Ekspresi Fawaz berubah drastis mendengar ucapan Wira. Kini, dia yakin bahwa Wira sudah mengetahui identitas asli Levon.Saat ini, Haidar si ketua ketiga buru-buru berkata, "Tuan Wahyudi salah paham. Kami memang mengenal Wolfie, tapi kami nggak punya hubungan yang begitu baik dengannya. Kini, dia juga sudah mati, nggak perlu mengungkitnya lagi. Aku lebih ingin mendengar cara Tuan Wahyudi membuat kami kaya."Barraq si ketua kelima juga sependapat. Dia berkata, "Tuan Wahyudi, kuharap kamu bisa mengajari kami."Lantaran kedua orang itu sudah bilang begitu, Kamaludin hanya menggaruk kepalanya dan tidak banyak bicara. Lagi pula, dia hanya ingin mendapat banyak uang. Entah itu dengan cara merampok atau yang lainnya, dia tidak peduli. Selama itu menguntungkannya, itu tidak masalah.Namun, Fawaz memandang Haidar dan Barraq dengan suasana hati muram. Jika Wira benar-benar bisa memberikan metode yang bagus, dia akan kesulitan membunuh Wira. Akhirnya, Fawaz mendengus dan berkata, "Sudahlah! Tuan W
Meski bandit dikecam oleh istana, jika tidak membuat masalah, para bandit tetap bisa menduduki satu wilayah dan menjadi penguasa setempat. Namun, beda halnya dengan Raja Fazana. Siapa pun yang berhubungan dengannya akan ditangkap dan dibunuh oleh istana.Haidar mulai curiga dan bertanya dengan suara rendah, "Tuan Wahyudi, apa maksudmu?""Sangat sederhana. Ketua pertama dan ketua kedua kalian adalah anak buah Fazana. Ada lagi, Abdar sudah aku bunuh. Aku berani datang ke Desa Angindra secara pribadi karena ingin memberi kalian jalan keluar," jawab Wira dengan ekspresi tenang. Segala sesuatu sudah diperhitungkan masak-masak olehnya."Apa?" Ekspresi Kamaludin, Haidar, dan Barraq berubah drastis. Mereka langsung memandang Fawaz dengan tidak percaya. Haidar dan Barraq langsung berdiri dan berseru dengan marah."Kak, ada apa ini? Kami butuh penjelasan!""Iya! Kita sudah susah payah bertahan sampai sekarang. Biarpun Raja Fazana itu sosok hebat yang hampir mengubah dunia, masanya sudah lewat. K
Suara tembakan senapan bergema di telinga semua orang. Detik berikutnya, mereka semua melihat sebuah pemandangan mengerikan. Fawaz mati begitu saja. Dia terbunuh dengan satu tembakan!Para ketua lainnya sontak memandang Wira dengan ngeri. Mereka tahu bahwa istana memiliki senapan, tetapi ukurannya besar dan dan berat. Tak disangka, benda kecil di tangan Wira ini juga sebuah senapan!"Oke, penjahatnya sudah disingkirkan, Desa Angindra aman. Selamat ya, kalian akan menjadi orang kaya," ujar Wira.Wira menyimpan senapannya dan tersenyum tipis sambil memandang orang-orang yang masih tercengang itu.....Keesokan paginya, Haidar dan kedua ketua lainnya melambaikan tangan dengan penuh hormat di gerbang Desa Angindra."Tuan Wahyudi, hati-hati di jalan!"Wira tersenyum tipis dan membalas lambaian tangan mereka. Dia dan Danu pun menuruni gunung dengan menunggangi kuda."Tuan Wahyudi ini nggak cuma pintar, tapi juga sangat berani. Hanya dengan ditemani satu orang, dia berani naik ke gunung bandi
Begitu mendengar perkataan Fabrian, meskipun Wira adalah orang yang murah hati, dia tetap menggelengkan kepala.Wira menghela napas seraya mengeluh, "Mengajarkan seseorang cara memancing akan lebih baik daripada memberi mereka ikan. Untuk benar-benar membantu mereka, memberi uang saja nggak akan cukup. Menurutku, hasil panen mereka bahkan nggak cukup untuk membayar pajak makanan!"Saat ini, mereka telah tiba di Kampung Silali. Sejumlah besar orang dan kuda mereka tentunya menarik perhatian penduduk Kampung Silali. Begitu tuan tanah besar di Kabupaten Tanoko, Bejo Silali, mendengar berita tersebut, dia segera datang untuk menyambut mereka."Aku adalah tuan tanah Kampung Silali, Bejo Silali. Kalau boleh tahu, ke mana kalian ingin pergi sampai datang jauh-jauh kemari?" tanya Bejo.Melihat bahwa Wira dan yang lainnya memiliki penampilan yang luar biasa, dengan tim pengawal dan bahkan konvoi, dia memiliki sedikit dugaan tentang identitas mereka. Bejo mengira bahwa mereka mungkin adalah peda
Ketika Bejo kembali, dia membawa beberapa gerobak penuh dengan bunga segar. Bau harumnya sudah tercium dari jarak jauh."Eh ... Paman Wira, apakah kamu menyuruhnya mengumpulkan begitu banyak bunga ... hanya untuk membuat minyak wangi?"Fabrian dan Pramana sama-sama bingung, sementara Wira tidak menjelaskan apa pun lagi. Dia bermaksud untuk mengekstrak cairan wangi dari bunga-bunga tersebut, lalu mengolahnya menjadi minyak wangi. Setelah diencerkan, itu bisa digunakan sebagai bahan dasar untuk membuat parfum.Saat ini, wewangian hanya ada dalam bentuk kantong wewangian. Namun, setelah beberapa waktu, penggunanya harus mengkhawatirkan tentang pertumbuhan jamur. Apalagi, aromanya juga tidak bertahan lama sehingga itu hanya akan menyia-nyiakan banyak bahan baku. Minyak wangi buatannya sendiri pasti mampu menarik perhatian wanita-wanita kaya.Sebenarnya, Wira telah lama ingin membuat parfum, tetapi satu demi satu masalah terus menimpanya. Itu sebabnya, dia tidak pernah memiliki waktu untuk
"Aku memasak mereka untuk merusak struktur mereka dan membuat vakuola pecah. Dengan begitu, cairan wangi mereka akan mengalir keluar. Setelah melalui proses perebusan dan distilasi, kita bisa mendapatkan apa yang aku sebut sebagai minyak wangi," jelas Wira.Setelah mendengarkan penjelasan Wira, meskipun memahami maksudnya, Fabrian dan Pramana tetap tercengang!"Wah ... ternyata kita semua terbuat dari sel-sel!""Selain itu, vakuola benar-benar luar biasa!"Wira menjelaskan sembari menggambar di tanah. Hal ini membuat kedua orang itu sangat kagum. Sementara itu, Bejo sama sekali tidak dapat memahami perkataan Wira. Dia tidak mengerti istilah-istilah seperti sel, distilasi, ataupun vakuola. Apa yang dia tahu sekarang hanyalah ada banyak bunga yang telah dimasak. Bejo merasa itu sangat disayangkan."Sekarang, kelopak-kelopak bunga ini nggak memiliki kegunaan lagi dan cairan wanginya sudah diekstrak. Kita hanya perlu menunggu beberapa saat hingga proses distilasi selesai," jelas Wira. Dia
Setelah tinggal sehari di sini, Wira pun melanjutkan perjalanannya bersama rombongan. Jarak antara Kota Pusat Pemerintahan Roino dan Provinsi Jawali tidak begitu jauh. Wira dan rombongannya segera memasuki Provinsi Jawali dengan gagah. Namun, tak lama setelah mereka memasuki provinsi, seseorang telah mendapatkan kabar tentangnya.Pada saat ini, di sebuah rumah di Provinsi Jawali, Farrel tengah memegang sepucuk surat sambil menyunggingkan senyuman, lalu berkata, "Cepat sekali, mereka bisa-bisanya sudah datang ....""Apakah dia benar-benar datang?" tanya seorang gadis berpakaian ungu di sebelahnya dengan terkejut.Farrel menjawab sambil mengangguk, "Dia sudah masuk ke kota. Nggak disangka, Wira ini benar-benar romantis, dia sungguh datang ke sini untuk menjemput istrinya."Gadis berpakaian ungu itu meledeknya dengan gembira, "Jadi, rencanamu sepertinya akan gagal, ya."Farrel mengerucutkan bibirnya sambil berkata, "Semua pria itu sama saja, apalagi dia terkenal sebagai pria hidung belang
Wira berucap, "Aku datang dari Dusun Darmadi untuk menjemput istriku."Pengawal yang menjaga pintu melirik Wira sekilas dengan sikap arogan. Orang rendahan dari Dusun Darmadi ini berani mendatangi kediaman Keluarga Linardi? Wira memang merupakan menantu Keluarga Linardi, tetapi Keluarga Linardi tidak pernah mengakui status Wira.Hanya saja, pengawal ini tidak mengatakan apa pun. Dia langsung menutup pintu, lalu masuk untuk melapor."Wira benar-benar datang? Dasar pria berengsek!" ujar Melati yang kesal. Setelah berpikir sejenak, dia langsung berkata, "Jauhar, usir saja dia."Jauhar terus menunggu perintah dari Melati. Dia langsung menyahut setelah mendengar ucapan Melati, "Oke, Nona Melati. Aku akan mengusir pecundang itu."Kemudian, Jauhar langsung berjalan ke pintu masuk kediaman, lalu berucap, "Kamu Wira, ya? Aku pengurus Keluarga Linardi, namaku Jauhar."Wira tertegun. Sepertinya, Keluarga Linardi tidak mendisiplinkan bawahannya dengan baik. Bahkan, seorang pengurus rumah berani me
"Apa mereka benar-benar akan mencari masalah denganmu cuma karena perkataan sepihak dari Wira?" tanya Caraka dengan bingung."Sebenarnya, aku memang menyembunyikan banyak hal tentang identitasku dari kalian. Aku memang berasal dari wilayah barat dan juga orang Lembah Duka.""Sayangnya, ada aturan di Lembah Duka yang melarang orang-orang di dalam untuk keluar. Mereka hanya bisa tinggal di dalam lembah.""Ini merupakan pembatasan yang ditentukan oleh penguasa wilayah barat dengan Lembah Duka sejak bertahun-tahun yang lalu. Selama bertahun-tahun, nggak ada yang berani mematahkan kesepakatan ini.""Ini bukan karena orang-orang di dalam sana nggak mendambakan dunia luar, tapi karena ketua lembah saat ini sangat kolot. Jadi, nggak ada yang berani mengganggunya.""Kalau sampai seseorang membuatnya marah, hasilnya akan jauh lebih buruk dari kematian. Aku bahkan harus mengerahkan seluruh kekuatan untuk keluar dari Lembah Duka. Untungnya, aku bisa sampai di sini.""Tapi, kalau mereka tahu ke man
Wira tersenyum dan menepuk bahu Agha, lalu perlahan-lahan berkata, "Aku rasa nggak begitu. Kamu tadi sudah menakuti Saka. Ditambah lagi, cara Nona Wendi menyerang juga berhasil membuat para prajurit itu takut untuk menyerang. Kalau mereka tetap berada di sini, mereka akan ketakutan sampai nggak punya daya tarung lagi.""Daripada begitu, lebih baik mereka segera pergi dari sini. Kalau aku yang berada di posisi mereka, aku juga akan begitu."Meskipun Wira berbicara dengan santai, dia tahu jelas Saka bukan orang yang sembarangan dan memiliki pemikiran yang sama dengannya. Selain itu, Saka juga terampil dalam memimpin pasukan dan semua bawahannya adalah pasukan elite.Sepertinya, saat kembali ke Provinsi Tengah nanti, Wira merasa dia harus lebih berhati-hati. Jika pergerakan mereka ketahuan Saka, pasti akan ada pertempuran sengit dan situasinya bahkan lebih buruk dari sekarang. Bagaimanapun juga, Provinsi Tengah adalah wilayah kekuasaan Saka."Kita lanjutkan perjalanan kita. Selagi mereka
Jika Wendi tidak berada di sana, Saka tentu saja akan langsung turun tangan. Namun, setelah melihat cara Wendi bertarung, dia juga tidak berani mendekat. Dia khawatir jika terkena bubuk putih itu, nasibnya juga akan sama dengan orang-orang yang terjatuh ke tanah itu. Nyawanya lebih berharga daripada mereka, dia jelas tidak bisa mengambil risiko ini."Kenapa kalian masih berdiri di belakangku? Para sampah nggak berguna ini sudah mulai ketakutan. Kalau nggak ada yang membuka jalan untuk mereka, mereka nggak akan berani bergerak. Apa kalian ingin terus menunda waktu di sini? Cepat pimpin mereka untuk menyerang dan segera tangkap orang-orang itu," perintah Saka.Saka memang tidak berniat untuk turun tangan, tetapi dia menyerahkan tugas berat ini pada beberapa wakil di belakangnya. Mereka biasanya sangat berkuasa dam sudah diam-diam melakukan banyak hal di belakangnya. Namun, dia hanya mengawasi dan tidak terlalu memedulikan urusan kecil itu karena dia sendiri juga sering melakukan hal buru
Krak!Saka mengepalkan tinjunya dengan sangat erat dan tatapannya juga terlihat sangat dingin. Dia sudah memberikan tawaran yang bagus, orang lain pasti tidak akan bisa menahan godaan seperti itu jika berada di posisi Agha.Selain itu, Saka merasa orang yang berada di pihaknya bukan hanya hidup mewah, mereka juga bisa memperluas wilayah. Ini adalah masa depan yang diinginkan seorang perwira militer, tetapi Agha malah menolak tawarannya.Saat memikirkan hal itu, Saka kembali berteriak dengan marah, "Jadi, kamu bersikeras ingin melawanku?""Kalau begitu, kenapa? Kalian sendiri yang berkali-kali mencari masalah dengan kami. Dilihat dari sikapmu, sepertinya kamu ingin membantaiku ya? Kalau begitu, ayo ke sini," teriak Agha yang juga tidak mau kalah.Selain Wira, Agha sama sekali tidak peduli pada siapa pun di dunia ini dan kata-kata orang lain juga dianggapnya hanya angin lewat saja. Saat masih berada di Provinsi Yonggu, bahkan Danu pun tidak bisa memerintahnya. Apalagi sekarang, apa artin
"Terima kasih, Nona Wendi. Kamu ini memang sangat hebat. Kalau obat penyembuh luka ini dijual, pasti akan ada banyak orang dari wilayah barat sampai ke Provinsi Yonggu yang ingin membelinya," kata Dwija dengan segera.Sebelum bergabung dengan Gedung Nomor Satu, Dwija selalu berkelana di dunia persilatan dan sudah melihat banyak obat yang luar biasa. Namun, ini pertama kalinya dia merasakan obat yang memiliki efek yang begitu luar biasa. Sungguh luar biasa!Namun, Wendi tidak mengatakan apa-apa. Dia hanya mengiakan perkataan Dwija dengan tenang dan terus mengamati Agha yang sedang bertarung.Saat Wira dan yang lainnya sedang berbicara, Agha tetap terus bertarung dengan Saka. Mereka saling menyerang dan bertahan dengan sengit. Untungnya, dia juga bukan orang biasa, kekuatannya tentu saja tidak boleh diremehkan. Meskipun senjatanya tidak begitu cocok, dia tetap melawan musuhnya dengan luar biasa.Sebaliknya, Saka memang masih bisa menahan serangan Agha, tetapi dia tahu jelas kekuatannya m
"Kita tetap harus membuat mereka tunduk dulu. Lagi pula, aku juga sudah lama nggak berduel dengan orang lain. Hari ini adalah kesempatan yang baik untuk meregangkan otot-ototku," jawab Saka sambil tersenyum sinis dan langsung berada di hadapan Agha.Tak lama kemudian, dia menarik pedangnya dan langsung menyerang kepala Agha. Jika terkena serangan itu, Agha pasti akan mati atau terluka parah.Agha segera mengangkat kedua paling ke atas kepala dan bersiap menahan serangan Saka.Terdengar suara yang nyaring saat kedua senjata berbenturan dan keduanya juga langsung mundur dua langkah."Jenderal Saka ini memang hebat, bahkan Agha pun terpaksa mundur beberapa langkah. Sepertinya, gelar orang terkuat di wilayah barat ini memang bukan omong kosong. Kalau dia nggak kuat, mungkin sekarang tubuhnya sudah hancur berkeping-keping," kata Wira dengan tenang.Wira tadi terus mengamati pertarungan kedua pria itu, sehingga dia tahu Agha tidak menahan dirinya dan langsung mengeluarkan serangan mematikan.
Jika terkena serangan itu, Dwija pasti akan langsung mati. Namun, karena pertarungan sebelumnya, lengannya sudah tidak bisa diangkat lagi dan kecepatannya juga berkurang banyak. Selain itu, pedangnya juga terlempar agak jauh, mustahil baginya untuk menahan serangan ini.Saat pedangnya hampir mengenai tenggorokan Dwija, Saka malah menghentikan langkahnya. Dia menatap Wira dengan dingin dan berkata dengan tenang, "Kemampuan anak buahmu ternyata hanya begitu. Awalnya aku pikir dia sangat hebat. Ternyata sudah menyergap pun, dia tetap nggak bisa melukaiku.""Sepertinya, kalian hanya bisa menindas orang seperti kakakku saja. Kalau melawan kami, hasil akhirnya kalian juga tetap sama."Melihat ekspresi Saka yang meremehkan, Wira sangat ingin mengeluarkan pistolnya dan langsung menembak Saka. Saka sudah bersekongkol dengan orang seperti Yasa, berarti Saka ini juga bukan orang baik dan tentu saja tidak boleh dibiarkan hidup lebih lama. Namun, jika dia membunuh Saka, mereka akan kehilangan pelin
"Bagus sekali. Sepertinya kamu cukup hebat. Kalau begitu, biar aku lihat seberapa hebat kemampuanmu," kata Saka yang tertawa, bukannya marah. Dia menghunus pedangnya dan segera bertarung dengan Dwija."Aku juga ingin melihat seberapa hebat kemampuan kalian," kata Dwija.Para prajurit tetap mengelilingi Wira dan kelompoknya, sama sekali tidak memedulikan Dwija. Bahkan para wakil jenderal yang berdiri di belakang Dwija juga tidak bergerak. Terdengar beberapa komentar dari kerumunan itu."Anak ini ternyata ingin menantang Jenderal. Kalau tahu begitu, kita nggak perlu repot-repot menggunakan begitu banyak trik.""Jenderal tentu saja akan memberinya kesempatan itu.""Kekuatan Jenderal nggak tertandingi. Bahkan di seluruh wilayah barat ini, nggak ada yang bisa menandinginya.""Orang ini benar-benar nggak tahu diri. Cari masalah sendiri.""Mereka sudah menyakiti kakaknya, mana mungkin Jenderal akan melepaskan mereka begitu saja. Sekarang kebetulan dia bisa memberi mereka pelajaran."Namun, Wi
Sejak Wira membawa mereka ke wilayah barat, Agha dan Dwija sudah tahu perjalanan ini akan sangat berbahaya. Jika tidak memiliki tekad yang kuat, mereka tidak mungkin mengikuti Wira sampai sejauh ini. Begitu juga dengan Wendi."Kamu memang berani dan cerdik, hampir saja berhasil menipuku. Tapi, apa benar kita nggak punya dendam? Kamu mungkin nggak mengenalku, tapi aku kenal kamu. Kamu nggak mungkin sudah melupakan Tuan Yasa yang baru saja mati di tanganmu secepat ini, 'kan? Kelihatannya kamu masih muda, harusnya ingatanmu nggak seburuk itu," kata Saka sambil perlahan-lahan mendekati Wira.Sementara itu, wakil jenderal itu juga sudah kembali berdiri di belakang Saka.Wira akhirnya mengerti apa yang sudah terjadi, ternyata semua ini karena dia sudah menyinggung Yasa. Sebelumnya, dia masih tidak mengerti mengapa Yasa yang begitu tidak berlogika itu bisa berkuasa di tempat itu begitu lama. Apakah tidak ada orang di Provinsi Tengah yang sanggup melawan Yasa? Mengapa pejabat di sana juga tida