"Mereka naik gunung? Gimana nih?" ujar Mandra dengan cemas.Pramana mengernyit, tetapi akhirnya berkata, "Paman Wira selalu punya perhitungan yang akurat. Karena Paman Wira nggak bilang apa-apa, kita cari tempat dan tunggu saja dia kembali!"....Pada saat yang sama, Fawaz dan yang lainnya langsung menyiapkan berbagai hidangan dan minuman di Aula Pertemuan Desa Angindra. Mereka tampak benar-benar ingin menjamu Wira."Hahaha! Tuan Wahyudi, aku sudah lama mendengar tentang semua prestasimu. Saat bertemu langsung sekarang, aku bisa lihat kalau kamu memang luar biasa," ujar Fawaz berpura-pura gembira sambil mengangkat gelas anggurnya tinggi-tinggi.Wira menyahut sambil tersenyum, "Kak Fawaz, kamu nggak mungkin mengajakku naik gunung hanya supaya aku bisa mencicipi makanan lezat Desa Angindra, bukan?"Begitu kata-kata ini terlontar, suasana di Aula Pertemuan tiba-tiba berubah tegang.Fawaz pun tersenyum dan meletakkan gelas anggurnya, lalu berkata, "Tuan Wahyudi, kamu memang sangat jeli. Ba
Ekspresi Fawaz berubah drastis mendengar ucapan Wira. Kini, dia yakin bahwa Wira sudah mengetahui identitas asli Levon.Saat ini, Haidar si ketua ketiga buru-buru berkata, "Tuan Wahyudi salah paham. Kami memang mengenal Wolfie, tapi kami nggak punya hubungan yang begitu baik dengannya. Kini, dia juga sudah mati, nggak perlu mengungkitnya lagi. Aku lebih ingin mendengar cara Tuan Wahyudi membuat kami kaya."Barraq si ketua kelima juga sependapat. Dia berkata, "Tuan Wahyudi, kuharap kamu bisa mengajari kami."Lantaran kedua orang itu sudah bilang begitu, Kamaludin hanya menggaruk kepalanya dan tidak banyak bicara. Lagi pula, dia hanya ingin mendapat banyak uang. Entah itu dengan cara merampok atau yang lainnya, dia tidak peduli. Selama itu menguntungkannya, itu tidak masalah.Namun, Fawaz memandang Haidar dan Barraq dengan suasana hati muram. Jika Wira benar-benar bisa memberikan metode yang bagus, dia akan kesulitan membunuh Wira. Akhirnya, Fawaz mendengus dan berkata, "Sudahlah! Tuan W
Meski bandit dikecam oleh istana, jika tidak membuat masalah, para bandit tetap bisa menduduki satu wilayah dan menjadi penguasa setempat. Namun, beda halnya dengan Raja Fazana. Siapa pun yang berhubungan dengannya akan ditangkap dan dibunuh oleh istana.Haidar mulai curiga dan bertanya dengan suara rendah, "Tuan Wahyudi, apa maksudmu?""Sangat sederhana. Ketua pertama dan ketua kedua kalian adalah anak buah Fazana. Ada lagi, Abdar sudah aku bunuh. Aku berani datang ke Desa Angindra secara pribadi karena ingin memberi kalian jalan keluar," jawab Wira dengan ekspresi tenang. Segala sesuatu sudah diperhitungkan masak-masak olehnya."Apa?" Ekspresi Kamaludin, Haidar, dan Barraq berubah drastis. Mereka langsung memandang Fawaz dengan tidak percaya. Haidar dan Barraq langsung berdiri dan berseru dengan marah."Kak, ada apa ini? Kami butuh penjelasan!""Iya! Kita sudah susah payah bertahan sampai sekarang. Biarpun Raja Fazana itu sosok hebat yang hampir mengubah dunia, masanya sudah lewat. K
Suara tembakan senapan bergema di telinga semua orang. Detik berikutnya, mereka semua melihat sebuah pemandangan mengerikan. Fawaz mati begitu saja. Dia terbunuh dengan satu tembakan!Para ketua lainnya sontak memandang Wira dengan ngeri. Mereka tahu bahwa istana memiliki senapan, tetapi ukurannya besar dan dan berat. Tak disangka, benda kecil di tangan Wira ini juga sebuah senapan!"Oke, penjahatnya sudah disingkirkan, Desa Angindra aman. Selamat ya, kalian akan menjadi orang kaya," ujar Wira.Wira menyimpan senapannya dan tersenyum tipis sambil memandang orang-orang yang masih tercengang itu.....Keesokan paginya, Haidar dan kedua ketua lainnya melambaikan tangan dengan penuh hormat di gerbang Desa Angindra."Tuan Wahyudi, hati-hati di jalan!"Wira tersenyum tipis dan membalas lambaian tangan mereka. Dia dan Danu pun menuruni gunung dengan menunggangi kuda."Tuan Wahyudi ini nggak cuma pintar, tapi juga sangat berani. Hanya dengan ditemani satu orang, dia berani naik ke gunung bandi
Begitu mendengar perkataan Fabrian, meskipun Wira adalah orang yang murah hati, dia tetap menggelengkan kepala.Wira menghela napas seraya mengeluh, "Mengajarkan seseorang cara memancing akan lebih baik daripada memberi mereka ikan. Untuk benar-benar membantu mereka, memberi uang saja nggak akan cukup. Menurutku, hasil panen mereka bahkan nggak cukup untuk membayar pajak makanan!"Saat ini, mereka telah tiba di Kampung Silali. Sejumlah besar orang dan kuda mereka tentunya menarik perhatian penduduk Kampung Silali. Begitu tuan tanah besar di Kabupaten Tanoko, Bejo Silali, mendengar berita tersebut, dia segera datang untuk menyambut mereka."Aku adalah tuan tanah Kampung Silali, Bejo Silali. Kalau boleh tahu, ke mana kalian ingin pergi sampai datang jauh-jauh kemari?" tanya Bejo.Melihat bahwa Wira dan yang lainnya memiliki penampilan yang luar biasa, dengan tim pengawal dan bahkan konvoi, dia memiliki sedikit dugaan tentang identitas mereka. Bejo mengira bahwa mereka mungkin adalah peda
Ketika Bejo kembali, dia membawa beberapa gerobak penuh dengan bunga segar. Bau harumnya sudah tercium dari jarak jauh."Eh ... Paman Wira, apakah kamu menyuruhnya mengumpulkan begitu banyak bunga ... hanya untuk membuat minyak wangi?"Fabrian dan Pramana sama-sama bingung, sementara Wira tidak menjelaskan apa pun lagi. Dia bermaksud untuk mengekstrak cairan wangi dari bunga-bunga tersebut, lalu mengolahnya menjadi minyak wangi. Setelah diencerkan, itu bisa digunakan sebagai bahan dasar untuk membuat parfum.Saat ini, wewangian hanya ada dalam bentuk kantong wewangian. Namun, setelah beberapa waktu, penggunanya harus mengkhawatirkan tentang pertumbuhan jamur. Apalagi, aromanya juga tidak bertahan lama sehingga itu hanya akan menyia-nyiakan banyak bahan baku. Minyak wangi buatannya sendiri pasti mampu menarik perhatian wanita-wanita kaya.Sebenarnya, Wira telah lama ingin membuat parfum, tetapi satu demi satu masalah terus menimpanya. Itu sebabnya, dia tidak pernah memiliki waktu untuk
"Aku memasak mereka untuk merusak struktur mereka dan membuat vakuola pecah. Dengan begitu, cairan wangi mereka akan mengalir keluar. Setelah melalui proses perebusan dan distilasi, kita bisa mendapatkan apa yang aku sebut sebagai minyak wangi," jelas Wira.Setelah mendengarkan penjelasan Wira, meskipun memahami maksudnya, Fabrian dan Pramana tetap tercengang!"Wah ... ternyata kita semua terbuat dari sel-sel!""Selain itu, vakuola benar-benar luar biasa!"Wira menjelaskan sembari menggambar di tanah. Hal ini membuat kedua orang itu sangat kagum. Sementara itu, Bejo sama sekali tidak dapat memahami perkataan Wira. Dia tidak mengerti istilah-istilah seperti sel, distilasi, ataupun vakuola. Apa yang dia tahu sekarang hanyalah ada banyak bunga yang telah dimasak. Bejo merasa itu sangat disayangkan."Sekarang, kelopak-kelopak bunga ini nggak memiliki kegunaan lagi dan cairan wanginya sudah diekstrak. Kita hanya perlu menunggu beberapa saat hingga proses distilasi selesai," jelas Wira. Dia
Setelah tinggal sehari di sini, Wira pun melanjutkan perjalanannya bersama rombongan. Jarak antara Kota Pusat Pemerintahan Roino dan Provinsi Jawali tidak begitu jauh. Wira dan rombongannya segera memasuki Provinsi Jawali dengan gagah. Namun, tak lama setelah mereka memasuki provinsi, seseorang telah mendapatkan kabar tentangnya.Pada saat ini, di sebuah rumah di Provinsi Jawali, Farrel tengah memegang sepucuk surat sambil menyunggingkan senyuman, lalu berkata, "Cepat sekali, mereka bisa-bisanya sudah datang ....""Apakah dia benar-benar datang?" tanya seorang gadis berpakaian ungu di sebelahnya dengan terkejut.Farrel menjawab sambil mengangguk, "Dia sudah masuk ke kota. Nggak disangka, Wira ini benar-benar romantis, dia sungguh datang ke sini untuk menjemput istrinya."Gadis berpakaian ungu itu meledeknya dengan gembira, "Jadi, rencanamu sepertinya akan gagal, ya."Farrel mengerucutkan bibirnya sambil berkata, "Semua pria itu sama saja, apalagi dia terkenal sebagai pria hidung belang
Kresna telah mendengar tentang tindakan Senia sebelumnya. Senia telah berulang kali mencoba membunuh Wira secara diam-diam, tetapi setiap kali hasilnya selalu nihil. Bahkan, semua usahanya berakhir dengan kegagalan total.Senia bahkan hampir mengorbankan putranya sendiri dalam proses itu. Jika Senia sendiri tidak mampu melakukannya, bagaimana mungkin dia mengharapkan dirinya dan Ararya untuk membunuh Wira?Atau mungkin ... Senia sebenarnya berniat membunuh dirinya dan Ararya? Hanya saja, dia berencana menggunakan tangan Wira untuk melakukannya?Kresna tak kuasa merinding. Di satu sisi ada serigala, di sisi lain ada harimau. Dia merasa seperti orang yang berdiri di jembatan rapuh, tidak tahu harus melangkah ke mana dan tidak berani bergerak sembarangan.Apa pun keputusan yang diambilnya, itu bisa membawa kehancuran pada dirinya sendiri dan tidak ada jalan kembali. Menyesal pun tidak akan ada gunanya!Setelah hal ini disampaikan kepada Ararya, Ararya pasti juga akan secemas dirinya."Dar
"Pergilah," ujar Senia sambil memijat pelipisnya dengan lembut. "Aku tunggu kabar darimu."Pada sore harinya, Dahlan tiba di kediaman Kresna. Saat ini, dia sedang duduk di aula utama kediaman Kresna.Meskipun Dahlan selalu terlihat tunduk dan penuh hormat karena takut pada ibunya, di sini dia justru menunjukkan sikap yang sangat berbeda, penuh wibawa dan angkuh.Dahlan duduk di kursi utama sambil meminum teh dengan tenang, menunggu Kresna yang tak kunjung datang."Raja Kresna, kamu membuatku menunggu begitu lama. Sepertinya kamu nggak menghormatiku," sindir Dahlan.Kresna buru-buru mengangkat tangannya sebagai tanda memohon maaf. "Pangeran, kenapa bicara begitu? Aku baru saja dapat kabar tentang kedatanganmu dan langsung datang secepat mungkin. Kalau kamu tersinggung, mohon maafkan aku."Dahlan mendengus dingin, lalu meletakkan cangkir tehnya. Tatapannya langsung beralih ke orang-orang yang berada di aula.Kresna segera mengerti maksudnya dan memerintahkan semua orang untuk pergi. Tida
Menangkap pemimpin untuk menghancurkan pasukan! Ini adalah cara terbaik!Sebenarnya mereka sudah mencoba membunuh Wira beberapa kali sebelumnya, tetapi hasilnya selalu mengecewakan. Namun, kali ini berbeda.Senia telah memutuskan untuk tidak menyembunyikan niatnya lagi. Dengan demikian, dia bisa bertindak lebih bebas tanpa ragu.Ini adalah kesempatan sempurna untuk menyerang Wira secara langsung dan terbuka. Jika berhasil menyingkirkan Wira, itu akan menjadi hasil terbaik. Namun, jika tidak, paling-paling mereka akan memutuskan hubungan mereka. Hasil ini tidak akan berdampak pada apa pun.Dahlan tiba-tiba berkata, "Tapi, saat ini kita nggak punya orang yang cukup kuat untuk melakukannya. Bahkan, kita hampir kehabisan ahli di pihak kita. Setahuku, Wira membawa beberapa ahli di sisinya.""Kalau kita mengirim orang sekarang, bukankah hanya akan mengorbankan mereka tanpa hasil?"Bahkan, Panji tidak mendapatkan hasil yang memuaskan dan akhirnya kehilangan nyawanya. Dahlan tidak kepikiran si
"Benar!"Di hadapan ibunya, Dahlan tidak perlu menyembunyikan apa pun. Dia langsung mengangguk dengan tegas. Kekhawatirannya memang terletak pada Kresna dan Ararya.Kedua orang ini memegang kekuasaan militer. Meskipun kekuatan mereka telah dibatasi oleh Senia selama bertahun-tahun, mereka tetap tak terkalahkan hingga sekarang.Di wilayah mereka, mereka seperti raja kecil, memerintah wilayah sendiri. Hal ini jelas adalah ancaman bagi kekuasaan Senia.Dulu, Senia tidak terlalu memedulikan mereka karena dia memiliki Panji di sisinya. Panji bahkan mampu menciptakan makhluk beracun yang menakutkan. Sekalipun di medan perang, makhluk beracun tetap bisa membuat posisi mereka unggul.Namun, dengan kematian Panji, Senia kehilangan sosok yang bisa diandalkan. Inilah yang paling dikhawatirkan Dahlan.Jika mereka memutuskan untuk memulai perang dengan Wira saat ini, lalu Raja Kresna serta Raja Ararya menyerang dari belakang, itu akan menjadi krisis besar. Hasil akhirnya bisa dipastikan akan sangat
Meskipun Dahlan sangat membenci Wira dan ingin membunuhnya, dia tetap mempertimbangkan untung rugi dengan baik.Menyatakan perang terhadap Wira memang mudah. Namun setelah itu, akan ada banyak reaksi berantai yang harus dihadapi.Jika semua reaksi berantai itu tidak dipertimbangkan dengan matang, di masa depan hal ini bisa membawa masalah yang tidak perlu bagi mereka. Inilah poin paling sulit.Sudut bibir Senia agak berkedut. Dia melangkah ke depan Dahlan, mencengkeram kerah bajunya dengan erat. Jika tatapan mata bisa membunuh, Dahlan pasti sudah mati berkali-kali.Tatapan yang begitu menakutkan, seperti dua pedang tajam yang siap menusuk. Tidak ada yang berani menatapnya langsung."Ibu, kenapa?" Dalam pandangan Dahlan, Senia selalu tampak bijaksana. Jika tidak, mustahil bagi seorang wanita bisa mencapai posisi seperti ini, bahkan menjadi sosok yang berada di atas semua orang.Pencapaiannya sudah cukup untuk membuat semua wanita di dunia ini merasa bangga. Lagi pula, wanita yang menjad
Keesokan pagi, Wira dan rombongannya berangkat. Osman memimpin para pejabat untuk mengantar kepergian mereka. Terlihat jelas bahwa Osman sangat menghormati Wira.Selain itu, seluruh rakyat turut mengantar saat tahu Wira akan pergi. Harus diakui bahwa Wira sangat dicintai oleh rakyat.Bukan hanya di Provinsi Yonggu dan Provinsi Lowala, bahkan di wilayah lain pun Wira sangat dihormati. Bagaimanapun, pengorbanan Wira memang tidak kecil. Namun, semuanya membuahkan hasil yang sepadan.Saat Wira dalam perjalanan kembali ke Provinsi Yonggu, situasi di Kerajaan Agrel kurang baik.Saat ini, Senia duduk di singgasananya dengan wajah suram. "Apa kabar ini benar?"Senia baru mendapat kabar bahwa semua orang yang diutusnya ke wilayah barat tewas. Bahkan, Panji juga tidak bisa kembali lagi. Padahal, Panji adalah kartu trufnya yang terpenting.Karena ucapan Panji, Senia baru bersedia mengeluarkan 5 miliar gabak untuk berdamai dengan Wira. Jika tidak, dia lebih memilih untuk mengorbankan putranya dari
Di wilayah dua provinsi yang damai tanpa konflik ataupun perang, tentu tidak ada hal yang perlu dikhawatirkan. Namun anehnya, meskipun bisa tinggal di rumah besar di luar, ada yang memilih rumah sederhana di Dusun Darmadi. Hal ini memang sulit dimengerti. Mungkin, Dusun Darmadi memberikan rasa aman bagi Ramath."Hasil terbesar yang kami capai dalam perjalanan kali ini adalah membunuh Jaran. Selain itu, Caraka yang selalu mengikuti Senia, juga tewas di tangan kami. Dengan kematian mereka berdua, kekuatan Senia jelas berkurang banyak," ucap Wira dengan puas.Ini adalah pencapaian terbesar dari perjalanan kali ini, wajar jika Wira merasa senang.Para hadirin di sekitar mengangguk setuju. Mereka juga tidak menyukai orang-orang dari Kerajaan Agrel. Ketika perang besar empat kelompok terjadi, Kerajaan Agrel adalah pihak yang menekan mereka paling keras.Meskipun sekarang situasi sudah damai, orang-orang dari Kerajaan Nuala tetap menyimpan dendam dan menjaga jarak dengan Kerajaan Agrel. Konfl
"Tuan Wira, kamu sangat senang dengan kesembuhan Lucy sampai melupakan temanmu ini. Aku ini raja lho. Aku sampai datang ke gerbang kota untuk menyambutmu. Setidaknya, kamu harus menjaga harga diriku sedikit.""Kalau terus membuatku berdiri di sini, apa yang akan dikatakan para menteriku nanti? Kelak gimana aku bisa mempertahankan wibawaku di depan mereka?"Osman berkata sambil tertawa. Jelas, itu hanya candaan tanpa maksud serius. Dia tidak mungkin benar-benar menyimpan dendam terhadap Wira.Wira tersenyum sambil menggeleng. Pemuda ini memang nakal. Para menteri yang hadir pun ikut tersenyum."Sudah, sudah, sejak kapan kamu jadi orang yang suka cemburu? Sekarang kamu seorang raja. Kamu seharusnya bicara yang bijak. Kalau nggak, kelak kamu benaran sulit mempertahankan takhtamu!" Wira ikut bercanda.Di tengah tawa dan obrolan santai, Wira dan rombongan memasuki ibu kota. Karena sebelumnya sudah mengetahui kepulangan Wira, Osman telah menyiapkan perjamuan.Ketika Wira tiba bersama rombong
Bisa dikatakan, hampir tidak ada pemimpin seperti Wira di dunia ini."Semuanya sudah beres. Raja kami mengikuti saran darimu dan mengeluarkan banyak dana untuk bantuan bencana. Sekarang keadaan sudah stabil dan rakyat sudah tenang. Kami benar-benar berterima kasih kepadamu."Sambil tersenyum, Trenggi meneruskan, "Kalau bukan karena saranmu, mungkin Kerajaan Nuala sudah jatuh dalam kekacauan sekarang ...."Ketika membahas hal ini, Trenggi tidak bisa menahan diri untuk menggeleng. Seperti yang Wira perkirakan sebelumnya, karena tidak ada bantuan bencana, banyak rakyat menderita dan masalah terus bermunculan.Ketika rakyat tidak bisa makan, mereka tentu bisa melakukan apa saja. Untungnya, bantuan segera diberikan sehingga masalah teratasi dan tidak terjadi kekacauan yang lebih besar.Namun, pada awalnya Osman tidak berniat menggunakan kas kerajaan untuk menghemat uang. Meskipun ingin membantu rakyat, dia tidak berani mengambil risiko itu demi melindungi dirinya sendiri.Bagaimanapun, jika