Semua Bab Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius: Bab 581 - Bab 590

2722 Bab

Bab 581

Lantaran upaya memohonnya tidak membuahkan hasil, Dirja baru saja ingin mengancam, tetapi dia malah tiba-tiba menjerit. Seiring terdengarnya suara sayatan, Wira langsung memenggal kepala Dirja dengan pedangnya. Kepala Dirja sontak menggelinding ke tanah dan darah menyembur ke mana-mana.Di sampingnya, Satria yang melihat adegan ini langsung pingsan saking terkejutnya. Namun, suara sayatan lagi-lagi terdengar. Wira langsung memenggal kepala Satria tanpa ragu-ragu. Kemudian, dia menancapkan pedangnya di tanah!Dengan menggenggam kedua kepala itu, Wira meletakkannya di dekat makam Padli dan berkata dengan gemetar, "Kak Padli, inilah dalang yang mencelakai kalian. Aku membawa mereka kemari untuk memberi penghormatan kepadamu!"Sementara itu, Meri yang berada di samping menatap adegan ini dengan terpesona. Dia merasa bahwa Wira sudah berbeda dari sebelumnya. Di masa lalu, pria ini begitu licik, kejam, suka mengatur tipu daya, dan senang menjebak orang lain!Saat ini, Wira bahkan jauh lebih
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-29
Baca selengkapnya

Bab 582

Setelah Putu mengucapkan kata-kata itu, Wira tertegun sejenak, lalu bertanya, "Isi hati?" Isi hati apa yang bisa Meri bicarakan secara pribadi dengannya?Putu menunjuk ke depan dan menjawab sambil tersenyum licik, "Ada gazebo sekitar satu kilometer dari sini. Ketua Meri sedang menunggumu di sana."Ekspresi Putu terlihat ambigu dan tatapan matanya yang mengarah kepada Wira tampak aneh. "Baiklah," ucap Wira sambil tersenyum. Kemudian, dia pun menunggang kuda ke sana. Dia kebetulan juga ingin menyampaikan beberapa hal kepada Meri.Saat Meri yang berada di gazebo melihat Wira mendekat, dia langsung berkata sambil tersenyum, "Kali ini, aku sudah membantumu begitu banyak. Apa kamu nggak ingin mengungkapkan sesuatu?"Wira turun dari kudanya. Dia berjalan menuju gazebo dan berkata sambil tersenyum, "Kamu sudah menjadi ketua pertama sekarang. Apakah kamu masih membutuhkan sesuatu?"Meri sontak mengerucutkan bibirnya. Kemudian, dia berkata dengan nada sedikit kecewa, "Kamu ini sama sekali nggak
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-29
Baca selengkapnya

Bab 583

Kali ini, banyak orang yang membantu Wira. Jadi, Wira juga tidak pelit dan membeli banyak hadiah, lalu membagikannya kepada anggota Asosiasi Perdamaian. Tentu saja, Wira juga tidak melupakan Pramana karena Pramana sudah menghabiskan banyak uang untuk Wira kali ini.Wira langsung mengeluarkan uang kertas yang banyak dan memberikannya kepada Pramana. Kemudian, Pramana berkata, "Paman Wira, untuk apa kamu memberiku begitu banyak uang?"Melihat semua uang kertas ini, Pramana seketika tertegun. Dia tahu Wira kaya, tetapi tidak menyangka dia mempunyai begitu banyak uang.Wira yang tampak tidak peduli berujar, "Memangnya ini termasuk banyak? Belakangan ini, pengeluaranmu cukup banyak, jadi kamu ambil saja."Jika dibandingkan dengan pertemanan, uang sama sekali tidak ada apa-apanya. Jadi, Wira tidak keberatan memberikan Pramana uang sebanyak ini.Pramana tertawa dan menyahut, "Hehe. Kalau begitu, aku nggak akan menolaknya lagi." Kemudian, dia menyimpan uang itu.Wira mengingatkan, "Jumlah uang
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-29
Baca selengkapnya

Bab 584

Setelah Wira selesai bicara, Danu memanggil 2 orang untuk diam-diam meninggalkan tim. Orang ini sangat hati-hati. Jadi, Danu berencana untuk beraksi secara diam-diam kali ini karena orang ini kabur terakhir kali.Sekelompok orang melanjutkan perjalanan. Sekitar 4 jam kemudian, Danu kembali dengan menunggangi kuda dan membawa seorang pria yang sudah pingsan."Kak Wira, aku sudah menangkapnya. Dia cukup licik sehingga sulit ditangkap," ucap Danu. Dia tertawa dan melempar orang ini ke tanah. Orang yang diikat ini langsung bangun setelah dilempar."Kalian ... lepaskan aku! Beraninya kalian menangkapku! Benar-benar cari mati!" ujar orang itu. Dia berniat mengancam semua orang.Wira tahu bahwa orang ini mempunyai kemampuan yang hebat. Levon adalah putra Raja Fazana, jadi orang ini pasti berhubungan dengan Raja Fazana. Wira mendengus dan berkata, "Oh, ya?"Kemudian, Wira mengeluarkan senapan dan menembak kaki orang ini. Peluru menembus kaki orang tersebut dan darah mengalir.Orang itu pun ber
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-29
Baca selengkapnya

Bab 585

Namun, Wira bukan orang biasa. Dia bahkan bisa menjatuhkan seorang prefektur. Tentu saja, Desa Angindra sama sekali tidak ada apa-apanya bagi Wira.Selingan ini bukan masalah besar bagi Wira. Setelah membunuh Abdar, Wira juga tidak peduli. Mengenai Desa Angindra, jika mereka berani menyinggungnya, Wira pasti akan membuat Desa Angindra mengalami perombakan secara besar-besaran.Rombongan Wira melanjutkan perjalanan mereka. Setelah menempuh perjalanan selama setengah hari, mereka hampir sampai di Kota Pusat Pemerintahan Roino. Danu berucap, "Kak Wira, kita akan sampai di Kota Pusat Pemerintahan Roino setelah menempuh perjalanan 50 kilometer lagi. Selain itu, kita cukup dekat dengan Desa Angindra, jadi sebaiknya kita berhati-hati."Wira mengangguk dan rombongan mereka pun melanjutkan perjalanan.....Beberapa saat yang lalu, di Desa Angindra, Fawaz Ghifari yang merupakan pemimpin utama tempat ini mencibir saat membaca surat. Dia berkata, "Wira? Dia membunuh Wolfie dari Ngarai Naga Biru? B
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-29
Baca selengkapnya

Bab 586

Semua orang sangat panik setelah mendengar perkataan Wira. Desa Angindra adalah tempat yang berbahaya, tetapi Wira malah mau membawa Danu untuk mendatangi tempat itu. Bukankah itu sama dengan cari mati?"Kak Wira, kita sudah membunuh Abdar. Sekalipun bandit di Desa Angindra nggak tahu, takutnya Abdar sudah memberi tahu Fawaz kabar tentang kedatangan kita. Bagaimana kalau kamu terancam bahaya setelah pergi ke sana?" kata Mandra.Mandra adalah orang yang paling memahami Desa Angindra. Fawaz juga merupakan sosok yang cukup hebat. Kalau tidak, Fawaz juga tidak mungkin mampu mengumpulkan begitu banyak bandit dan menguasai gunung."Iya. Paman Wira, sebaiknya kita putar jalan saja. Paling-paling perjalanan kita hanya terulur beberapa hari!" bujuk Pramana yang cemas.Namun, Wira malah menggeleng. Desa Angindra berbeda dengan markas bandit lain karena di dalamnya ada anggota Raja Fazana. Sementara itu, Raja Fazana sudah menyimpan dendam kepada Wira. Bagaimanapun, Wira telah membunuh putranya, m
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-29
Baca selengkapnya

Bab 587

"Mereka naik gunung? Gimana nih?" ujar Mandra dengan cemas.Pramana mengernyit, tetapi akhirnya berkata, "Paman Wira selalu punya perhitungan yang akurat. Karena Paman Wira nggak bilang apa-apa, kita cari tempat dan tunggu saja dia kembali!"....Pada saat yang sama, Fawaz dan yang lainnya langsung menyiapkan berbagai hidangan dan minuman di Aula Pertemuan Desa Angindra. Mereka tampak benar-benar ingin menjamu Wira."Hahaha! Tuan Wahyudi, aku sudah lama mendengar tentang semua prestasimu. Saat bertemu langsung sekarang, aku bisa lihat kalau kamu memang luar biasa," ujar Fawaz berpura-pura gembira sambil mengangkat gelas anggurnya tinggi-tinggi.Wira menyahut sambil tersenyum, "Kak Fawaz, kamu nggak mungkin mengajakku naik gunung hanya supaya aku bisa mencicipi makanan lezat Desa Angindra, bukan?"Begitu kata-kata ini terlontar, suasana di Aula Pertemuan tiba-tiba berubah tegang.Fawaz pun tersenyum dan meletakkan gelas anggurnya, lalu berkata, "Tuan Wahyudi, kamu memang sangat jeli. Ba
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-29
Baca selengkapnya

Bab 588

Ekspresi Fawaz berubah drastis mendengar ucapan Wira. Kini, dia yakin bahwa Wira sudah mengetahui identitas asli Levon.Saat ini, Haidar si ketua ketiga buru-buru berkata, "Tuan Wahyudi salah paham. Kami memang mengenal Wolfie, tapi kami nggak punya hubungan yang begitu baik dengannya. Kini, dia juga sudah mati, nggak perlu mengungkitnya lagi. Aku lebih ingin mendengar cara Tuan Wahyudi membuat kami kaya."Barraq si ketua kelima juga sependapat. Dia berkata, "Tuan Wahyudi, kuharap kamu bisa mengajari kami."Lantaran kedua orang itu sudah bilang begitu, Kamaludin hanya menggaruk kepalanya dan tidak banyak bicara. Lagi pula, dia hanya ingin mendapat banyak uang. Entah itu dengan cara merampok atau yang lainnya, dia tidak peduli. Selama itu menguntungkannya, itu tidak masalah.Namun, Fawaz memandang Haidar dan Barraq dengan suasana hati muram. Jika Wira benar-benar bisa memberikan metode yang bagus, dia akan kesulitan membunuh Wira. Akhirnya, Fawaz mendengus dan berkata, "Sudahlah! Tuan W
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-29
Baca selengkapnya

Bab 589

Meski bandit dikecam oleh istana, jika tidak membuat masalah, para bandit tetap bisa menduduki satu wilayah dan menjadi penguasa setempat. Namun, beda halnya dengan Raja Fazana. Siapa pun yang berhubungan dengannya akan ditangkap dan dibunuh oleh istana.Haidar mulai curiga dan bertanya dengan suara rendah, "Tuan Wahyudi, apa maksudmu?""Sangat sederhana. Ketua pertama dan ketua kedua kalian adalah anak buah Fazana. Ada lagi, Abdar sudah aku bunuh. Aku berani datang ke Desa Angindra secara pribadi karena ingin memberi kalian jalan keluar," jawab Wira dengan ekspresi tenang. Segala sesuatu sudah diperhitungkan masak-masak olehnya."Apa?" Ekspresi Kamaludin, Haidar, dan Barraq berubah drastis. Mereka langsung memandang Fawaz dengan tidak percaya. Haidar dan Barraq langsung berdiri dan berseru dengan marah."Kak, ada apa ini? Kami butuh penjelasan!""Iya! Kita sudah susah payah bertahan sampai sekarang. Biarpun Raja Fazana itu sosok hebat yang hampir mengubah dunia, masanya sudah lewat. K
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-29
Baca selengkapnya

Bab 590

Suara tembakan senapan bergema di telinga semua orang. Detik berikutnya, mereka semua melihat sebuah pemandangan mengerikan. Fawaz mati begitu saja. Dia terbunuh dengan satu tembakan!Para ketua lainnya sontak memandang Wira dengan ngeri. Mereka tahu bahwa istana memiliki senapan, tetapi ukurannya besar dan dan berat. Tak disangka, benda kecil di tangan Wira ini juga sebuah senapan!"Oke, penjahatnya sudah disingkirkan, Desa Angindra aman. Selamat ya, kalian akan menjadi orang kaya," ujar Wira.Wira menyimpan senapannya dan tersenyum tipis sambil memandang orang-orang yang masih tercengang itu.....Keesokan paginya, Haidar dan kedua ketua lainnya melambaikan tangan dengan penuh hormat di gerbang Desa Angindra."Tuan Wahyudi, hati-hati di jalan!"Wira tersenyum tipis dan membalas lambaian tangan mereka. Dia dan Danu pun menuruni gunung dengan menunggangi kuda."Tuan Wahyudi ini nggak cuma pintar, tapi juga sangat berani. Hanya dengan ditemani satu orang, dia berani naik ke gunung bandi
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-29
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
5758596061
...
273
DMCA.com Protection Status