Meski bandit dikecam oleh istana, jika tidak membuat masalah, para bandit tetap bisa menduduki satu wilayah dan menjadi penguasa setempat. Namun, beda halnya dengan Raja Fazana. Siapa pun yang berhubungan dengannya akan ditangkap dan dibunuh oleh istana.Haidar mulai curiga dan bertanya dengan suara rendah, "Tuan Wahyudi, apa maksudmu?""Sangat sederhana. Ketua pertama dan ketua kedua kalian adalah anak buah Fazana. Ada lagi, Abdar sudah aku bunuh. Aku berani datang ke Desa Angindra secara pribadi karena ingin memberi kalian jalan keluar," jawab Wira dengan ekspresi tenang. Segala sesuatu sudah diperhitungkan masak-masak olehnya."Apa?" Ekspresi Kamaludin, Haidar, dan Barraq berubah drastis. Mereka langsung memandang Fawaz dengan tidak percaya. Haidar dan Barraq langsung berdiri dan berseru dengan marah."Kak, ada apa ini? Kami butuh penjelasan!""Iya! Kita sudah susah payah bertahan sampai sekarang. Biarpun Raja Fazana itu sosok hebat yang hampir mengubah dunia, masanya sudah lewat. K
Suara tembakan senapan bergema di telinga semua orang. Detik berikutnya, mereka semua melihat sebuah pemandangan mengerikan. Fawaz mati begitu saja. Dia terbunuh dengan satu tembakan!Para ketua lainnya sontak memandang Wira dengan ngeri. Mereka tahu bahwa istana memiliki senapan, tetapi ukurannya besar dan dan berat. Tak disangka, benda kecil di tangan Wira ini juga sebuah senapan!"Oke, penjahatnya sudah disingkirkan, Desa Angindra aman. Selamat ya, kalian akan menjadi orang kaya," ujar Wira.Wira menyimpan senapannya dan tersenyum tipis sambil memandang orang-orang yang masih tercengang itu.....Keesokan paginya, Haidar dan kedua ketua lainnya melambaikan tangan dengan penuh hormat di gerbang Desa Angindra."Tuan Wahyudi, hati-hati di jalan!"Wira tersenyum tipis dan membalas lambaian tangan mereka. Dia dan Danu pun menuruni gunung dengan menunggangi kuda."Tuan Wahyudi ini nggak cuma pintar, tapi juga sangat berani. Hanya dengan ditemani satu orang, dia berani naik ke gunung bandi
Begitu mendengar perkataan Fabrian, meskipun Wira adalah orang yang murah hati, dia tetap menggelengkan kepala.Wira menghela napas seraya mengeluh, "Mengajarkan seseorang cara memancing akan lebih baik daripada memberi mereka ikan. Untuk benar-benar membantu mereka, memberi uang saja nggak akan cukup. Menurutku, hasil panen mereka bahkan nggak cukup untuk membayar pajak makanan!"Saat ini, mereka telah tiba di Kampung Silali. Sejumlah besar orang dan kuda mereka tentunya menarik perhatian penduduk Kampung Silali. Begitu tuan tanah besar di Kabupaten Tanoko, Bejo Silali, mendengar berita tersebut, dia segera datang untuk menyambut mereka."Aku adalah tuan tanah Kampung Silali, Bejo Silali. Kalau boleh tahu, ke mana kalian ingin pergi sampai datang jauh-jauh kemari?" tanya Bejo.Melihat bahwa Wira dan yang lainnya memiliki penampilan yang luar biasa, dengan tim pengawal dan bahkan konvoi, dia memiliki sedikit dugaan tentang identitas mereka. Bejo mengira bahwa mereka mungkin adalah peda
Ketika Bejo kembali, dia membawa beberapa gerobak penuh dengan bunga segar. Bau harumnya sudah tercium dari jarak jauh."Eh ... Paman Wira, apakah kamu menyuruhnya mengumpulkan begitu banyak bunga ... hanya untuk membuat minyak wangi?"Fabrian dan Pramana sama-sama bingung, sementara Wira tidak menjelaskan apa pun lagi. Dia bermaksud untuk mengekstrak cairan wangi dari bunga-bunga tersebut, lalu mengolahnya menjadi minyak wangi. Setelah diencerkan, itu bisa digunakan sebagai bahan dasar untuk membuat parfum.Saat ini, wewangian hanya ada dalam bentuk kantong wewangian. Namun, setelah beberapa waktu, penggunanya harus mengkhawatirkan tentang pertumbuhan jamur. Apalagi, aromanya juga tidak bertahan lama sehingga itu hanya akan menyia-nyiakan banyak bahan baku. Minyak wangi buatannya sendiri pasti mampu menarik perhatian wanita-wanita kaya.Sebenarnya, Wira telah lama ingin membuat parfum, tetapi satu demi satu masalah terus menimpanya. Itu sebabnya, dia tidak pernah memiliki waktu untuk
"Aku memasak mereka untuk merusak struktur mereka dan membuat vakuola pecah. Dengan begitu, cairan wangi mereka akan mengalir keluar. Setelah melalui proses perebusan dan distilasi, kita bisa mendapatkan apa yang aku sebut sebagai minyak wangi," jelas Wira.Setelah mendengarkan penjelasan Wira, meskipun memahami maksudnya, Fabrian dan Pramana tetap tercengang!"Wah ... ternyata kita semua terbuat dari sel-sel!""Selain itu, vakuola benar-benar luar biasa!"Wira menjelaskan sembari menggambar di tanah. Hal ini membuat kedua orang itu sangat kagum. Sementara itu, Bejo sama sekali tidak dapat memahami perkataan Wira. Dia tidak mengerti istilah-istilah seperti sel, distilasi, ataupun vakuola. Apa yang dia tahu sekarang hanyalah ada banyak bunga yang telah dimasak. Bejo merasa itu sangat disayangkan."Sekarang, kelopak-kelopak bunga ini nggak memiliki kegunaan lagi dan cairan wanginya sudah diekstrak. Kita hanya perlu menunggu beberapa saat hingga proses distilasi selesai," jelas Wira. Dia
Setelah tinggal sehari di sini, Wira pun melanjutkan perjalanannya bersama rombongan. Jarak antara Kota Pusat Pemerintahan Roino dan Provinsi Jawali tidak begitu jauh. Wira dan rombongannya segera memasuki Provinsi Jawali dengan gagah. Namun, tak lama setelah mereka memasuki provinsi, seseorang telah mendapatkan kabar tentangnya.Pada saat ini, di sebuah rumah di Provinsi Jawali, Farrel tengah memegang sepucuk surat sambil menyunggingkan senyuman, lalu berkata, "Cepat sekali, mereka bisa-bisanya sudah datang ....""Apakah dia benar-benar datang?" tanya seorang gadis berpakaian ungu di sebelahnya dengan terkejut.Farrel menjawab sambil mengangguk, "Dia sudah masuk ke kota. Nggak disangka, Wira ini benar-benar romantis, dia sungguh datang ke sini untuk menjemput istrinya."Gadis berpakaian ungu itu meledeknya dengan gembira, "Jadi, rencanamu sepertinya akan gagal, ya."Farrel mengerucutkan bibirnya sambil berkata, "Semua pria itu sama saja, apalagi dia terkenal sebagai pria hidung belang
Wira berucap, "Aku datang dari Dusun Darmadi untuk menjemput istriku."Pengawal yang menjaga pintu melirik Wira sekilas dengan sikap arogan. Orang rendahan dari Dusun Darmadi ini berani mendatangi kediaman Keluarga Linardi? Wira memang merupakan menantu Keluarga Linardi, tetapi Keluarga Linardi tidak pernah mengakui status Wira.Hanya saja, pengawal ini tidak mengatakan apa pun. Dia langsung menutup pintu, lalu masuk untuk melapor."Wira benar-benar datang? Dasar pria berengsek!" ujar Melati yang kesal. Setelah berpikir sejenak, dia langsung berkata, "Jauhar, usir saja dia."Jauhar terus menunggu perintah dari Melati. Dia langsung menyahut setelah mendengar ucapan Melati, "Oke, Nona Melati. Aku akan mengusir pecundang itu."Kemudian, Jauhar langsung berjalan ke pintu masuk kediaman, lalu berucap, "Kamu Wira, ya? Aku pengurus Keluarga Linardi, namaku Jauhar."Wira tertegun. Sepertinya, Keluarga Linardi tidak mendisiplinkan bawahannya dengan baik. Bahkan, seorang pengurus rumah berani me
Opal mengernyit. Begitu mendengar perkataan Melati, Opal juga tidak tahu apa yang harus diperbuatnya. Namun, dia mengkhawatirkan masa depan Keluarga Linardi. Jika berhubungan dengan Wira, keluarga mereka pasti akan celaka.Saat memikirkan hal ini, Opal langsung membuat keputusan dan membuka pintu ruang kerjanya. Kebetulan, dia melihat Wira dan Danu berjalan masuk. Di depan mereka, ada pengawal dan Jauhar yang tampak panik."Wira! Kamu lancang sekali!" tegur Opal. Dia yang awalnya sedikit merasa bersalah makin marah setelah melihat situasi ini.Wira hanya menantu Keluarga Linardi. Bahkan, status Wira tidak diakui. Namun, Wira malah berani datang dan membuat keributan di kediaman Keluarga Linardi. Apa dia tidak menghormati Keluarga Linardi?Wira melihat Opal, lalu mendengus dan menyahut, "Lancang? Kak Opal, menurutku, kalian lebih lancang!"Opal yang berang berujar, "Apa maksudmu?"Wira juga merasa kesal, dia langsung menimpali, "Keluarga Linardi sangat bermartabat. Ayah mertua juga seor
Setelah melihat Wira yang duduk di dalam sel, Danu merasa hatinya sakit dan berteriak, "Cepat buka pintu sel ini! Kalian benar-benar berani sekali. Bahkan kakakku juga kalian berani tangkap?"Bukan hanya Adianto yang langsung tercengang begitu mendengar perkataan itu, semua orang yang berada di sana juga begitu. Danu adalah jenderal yang terkenal dan berkuasa. Di seluruh Provinsi Lowala, tidak ada yang bisa menandinginya dan bahkan tidak ada yang berani mengganggunya. Orang yang dipanggilnya kakak tentu saja adalah Wira.Adianto tidak berani percaya dengan apa yang didengarnya, tetapi kenyataannya sudah ada di depan matanya. Setelah menelan ludah, dia segera membuka pintu sel dan inisiatif masuk ke dalamnya. Dia hanya menundukkan kepala karena tidak berani menatap Wira dan berkata, "Tuan, sebelumnya aku nggak tahu apa-apa dan sudah menyinggungmu.""Aku mohon Tuan bisa memaafkanku, jangan menghukumku. Aku nggak akan mengulanginya lagi kelak."Pada saat ini, Adianto benar-benar ketakutan
"Menurutku, ini ide yang bagus. Kalau begitu, kita lakukan sesuai keinginanmu. Aku akan pergi memberi tahu rekan-rekanku di luar biar mereka membantuku memberi pelajaran pada anak ini. Sejujurnya, aku juga kesal dengan anak ini," kata Adianto sambil tersenyum sinis, lalu bersiap pergi bersama Ruben.Adianto memang tidak bisa langsung memutuskan semua hal yang ada di penjara bawah tanah, dia tetap harus melaporkannya pada atasannya. Namun, jabatannya lebih tinggi daripada orang-orang yang ada di sana. Jika kerabatnya ingin masuk ke kota, semua juga pasti akan melewatinya. Oleh karena itu, dia tentu saja memiliki pengaruh tertentu.Namun, saat baru saja berbalik, Adianto dan Ruben melihat ada sekelompok orang mendekat. Terutama saat melihat orang yang berdiri di paling depan, Adianto langsung tertegun dan tidak tahu harus berbuat apa."Saudaraku, ada apa?" tanya Ruben dengan ekspresi bingung."Aku nggak salah lihat, 'kan? Kenapa Jenderal Danu tiba-tiba datang ke penjara bawah tanah? Buka
"Aku mengerti. Melihat situasinya nggak beres, jadi kakakmu langsung pergi, 'kan? Orang bilang suami istri yang selalu bersama pun akan berpisah saat menghadapi bahaya, ternyata kakak adik pun seperti ini," sindir Sahim.Shafa malah tidak berbicara dan menjelaskan apa pun juga. Dia sebenarnya sudah menyadarinya saat tadi Wira berbicara dengan Kaffa. Wira bisa duduk di sini dengan begitu tenang pasti karena sudah memberikan tugas pada Kaffa. Kalau begitu, mengapa dia harus khawatir?Selain itu, Shafa tahu betul kebaikan kakaknya terhadapnya melebihi siapa pun. Oleh karena itu, dia merasa tidak perlu menjelaskan apa pun pada orang lain."Tutup mulutmu," kata Wira dengan kesal.Sahim langsung tidak berani berbicara lagi.Tepat pada saat itu, Ruben dan Adianto datang dan langsung berdiri di depan pintu sel."Sekarang kamu sudah tahu kekuatanku, 'kan? Tadi aku sebenarnya nggak ingin menyusahkan kalian dan menyuruh kalian cepat pergi, tapi kalian nggak mau dengar. Kalian malah mengusir para
Kaffa menyadari liontin giok ini memang berguna. Setelah mendengar perkataan Danu, dia tidak ragu-ragu dan langsung berkata, "Tuan Wira yang memberiku liontin giok ini sudah ditangkap kepala penjaga gerbang kota ke penjara bawah tanah. Jenderal Danu, cepat selamatkan dia."Kepala penjaga gerbang kota memang memiliki kekuasaan, tetapi kekuasaan itu masih kalah jauh jika dibandingkan dengan Danu. Kaffa merasa lebih yakin lagi, kali ini Wira dan adiknya pasti akan selamat.Swish.Mendengar perkataan Kaffa, ekspresi Danu langsung menjadi sangat muram dan napasnya pun menjadi terengah-engah. "Mereka berani menangkap kakakku? Benar-benar nggak tahu diri!"Setelah memaki sebentar, Danu langsung melambaikan tangan pada kedua penjaga di belakangnya. "Segera kumpulkan orang dan ikut aku ke penjara bawah tanah!"Tak lama kemudian, semua orang sudah siap dan berangkat menuju penjara bawah tanah.Kaffa juga segera mengikuti mereka. Dia ingin menyelamatkan adiknya dengan tangannya sendiri dan berter
Selama tetap mengikuti Wira, Kaffa yakin kehidupannya dan adiknya akan terjamin."Kenapa masih belum pergi? Kamu kira kami sedang bercanda denganmu?" kata penjaga yang tadi berbicara itu dengan kesal. Jika bukan karena Danu sudah memerintahkan untuk harus bersikap rendah hati dan sopan pada orang-orang, mereka sudah memukul Kaffa dengan tongkat. Jelas Kaffa ini hanya seorang pengemis pun berani datang menemui Danu, sungguh tidak tahu diri.Kaffa kembali berkata, "Kalau kalian nggak mengizinkan aku bertemu dengan Jenderal Danu, nggak masalah. Tapi, tolong serahkan benda ini pada Jenderal Danu. Kalau Jenderal Danu ingin bertemu denganku setelah melihat benda ini, kalian baru bawa aku masuk. Bagaimana? Tapi, kalau Jenderal Danu nggak ingin bertemu denganku, aku nggak akan tinggal di sini lagi. Bagaimana menurut kalian?"Meskipun para penjaga itu tidak mengizinkannya masuk, Kaffa merasa dia tetap harus menunjukkan benda ini pada Danu. Dia juga tidak tahu apakah benda ini berguna atau tidak
Setelah mengatakan itu, Wira menatap Kaffa yang berdiri di belakangnya. Dia mengeluarkan sebuah liontin giok dan diam-diam menyerahkannya ke tangan Kaffa, lalu berbisik, "Kamu ambil liontin giok ini dan pergi mencari orang yang bernama Danu di dalam kota. Danu sangat terkenal di sana, jadi kamu hanya perlu bertanya pada orang-orang di sana saja. Kamu pasti akan menemukannya.""Aku akan menjaga adikmu dan nggak akan membiarkan sesuatu terjadi padanya."Kaffa mengenakan pakaian biasa dan terlihat seperti pengemis. Ditambah lagi, situasi di sekitar sedang kacau dan jaraknya yang lebih jauh dari Wira, sehingga orang-orang sulit untuk mengenalinya. Situasi ini justru menguntungkan, setidaknya dia bisa memanfaatkan situasinya untuk mencari celah dan pergi meminta bantuan dari Danu.Setelah ragu sejenak dan melihat Shafa yang menganggukkan kepala, Kaffa menggertakkan giginya dan berkata, "Kalau begitu, maaf merepotkan Kak Wira."Setelah mengatakan itu, Kaffa diam-diam pergi dari sana.Sementa
Wira bertanya-tanya apakah Lucy sudah memberi tahu orang-orang di Provinsi Lowala tentang situasinya, sehingga para prajurit ini datang untuk menjemputnya."Tuan Ruben, akhirnya kamu datang juga. Aku dengar kamu menghadapi beberapa masalah di sini, jadi aku sengaja datang ke sini untuk melihatnya. Kelihatannya situasimu memang seperti yang mereka katakan, benar-benar ada orang nggak tahu diri yang berani mencari masalah denganmu," kata pria yang menunggang kuda dengan nada dingin sambil menatap Wira."Siapa kamu ini? Kamu tahu siapa pria yang berdiri di depanmu ini? Dia adalah Tuan Ruben yang sangat terkenal. Lihatlah dirimu ini, masih berani melawan Tuan Ruben? Cepat tangkap preman ini," lanjut pria itu.Seiring perintah dari pria yang menunggang kuda itu, para prajurit langsung maju dan segera mengepung Wira dan yang lainnya.Sahim langsung ketakutan sampai kakinya lemas. Sejak zaman dahulu, rakyat takut pada prajurit sudah menjadi situasi yang wajar. Saat teringat dengan semua tinda
"Baiklah. Aku percaya perkataan Tuan ini, jadi aku akan ikut dia ke kota dan melihatnya sendiri," kata pria paruh baya itu lagi dan menjadi orang pertama yang mendukung Wira.Melihat ada yang mulai goyah, yang lainnya juga segera mendukung Wira. Dalam sekejap, banyak orang yang sudah berdiri di belakang Wira.Sementara itu, hanya tersisa sebagian korban bencana yang berdiri di pihak pria gemuk itu, selain beberapa pengawalnya. Namun, hanya dengan orang-orang ini saja, jelas tidak akan cukup untuk mengangkat semua makanan dan hartanya ke dalam kota."Sialan, kamu ini sengaja membuat keributan, 'kan?" kata pria gemuk itu dengan nada dingin dan menatap Wira sambil mengernyitkan alis. Semua rencananya sudah matang, hanya tinggal menyelesaikannya saja. Namun, Wira yang tidak tahu diri ini tiba-tiba muncul dan mengacaukan segalanya. Siapa pun yang menghadapi situasi seperti ini pasti akan marah.Wira malah tersenyum. "Semua yang kukatakan ini benaran, kenapa kamu begitu marah?""Dasar bereng
Penampilan Kaffa dan Shafa memang membuat orang sulit untuk percaya Wira bisa memberikan orang-orang itu cukup uang untuk membeli beras.Wira melanjutkan, "Kalian semua mungkin masih belum tahu, ada kantin umum yang khusus untuk para korban bencana dia Provinsi Lowala. Asalkan kalian pergi makan di sana setiap harinya, setidaknya masalah makanan kalian bisa terselesaikan. Meskipun aku benar-benar nggak bisa memberi kalian makanan, kalian juga nggak akan mati kelaparan begitu kalian masuk ke Provinsi Lowala.""Soal tempat tinggal, aku yakin kelak itu juga akan perlahan-lahan terselesaikan. Kehidupan kalian pasti akan membaik."Sebelum datang ke sini, Wira sudah mendengar dari Lucy bahwa situasi di Provinsi Lowala tidak separah yang dibayangkannya.Osmaro dan yang lainnya bisa mengendalikan situasinya dalam waktu singkat dan bahkan mencegah pemberontakan karena mereka menyediakan cukup banyak persediaan makanan dan tempat perlindungan bagi para korban bencana juga. Kebutuhan makanan dan