Semua Bab Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius: Bab 2001 - Bab 2010

2710 Bab

Bab 2001

"Lagi pula, ayahku juga takut padamu, dia pasti lakukan apa yang kamu katakan," kata Salie dengan ekspresi tak berdaya, jelas terpaksa menyetujui perkataan Wira. Sebenarnya, dia tidak menyangka usianya hampir sama dengan Wira, tetapi topik pembicaraan mereka sangat berbeda. Wira adalah pria yang selalu dikagumi orang-orang, berbeda dengan mereka. Di antara generasi muda, hampir tidak ada yang bisa dibandingkan dengan Wira, apalagi menandinginya. Anak seperti Wira benar-benar impian semua orang.Tepat saat keduanya sedang berbicara, beberapa pria mendekati Wira. Pria yang berdiri di paling depan melihat Wira dari atas ke bawah, lalu berkata dengan dingin, "Jangan bilang kamu adalah anggota Keluarga Taslim. Meskipun kamu adalah kepala Keluarga Taslim, apa yang bisa kamu lakukan? Keluarga Taslim pun nggak bisa sewenang-wenang di sini."Banyak orang yang setuju dengan perkataan orang itu.Wira tersenyum, tetapi tidak mengatakan apa-apa. Orang-orang di depannya ini hanya sarjana biasa yang
Baca selengkapnya

Bab 2002

Saat ini, beberapa pria itu menjadi bahan tertawaan orang dan makin mempermalukan diri mereka sendiri."Tak disangka, Kak Thalia ternyata begitu pandai bertarung. Kalau mereka menyerangku, aku pasti nggak akan bisa menangani mereka," kata Salie sambil menyilangkan kedua lengannya, jelas sedang menikmati pertunjukan itu.Setelah menepuk debu dari tangannya dan mendengus, Thalia kembali ke sisi Wira. "Maafkan aku. Aku juga nggak bermaksud membuat masalah untukmu, tapi kata-kata mereka nggak enak didengar. Aku nggak tahan lagi, jadi aku memberi mereka pelajaran. Kamu nggak keberatan, 'kan?"Wira mengangkat bahunya dengan cuek. Jika bukan karena orang-orang itu hanya orang biasa, dia pasti sudah turun tangan."Bagus sekali," kata Wira sambil menepuk bahu Thalia.Tindakan Wira itu membuat keduanya terlihat sangat akrab di mata orang lain, hubungan keduanya pasti tidak biasa. Dalam sekejap, mereka makin salah paham dengan hubungan Wira dan Thalia.Setelah beberapa pria itu bangkit dari tanah
Baca selengkapnya

Bab 2003

Setelah Wira selesai berbicara, terdengar Salie yang mulai memperkenalkan pria itu. "Bukan hanya kamu yang bilang dia aneh, semua orang juga tahu orang ini sangat berbeda. Banyak orang yang sering bilang otaknya nggak beres. Bukan hanya sekarang aja dia muncul di sini, biasanya juga dia tinggal di kaki Gunung Nasaka ini. Konon, bukan hanya nggak punya rumah dan pekerjaan, orang ini juga nggak punya keluarga. Dia pasti menganggap tempat ini adalah rumahnya."Penjelasan Salie langsung membuat Wira paham, ternyata pria itu adalah seorang tunawisma. Dalam sekejap, dia pun menggelengkan kepala dan perlahan-lahan berkata, "Sayang sekali. Tulisan orang ini begitu bagus, ini membuktikan dia pasti pernah menerima banyak pendidikan. Orang berbakat seperti ini malah sengsara di sini, sungguh disayangkan!"Saat ini, Wira sedang berencana untuk membangun kembali Kota Limaran dan menjadikannya sebagai kota terpenting di dunia, sehingga dia membutuhkan banyak orang berbakat. Setelah datang ke Gunung
Baca selengkapnya

Bab 2004

"Kalau kamu merasa nggak adil, kamu boleh memanggil beberapa orang juga. Aku ingin lihat, orang sepertimu bisa memanggil ahli seperti apa." Orang-orang di belakang pria itu juga menunjukkan ekspresi yang cuek. Jelas mereka hanya pengawal rumah tangan biasa saja.Wira malah menggelengkan kepala dan tersenyum. "Memanggil orang? Ini kamu yang bilang ya, nanti jangan menyesal."Tadi, Wira sudah melihat situasi di sekitar dan orang-orang yang berada di sana. Dia sudah menganggap pria misterius itu sebagai targetnya, dia tentu saja tidak perlu menyembunyikan identitasnya lagi. Dia pun mengeluarkan petasan dari sakunya dan meletakkannya di tanah, lalu menyalakannya hingga langit dipenuhi dengan kembang api yang besar."Ini yang kamu maksud memanggil orang? Kamu pasti hanya bercanda dengan kami, 'kan? Langit masih cerah, nggak perlu menyalakan kembang api. Lagi pula, kami bukan orang tuamu, nggak perlu begitu berbakti pada kami." Pria itu masih belum menyadari betapa buruknya situasinya dan te
Baca selengkapnya

Bab 2005

"Baiklah, kita akan menunggu." Semua orang juga ikut bersorak.Orang-orang yang tadi berdiri di kejauhan untuk menyaksikan kejadian ini pun sekarang tidak berniat untuk pergi lagi. Mereka ingin melihat pada akhirnya siapa yang akan menang.Ini juga yang ingin dilihat Wira. Dalam sekejap, terdengar suara langkah kaki yang sangat cepat. Tidak sampai lima belas menit, daerah di sekitar Gunung Nasaka sudah dipenuhi dengan orang-orang yang mengenakan zirah. Sementara itu, orang yang menunggang kuda di barisan paling depan adalah Nafis yang terlihat sangat gagah.Saat melihat Nafis muncul, banyak orang di kerumunan itu yang langsung mengenali identitasnya. Selama ini, dia yang menangani semua urusan militer karena Kota Limaran dalam situasi genting dan ditambah lagi dengan kedatangan Bhurek dan pasukannya. Oleh karena itu, banyak orang yang sudah mengenali wajahnya."Kenapa Jenderal Nafis tiba-tiba datang ke sini? Apa orang ini punya hubungan dengan Jenderal Nafis? Pantas saja dia bisa menda
Baca selengkapnya

Bab 2006

Mereka berpijak di tanah Wira. Semua ini wilayah Wira. Hanya dengan satu perintah dari Wira, bukankah Thalia harus tunduk dan melayaninya?"Salam, Tuan." Semua orang tersadar dari keterkejutan mereka dan berlutut di tanah. Pria yang berseteru dengan Wira juga tidak berani ragu-ragu. Kakinya melemas. Dia ikut berlutut, begitu juga orang-orang di belakangnya.Kali ini benar-benar gawat. Mereka sudah terbiasa menindas orang di sini, bahkan sok berkuasa. Semua orang tahu sifat asli mereka, tetapi tidak berdaya untuk melawan.Namun, hari ini mereka malah berinisiatif mengusik Wira. Tuhan memang tidak pernah tidur. Para penduduk akhirnya akan terbebas dari para penjahat ini."Berdirilah. Semua orang yang memahamiku tahu aku nggak suka melihat orang-orang berlutut di depanku. Ini hanya akan membuatku merasa makin jengkel," ujar Wira sambil melambaikan tangan.Semua orang segera berdiri. Nafis memicingkan matanya sambil bertanya dengan ekspresi masam, "Tuan, apa yang harus kita lakukan padanya
Baca selengkapnya

Bab 2007

Mata orang-orang sontak berbinar-binar. Ini adalah kesempatan mereka untuk menjadi pejabat. "Terima kasih, Tuan!"Wira hanya tersenyum dan tidak berbasa-basi lagi. Yang penting, dia sudah menyebarkan kabar ini. Tentu bagus jika ada yang datang untuk mendaftarkan diri. Wira hanya perlu menguji kemampuan orang itu, melihat apakah orang itu pantas bergabung dengan mereka atau tidak.Prioritas utama untuk sekarang adalah menemui pria misterius itu. Jadi, Wira sudah meninggalkan kerumunan dan datang ke sisi orang itu.Terlihat pria itu sedang duduk di pinggir sungai tanpa mendongak sedikit pun untuk menatap Wira. Sepertinya, dia tidak terlalu memperhatikan saat Wira membuat pengumuman tadi."Permisi, siapa nama Tuan?" tanya Wira sambil mengamati pria itu. Dilihat dari penampilannya, pria ini seharusnya sudah berusia 40-an tahun. Meskipun keriputnya masih tidak banyak, rambut pria ini sudah beruban. Jelas, usianya jauh lebih tua dari Wira.Wira selalu bersikap sopan dan menoleransi orang ber
Baca selengkapnya

Bab 2008

Seketika, orang-orang sibuk bergosip."Kenapa Tuan Wira kelihatannya tertarik sekali pada pria itu? Apa mungkin dia genius hebat?""Aku rasa dia cuma gelandangan biasa. Memangnya apa hebatnya seorang gelandangan?""Tapi, tulisannya benar-benar bagus lho."Jika yang berdiri di samping Awanama bukan Wira, orang-orang mungkin sudah mengkritik Wira, bahkan tidak bersedia memberi perhatian kepada mereka.Wira sangat pintar menilai orang dan berwawasan luas. Dia memiliki banyak genius di sisinya. Jadi, kalau Wira mengambil inisiatif menghampiri Awanama, berarti Awanama memang berkemampuan. Mungkin, orang-orang ini yang telah mengabaikannya selama ini."Karena Tuan menolak, aku juga nggak akan memaksa," ujar Wira sambil tersenyum. Kemudian, dia tidak berbicara lagi dan berbalik untuk pergi.Sementara itu, Awanama masih duduk di tempatnya. Suasana menjadi agak aneh. Semua orang terkejut melihat hasil ini. Di mata mereka, Awanama hanya gelandangan yang kesulitan untuk makan kenyang setiap hari.
Baca selengkapnya

Bab 2009

"Tentu saja nggak perlu," balas Wira sambil tersenyum. Dia tidak ingin menyulitkan Thalia lagi."Sejak kapan dia menjadi mudah diajak berdiskusi? Ini pasti cuma ilusiku. Wira nggak ada bedanya dengan siluman. Gimana bisa aku merasa dia baik hati?" gumam Thalia sambil menatap punggung Wira. Dia menggeleng kuat untuk menyadarkan dirinya. Kemudian, dia menuju ke kamarnya.Semalam, Thalia tidak bisa tidur nyenyak. Dia butuh istirahat sekarang. Sementara itu, Wira tiba di kamar Biantara. Terlihat Biantara dan Huben sedang berdiskusi.Begitu Wira masuk, tatapan keduanya langsung tertuju padanya. Biantara bangkit, lalu bertanya dengan tersenyum, "Eh? Bukannya kamu sangat sibuk? Kenapa malah kemari?""Kenapa? Jangan-jangan kalian merencanakan sesuatu dan khawatir terdengar olehku? Kalau nggak, mana mungkin kalian terkejut seperti ini?" balas Wira sambil melirik Huben."Omong kosong. Kami melakukan semua ini demi kamu. Kalau kamu nggak lepas tangan seperti ini, mana mungkin kami serepot ini? Ga
Baca selengkapnya

Bab 2010

"Oke, beri tahu aku penampilannya. Aku akan menyuruh orang menyelidiki nanti. Kalau orang itu berada di Gunung Nasaka, seharusnya kita bisa mendapat kabar sebelum malam ini," ujar Biantara.Ketika Wira hendak berbicara, Huben tiba-tiba berkata, "Kamu nggak perlu repot-repot kali ini."Wira dan Biantara menatap Huben. Huben meneruskan, "Aku tahu siapa yang kamu maksud. Tulisan orang itu memang bagus. Dia juga genius yang bisa membantu kestabilan negara. Tapi, dia nggak pernah unjuk gigi sehingga berangsur diabaikan orang. Dia sendiri juga nggak ingin menjadi pejabat. Sepertinya, ini berhubungan dengan latar belakangnya."Huben memicingkan matanya. Arjuna .... Nama ini sangat menarik. Arjuna berarti kesatria. Orang itu hanya cendekiawan yang tidak menguasai ilmu bela diri, tetapi malah diberi nama seperti itu? Bisa dibilang, Awanama bahkan jauh lebih cocok dengannya daripada Arjuna."Dua puluh tahun lalu, ayahnya adalah seorang patih. Tapi, karena dipersulit, ayahnya kehilangan jabatan.
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
199200201202203
...
271
DMCA.com Protection Status