi pemerintah, jadi berdagang di sini sama saja dengan melanggar aturan," jelas petugas pengadilan dengan serius. Dia menatap tajam ke arah Wira dan mengancam dengan nada dingin, "Kalau nggak segera pergi, aku akan menangkap kalian!"Ketika mendengar ini, ekspresi Wira pun tampak makin suram. Dia menunjuk para pedagang kecil lainnya di sekeliling dan bertanya dengan nada yang tajam, "Bagaimana dengan mereka? Kenapa mereka bisa berdagang di sini tanpa cap resmi pemerintah?"Sikap Wira sangat dingin sekarang. Kemudian, dia menimpali dengan nada serius, "Aku belum pernah mendengar bahwa berdagang memerlukan persetujuan resmi pemerintah. Kalian jelas-jelas sedang menargetkan kami."Petugas pengadilan itu murka, lalu menunjuk ke arah Wira dan berseru, "Kurang ajar! Beraninya kamu berbicara dengan cara seperti itu kepada kami? Sungguh keterlaluan, tangkap mereka berdua!" Petugas pengadilan itu melambaikan tangan, lalu beberapa orang di belakangnya segera menangkap
Penasihat itu makin bersemangat ketika memikirkan hal tersebut. Jika mampu membuktikan adanya masalah antara kedua orang ini, dia dapat memanfaatkan kesempatan ini untuk menjatuhkan pemimpin kabupaten. Pada akhirnya, posisi pemimpin kabupaten akan menjadi miliknya.Tatapan penasihat itu berbinar-binar, tetapi dia segera menenangkan dirinya. Setelah itu, dia menunjukkan ekspresi tegas dan berbicara dengan nada serius, "Tuan, orang ini memang pengkhianat negara. Bagaimanapun juga, kita harus menangkapnya. Kalau nggak, jika dia lolos dari tangan kita, Raja Bakir mungkin akan menyalahkan kita!"Begitu mendengar perkataannya, pemimpin kabupaten itu mengetuk meja dengan palu pengadilan yang ada di atas meja, lalu berkata dengan serius, "Omong kosong apa yang kamu bicarakan? Tuan Wahyudi sudah berjuang untuk menjaga kejayaan dan kedamaian Kerajaan Nuala. Dia sudah mengatasi pemberontakan di perbatasan!"Pemimpin kabupaten menimpali, "Dia menjaga keamanan dan kesejahteraan rakyat, serta wilaya
Di dalam kediaman, Karno telah menyediakan hidangan lezat di ruang kerja dan duduk berhadapan dengan Wira. Sorot matanya penuh dengan penghormatan saat memandang Wira. Rasa gembiranya sulit disembunyikan.Karno tahu jelas tentang semua prestasi Wira. Karno merupakan murid dari Putro. Meskipun tidak selalu berada di samping gurunya, mereka tetap berkomunikasi melalui surat. Bukan hanya itu, Karno juga merupakan anggota dari Asosiasi Perdamaian sehingga tentu mengetahui semua ini."Tuan Wahyudi, silakan!" ucap Karno dengan hormat.Wira sama sekali tidak bersikap sungkan. Hanya saja, masih ada keraguan dalam tatapannya. Dia tidak tahu siapa sebenarnya Karno dan merasa heran kenapa orang ini sangat menghormatinya, padahal mereka tidak saling mengenal. Apakah dia hanya seorang pejabat kecil yang jujur dan berpendirian teguh?Wira akhirnya bertanya karena sangat penasaran, "Tuan Karno, ini adalah pertemuan pertama kita. Kenapa kamu ... memperlakukanku dengan begitu baik?" Jika tidak bertanya
Dalam satu bulan terakhir, banyak hal telah terjadi.Osman secara sukarela menyerahkan segel kerajaan kepada Wira, sekaligus menyerahkan kendali atas Kerajaan Nuala. Dengan jatuhnya Kerajaan Nuala ke tangan Wira, negeri ini akhirnya benar-benar bersatu dan Wira menjadi kaisar di dunia!Hari itu menjadi hari perayaan bagi seluruh negeri! Kota utama di Provinsi Yonggu pun ditetapkan sebagai ibu kota baru.Sementara itu untuk suku utara, Wira menunjuk seseorang untuk mengambil alih kepemimpinan. Wilayah Kerajaan Agrel tetap damai karena Ararya dan Kresna menjalankan tugas mereka dengan baik.....Meskipun Wira telah menjadi kaisar, dia tetap memilih untuk tidak terlibat langsung dalam urusan pemerintahan, menyerahkan segala urusan istana kepada orang-orang kepercayaannya.Osmaro dan para menteri lainnya tetap sibuk mengatur negeri. Sedangkan Danu, Doddy, Nafis, dan lainnya kini menjadi jenderal besar yang menjaga berbagai wilayah, bahkan Agha juga mendapatkan posisi yang sama.Di sisi lai
"Itu bukan urusanmu." Nafis menatap Baris dengan dingin. "Penggal kepalanya dan bawa pulang untuk kaisar kita!"Begitu perintah itu dilontarkan, Agha langsung bergerak.Baris bahkan tidak sempat memberikan perlawanan. Dalam sekejap, tubuhnya sudah tergeletak di atas genangan darah. Dengan demikian, suku utara sepenuhnya jatuh ke tangan Wira.Pasukan yang dipimpin oleh Nafis pun tetap tinggal untuk memastikan tidak ada lagi pergerakan dari suku utara......Tiga hari berlalu, Wira dan Trenggi memimpin pasukan mereka hingga berhasil mengepung Senia di depan gerbang suku utara.Namun, gerbang itu sudah tertutup rapat. Yang berjaga tidak lain adalah Ararya serta Kresna. Saat melihat pemandangan ini, Senia langsung menyadari bahwa Wira sudah lama menjalin kerja sama dengan Ararya dan Kresna, bahkan telah menyiapkan jebakan besar untuknya!Di medan pertempuran, Senia menoleh ke pasukannya yang tersisa. Dulu, dia begitu berambisi dan berani. Kini, hanya kelelahan dan kekalahan yang tersisa di
"Ini adalah kesempatan terakhir kita!"Semua orang berpandangan, lalu mengangguk serempak.Begitu suara terompet serangan terdengar, Senia segera memimpin pasukannya maju, siap untuk merebut kota dengan paksa!Namun, tepat pada saat itu, terdengar seruan pertempuran dari belakang. Dalam sekejap, barisan belakang menjadi kacau balau!"Apa yang terjadi?" Senia segera menerima laporan dan menghentikan serangan."Wira tiba-tiba menyerang dari belakang! Karena nggak ada pertahanan di belakang sana, kita mengalami kerugian besar!""Selain itu, Wira dan pasukannya datang dengan persiapan matang. Kita harus mundur! Kalau kita terus bertahan di sini, seluruh pasukan bisa hancur!"Kini, mereka berada di posisi yang sangat tidak menguntungkan. Di depan ada pasukan Kerajaan Nuala, sementara di belakang ada Wira dan pasukannya.Situasi telah berbalik. Jika mereka tetap di sini, akhir mereka sudah bisa diprediksi.Senia menggertakkan giginya. Dengan wajah penuh amarah, dia berkata, "Sial! Kita terla
Para jenderal mengangguk setuju. Memang benar Kerajaan Agrel sangat luas. Jika pasukan Wira masuk, mereka akan menghadapi banyak kendala. Dengan demikian, mereka bisa bertempur melawan Wira di wilayah mereka sendiri.Meskipun rakyat sembilan provinsi sangat mendukung Wira, hal itu tidak berlaku bagi penduduk Kerajaan Agrel. Bagi mereka, Wira adalah ancaman.Jika Senia berhasil menyatukan sembilan provinsi, penduduk Kerajaan Agrel juga bisa masuk dan hidup di sana, menikmati kehidupan yang jauh lebih baik daripada sekarang.Namun, semua itu dihalangi oleh Wira. Setidaknya, begitulah cara mereka melihatnya.Jadi, jika Wira masuk ke Kerajaan Agrel untuk bertempur, hasil akhirnya sudah bisa diprediksi. Para rakyat kemungkinan besar akan membantu Senia tanpa syarat. Pada saat itu, bagaimana mungkin Wira bisa membalikkan situasi?Bahkan, ada kemungkinan besar dia akan kehilangan seluruh pasukannya!Menyadari hal ini, para prajurit semakin bersemangat. Salah satu dari mereka berkata, "Jangan
Seorang jenderal berbicara demikian. Wajahnya masih dipenuhi bercak darah. Itu adalah darah musuh.Mereka telah bertempur selama tiga hari tiga malam, tetapi belum juga melihat secercah harapan. Bantuan pun tak kunjung tiba.Jika terus bertahan di sini tanpa solusi, hasil akhirnya sudah bisa ditebak. Kota ini akan jatuh dan semua orang akan terbunuh!"Bagaimana kalau Yang Mulia membawa pasukan keluar melalui gerbang utara? Di belakang sana ada pegunungan dengan pertahanan yang paling lemah. Kalau kita kirim pasukan untuk membuka jalan, kita bisa memastikan Yang Mulia dapat melarikan diri dengan selamat!" usul salah satu prajurit.Situasi mereka memang sudah sangat kritis. Jika tidak segera mengambil keputusan, tak ada yang bisa menebak bagaimana akhirnya. Mereka semua sangat khawatir.Terlebih lagi, Osman berada di tengah-tengah mereka. Jika sang raja tewas di sini, mereka benar-benar kehilangan kesempatan terakhir untuk membalikkan keadaan.Bahkan, mungkin tak akan ada lagi orang yang
"Tenang saja, aku sudah mempersiapkan semuanya dengan matang. Sekalipun Senia memiliki kekuatan yang luar biasa, kali ini dia nggak akan bisa lolos!"Senyuman penuh percaya diri muncul di wajah Wira. Di Kerajaan Agrel, masih ada kartu truf terakhirnya, yaitu Ararya dan Kresna. Sebelum berangkat, dia telah menghubungi mereka berdua. Kemungkinan besar, mereka sudah mulai menguasai berbagai wilayah di Kerajaan Agrel saat ini.Mereka masing-masing memiliki puluhan ribu pasukan, sedangkan Senia membawa hampir semua pasukannya ke medan perang. Ini adalah kesempatan emas bagi Ararya dan Kresna.Jika Wira berhasil menekan Senia dari depan, sementara mereka berdua menguasai wilayah di belakangnya, tidak peduli seberapa hebat Senia, dia tidak mungkin bisa melarikan diri dari kehancuran.Oleh karena itu, Wira yakin hanya dengan 300.000 pasukan, dia dapat menaklukkan Senia dengan mudah. Ini bukanlah tindakan gegabah!Wira tidak pernah mengambil langkah yang tidak pasti. Jika tidak memiliki persiap
"Karena nggak ada urusan lain lagi, kalian semua boleh pergi istirahat." Setelah memberi perintah, Wira melambaikan tangannya kepada para pejabat, lalu berbalik menuju bagian dalam istana.Para pejabat pun segera meninggalkan ruangan.Namun, saat baru sampai di depan pintu, Wira tiba-tiba berhenti. Tatapannya tertuju pada Nafis, lalu mengaitkan jarinya. "Aku ingin membahas sesuatu secara pribadi denganmu. Ikut aku."Nafis segera mengangguk dan mengikuti Wira menuju taman istana. Di taman itu, hanya ada beberapa dayang dan kasim yang melayani Wira. Selain itu, masih ada Nafis, Agha, dan Lucy.Sementara itu, Danu dan Doddy sedang mengurus para prajurit. Meskipun tidak mengalami pertempuran besar, perjalanan jauh tetap melelahkan.Mereka perlu beristirahat sebelum menempuh perjalanan panjang untuk ekspedisi ke Kerajaan Agrel. Mereka harus memulihkan semangat juang untuk memastikan semuanya aman.Wira bukan hanya ingin memenangkan perang, tetapi juga ingin meminimalisir korban di pihaknya.
"Kita masuk."Dengan satu perintah dari Wira, seluruh pasukannya bergerak menuju ibu kota Kerajaan Beluana.Dalam sekejap, Wira dan rombongannya telah memasuki kota. Sepanjang jalan, rakyat bersorak tanpa henti. Dari reaksi mereka, bisa dilihat betapa besar pengaruh Wira di hati rakyat.Di dalam istana.Di aula utama, Nafis telah mengirim orang-orangnya untuk sepenuhnya menguasai istana. Pasukan penjaga lama telah digantikan, jadi kini tempat ini sepenuhnya berada di bawah kendali Wira.Namun, satu hal yang mengejutkan Wira adalah betapa megahnya istana Kerajaan Beluana. Ciputra benar-benar tahu bagaimana menikmati kemewahan.Di aula, banyak orang sedang berlutut. Mereka adalah para pejabat yang dulunya melayani Ciputra. Begitu mendengar Wira telah memasuki kota, mereka segera datang dengan harapan untuk menyelamatkan diri.Wira memandang mereka sekilas, lalu berkata dengan tenang, "Semuanya, silakan berdiri."Para pejabat itu segera bangkit."Saudara sekalian, meskipun Kerajaan Beluan
Saat ini, Wira duduk di atas kudanya, di depan gerbang timur ibu kota. Di hadapannya adalah Danu dan yang lainnya."Kak, sekarang kita sudah sampai di sini, kenapa masih berhenti? Aku baru saja mendengar dari Nona Lucy tentang keadaan di pihak Osman. Kabarnya, Osman sudah hampir nggak bisa bertahan lagi.""Dalam beberapa hari ke depan, kemungkinan kota itu akan jatuh ke tangan Senia. Kalau saat itu tiba dan kita baru bergerak menuju Kerajaan Nuala, Osman mungkin sudah tewas ...."Rakyat Kerajaan Nuala berjuang mati-matian untuk mempertahankan kota mereka. Ditambah lagi, para prajurit dari Kerajaan Agrel sangat kejam. Jika mereka berhasil menerobos kota, pasti akan terjadi pembantaian dan yang menderita adalah rakyat.Osman adalah sekutu mereka. Danu sejak lama sudah menganggapnya sebagai bagian dari kelompok mereka sendiri. Bagaimanapun, setelah Wira berhasil menumbangkan Ciputra, tidak akan ada yang mampu menandinginya lagi. Penyatuan seluruh negeri hanyalah masalah waktu.Lucy juga m