Semua Bab Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius: Bab 1001 - Bab 1010

3026 Bab

Bab 1001

Yudha tersenyum, tidak terlihat sedikit pun kepanikan dan kebingungan di wajahnya, seolah-olah semua ini berada dalam kendalinya.Ketika melihat ini, Zaabit merasa makin bingung. Dia menatap Yudha dengan curiga sambil bertanya, "Jenderal, kenapa kamu tersenyum? Ini tentang kemenangan kita melawan Keluarga Juwanto. Aku nggak nyangka Keluarga Barus akan seperti ini. Bukankah mereka jelas-jelas mempermainkan kita?"Mendengar ini, Yudha pun menggeleng dengan tidak acuh. Dia menimpali dengan lirih, "Sebenarnya, Keluarga Barus sudah termasuk luar biasa karena mengutus 5.000 pasukan untuk kita gunakan.""Hah?" Zaabit tampak bingung. "Jenderal, aku nggak ngerti ....""Aku nggak perlu memberitahumu tujuan perang ini lagi, 'kan?" balas Yudha sambil menatap Zaabit lekat-lekat. Kemudian, dia meneruskan dengan tegas, "Keluarga Juwanto menyerang karena mereka memiliki Pangeran Yahya. Ratu menyerang karena mendiang Raja menyuruhnya menggantikan Putra Mahkota untuk sementara waktu. Kedua pihak ini sam
Baca selengkapnya

Bab 1002

Beberapa saat kemudian, Kumar akhirnya menerima surat tantangan tersebut. Awalnya, Kumar sedang duduk di kamp sambil menikmati teh. Ketika menerima surat dari Yudha, dia pun tertegun sesaat sebelum tertawa terbahak-bahak.Kumar segera membaca surat tantangan itu. Kemudian, dia melemparkannya ke samping dengan ekspresi menghina. "Menarik sekali, Yudha mengira dirinya begitu hebat? Dia ingin mengalahkan 50.000 pasukanku dengan 30.000 pasukannya? Dia kira dirinya dewa perang yang tak terkalahkan? Konyol sekali, hahaha!"Wakil jenderal yang berdiri di samping Kumar pun mengangguk sambil membalas, "Benar. Meskipun Yudha dikenal sebagai jenderal tak terkalahkan, kesenjangan kekuatan kali ini terlalu besar. Dia sudah pasti akan mati, kecuali menyerah dan tunduk kepada kita!"Perkataan wakil jenderal ini membuat Kumar tergelak lagi. Sorot matanya tampak berbinar-binar, sedangkan ekspresinya dipenuhi keangkuhan.Kali ini, Kumar yakin dirinya akan menang. Dia bersumpah akan melenyapkan Yudha yan
Baca selengkapnya

Bab 1003

Yudha memperhatikan semua reaksi dan sikap Kumar. Raut wajahnya tampak sangat dingin saat menegur, "Jangan bicara omong kosong! Beraninya kamu mengatakan hal lancang seperti itu! Kumar, kamu benar-benar sewenang-wenang!"Kumar tersenyum dingin saat mendengar ini. Sorot matanya tampak suram, bahkan terlihat niat membunuh yang jelas. Saking geramnya, dia mengepalkan tangannya sampai terdengar suara kertak tulang."Hehehe. Jenderal, kenapa kamu nggak bisa berpikir dengan jernih? Meskipun Ratu mengurus negara atas permintaan mendiang Raja, dia hanya seorang wanita! Apa wanita sanggup melindungi Kerajaan Nuala dengan baik?" sahut Kumar."Diam! Kamu sengaja menghasut orang-orang untuk melawan Ratu!" hardik Yudha dengan galak."Hehehe. Lihatlah dirimu, kamu marah karena nggak bisa menerima kenyataan," ejek Kumar sembari terkekeh-kekeh sinis. Kemudian, dia meneruskan, "Yudha, sejak zaman dulu, nggak ada wanita yang menduduki takhta. Masa kamu ingin melihat Kerajaan Nuala binasa?"Wajah Kumar d
Baca selengkapnya

Bab 1004

Kesenjangan antara kedua belah pihak terlalu besar sehingga Yudha tidak mungkin bisa menang. Makin dipikirkan, Kumar merasa makin bangga. Dia sungguh menantikan kekalahan Yudha!Kumar tidak bisa menahan tawa. Dia berucap dengan nada menghina, "Yudha, aku menghormatimu sebagai seorang jenderal. Aku mengagumi keberanian dan karaktermu. Meskipun kita berdiri di pihak yang berbeda, bukan berarti kita nggak bisa menjadi teman.""Kalau kamu bersedia, kamu boleh bergabung dengan Keluarga Juwanto. Kamu akan menjadi jenderal kepercayaanku yang membantuku menaklukkan dunia. Aku juga bisa menyerahkan pasukan padamu. Gimana?" tanya Kumar.Ucapan Kumar membuat wajah Yudha menjadi sangat masam dan dingin. Dia tertawa dengan sinis, tatapannya penuh penghinaan."Hehe, haha! Lucu, lucu sekali!" Yudha berusaha menahan amarah yang berkecamuk dalam hatinya. Dengan wajah murung dan dingin, dia membentak dengan galak, "Kumar, jangan mimpi! Kamu nggak punya status apa pun. Kalau terus bersikeras, kamu akan d
Baca selengkapnya

Bab 1005

Yudha merasa makin ragu saat memikirkannya. Tiba-tiba, terlihat salah satu bawahan Kumar yang menunggang kuda menghampiri dengan terburu-buru. Dia melaporkan, "Tuan, gawat, gawat sekali!"Tentara itu memperlihatkan ekspresi panik. Dia berkata dengan lantang, "Persediaan makanan kita dibakar seseorang!""Apa?" Begitu mendengarnya, Kumar seketika merasa cemas. Dia menelan ludah, merasakan keringat dingin bercucuran di punggungnya.Ketakutan terus menyerang pikirannya, membuat napasnya mulai memburu. Ketika berperang, hal paling penting yang harus disiapkan adalah makanan. Jika tentara kelaparan, mereka pasti akan kalah dalam pertempuran.Sekarang, persediaan makanan mereka malah terbakar. Perasaan cemas dan takut mulai menyelimuti hati seluruh orang. Mereka mulai berdiskusi dengan lirih. Apabila tidak ada makanan setelah perang, bukankah mereka akan mati kelaparan?"Berapa banyak yang terbakar? Apa apinya sempat dipadamkan?" tanya Kumar dengan khawatir."Se ... semuanya habis terbakar ..
Baca selengkapnya

Bab 1006

Ancaman ini sontak membuat raut wajah Kumar menjadi makin murung. Namun, yang dikatakan Yudha tidak salah. Kalau Kumar bersikeras melawan, bagaimana dia bisa mengurus masalah lainnya? Saat ini, Kumar benar-benar dilema.Ekspresi Yudha dipenuhi penghinaan. Dia menatap Kumar dengan angkuh, lalu bertanya lagi dengan lirih, "Jadi, Tuan Kumar, kamu mau kembali menjaga Provinsi Sebra atau bersikeras melawanku?"Yudha terkekeh-kekeh dengan sombong dan meneruskan, "Kamu sendiri yang bilang aku ini jenderal tak terkalahkan. Semua pertempuran di dunia ini pasti bisa kumenangkan!"Yudha mengayunkan tangannya, lalu menunjuk pasukan di belakang sambil berucap dengan bangga, "Kamu lihat itu? Mereka semua pasukan elite. Meskipun selisih jumlah kita cukup banyak, mudah saja bagiku untuk mengalahkan kalian!"Orang yang sudah berpengalaman di medan perang memang memiliki karisma yang berbeda. Kumar mempertimbangkan dengan ekspresi masam. Langkah apa yang harus dia ambil selanjutnya?"Tuan Kumar, waktumu
Baca selengkapnya

Bab 1007

"Benar, Yang Mulia!" Ekspresi para menteri itu tampak sangat gelisah.Salah satu yang memimpin pun berucap dengan serius, "Masalah ini benar-benar gawat. Mohon Yang Mulia segera membuat keputusan supaya para rakyat bisa tenang."Mendengar ini, ekspresi Jihan tampak serius. Dia merenung sejenak, lalu menyahut dengan tenang, "Sebenarnya, aku juga sangat mengkhawatirkan masalah ini selama ini. Aku nggak nyangka akan terjadi hari ini ....""Yang Mulia, invasi perbatasan ini sangat berbahaya!""Perang menimbulkan masalah bagi rakyat, kita juga akan rugi besar. Kita harus segera memilih orang untuk mengatasi pemberontakan ini!""Kalian benar," balas Jihan saat mendengar usulan para menteri itu. Tatapannya dipenuhi kecemasan saat meneruskan, "Tapi, Jenderal Yudha sedang bertugas memusnahkan pasukan Keluarga Juwanto. Dia yang memiliki kekuatan tempur terbesar di Atrana. Bagaimana bisa dia melaksanakan kedua tugas ini sekaligus?"Jihan sungguh gelisah sekarang. Dia tanpa sadar meremas lengan ba
Baca selengkapnya

Bab 1008

Yudha tertawa terbahak-bahak. Dia menatap Kumar dengan tatapan meledek, seolah-olah tengah menatap orang idiot."Kenapa kamu tertawa? Kamu kira aku akan mengalah begitu saja?" tanya Kumar yang tanpa sadar menggenggam pedang di tangannya."Hehe, aku hanya merasa lucu. Kamu kira ada gunanya kalau terus melawan? Makin kamu menunda waktu, teman dan kerabatmu hanya akan makin menderita," sahut Yudha."Kalau kamu menolak kembali ke Provinsi Sebra, aku akan bertarung denganmu. Mari kita lihat, siapa yang akan mati nanti," lanjut Yuda dengan tatapan suram.Begitu ucapan ini dilontarkan, para tentara di belakang Yudha berseru dengan serempak. Mereka terlihat sangat bersemangat!Pemandangan ini pun membuat ekspresi Kumar berubah drastis. Kepercayaan dirinya memerosot karena aura yang diperlihatkan sekelompok tentara itu sangatlah kuat.Kini, Kumar ketakutan hingga kegelisahan dan kepanikan mulai terlihat di wajahnya. Pada saat yang sama, seorang tentara yang menunggang kuda menghampiri lagi unt
Baca selengkapnya

Bab 1009

Yudha tidak mengatakan apa pun, tetapi ekspresinya sangat masam. Makin melihatnya seperti ini, Kumar menjadi makin sombong.Kumar tersenyum bangga. Dia mengejek, "Jadi, begitu kamu pergi, aku bisa langsung merebut kedua provinsi ini."Penampilan Kumar yang sombong dan terus tersenyum ini seakan-akan ingin membuat Yudha murka hingga mati."Kamu ...." Yudha yang murung tanpa sadar mengepalkan tangannya dengan erat. Napasnya tampak memburu karena cemas.Yang dikatakan Kumar memang benar. Kalau dia pergi untuk menyerang bangsa Monoma sekarang, Kumar akan berkesempatan untuk merebut Provinsi Hanula dan Provinsi Nasaka.Namun, kalau Yudha tidak pergi, perbatasan akan terus diserang dan Kerajaan Nuala akan kacau. Apa yang haus dilakukannya untuk sekarang?Kini, mereka benar-benar dalam dilema. Sepertinya, hanya Ratu yang bisa membuat keputusan untuk sekarang!Meskipun merasa enggan, Yudha tetap melambaikan tangannya kepada tentara di belakang. Sesudah itu, dia berseru dengan lantang, "Semuany
Baca selengkapnya

Bab 1010

Di saat-saat genting seperti ini, Jihan justru tidak tahu harus membuat keputusan apa. Tatapannya tampak ragu dan rumit. Setelah merenung beberapa saat, dia masih tidak tahu harus bagaimana.Jihan akhirnya menginstruksi dengan ekspresi tegas, "Saiqa, panggilkan kedua penasihat kemari. Ada yang ingin kubahas dengan mereka."Perang di perbatasan sangat serius, begitu juga dengan urusan Keluarga Juwanto. Saiqa tidak memberi tahu alasan keduanya dipanggil, tetapi mereka kira-kira sudah tahu apa yang terjadi.Tidak berselang lama, Saiqa membawa kedua penasihat itu masuk. Mereka langsung berlutut di depan Jihan, lalu berkata dengan serempak, "Salam, Yang Mulia!""Berdiri saja," sahut Jihan sembari melambaikan tangannya. Kemudian, dia berucap dengan khawatir, "Kalian seharusnya sudah tahu alasanku memanggil kalian."Kedua penasihat itu mengangguk mendengarnya. Tatapan mereka tampak gelisah. Kemudian, Kemal berkata, "Yang Mulia, saya sudah mendengar bahwa bangsa Monoma menyerang perbatasan. Ko
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
99100101102103
...
303
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status