Di saat-saat genting seperti ini, Jihan justru tidak tahu harus membuat keputusan apa. Tatapannya tampak ragu dan rumit. Setelah merenung beberapa saat, dia masih tidak tahu harus bagaimana.Jihan akhirnya menginstruksi dengan ekspresi tegas, "Saiqa, panggilkan kedua penasihat kemari. Ada yang ingin kubahas dengan mereka."Perang di perbatasan sangat serius, begitu juga dengan urusan Keluarga Juwanto. Saiqa tidak memberi tahu alasan keduanya dipanggil, tetapi mereka kira-kira sudah tahu apa yang terjadi.Tidak berselang lama, Saiqa membawa kedua penasihat itu masuk. Mereka langsung berlutut di depan Jihan, lalu berkata dengan serempak, "Salam, Yang Mulia!""Berdiri saja," sahut Jihan sembari melambaikan tangannya. Kemudian, dia berucap dengan khawatir, "Kalian seharusnya sudah tahu alasanku memanggil kalian."Kedua penasihat itu mengangguk mendengarnya. Tatapan mereka tampak gelisah. Kemudian, Kemal berkata, "Yang Mulia, saya sudah mendengar bahwa bangsa Monoma menyerang perbatasan. Ko
Ucapan penasihat kanan memang masuk akal. Saat ini, saran dari kedua penasihat itu sebenarnya tidak terlalu membantu bagi keputusan Ratu. Satu-satunya yang bisa dilakukan adalah memilih salah satu yang kerugiannya paling minimal untuk diselesaikan terlebih dahulu. Setelah merenung sejenak, Ratu akhirnya membuat keputusan."Kirimkan surat pada Jenderal Yudha, suruh dia cepat pergi ke perbatasan untuk membunuh pasukan dari Monoma dan Agrel. Kerajaan Nuala tidak boleh diusik!" Ratu membuat keputusan ini karena dia tidak ingin dikritik di masa awal pemerintahannya. Tidak mungkin dia membiarkan perbatasan kehilangan pertahanan saat dia baru saja menjabat.Jika hal ini sampai tersebar, dia akan dikritik oleh banyak orang. Lagi pula, masalah Kumar bisa ditangani kapan saja. Namun jika perbatasan Nuala kehilangan pertahanan, mereka akan gawat. Setelah mempertimbangkan berulang kali, Ratu memutuskan untuk menyuruh Yudha menyelesaikan masalah di perbatasan terlebih dahulu.Tak lama kemudian, Yud
Taufik dan Riska duduk di dalam tenda komando, sambil fokus memandangi peta pasir. Setelah mengetahui berita tersebut, sorot mata keduanya terlihat serius dan penuh kekhawatiran. "Kakak, apakah kita benar-benar harus berperang dengan Kerajaan Nuala?""Tentu saja." Taufik tersenyum tipis dengan wajah yang penuh dengan keyakinan. Dia menambahkan, "Aku selalu menanti-nantikan hari ini!"Melihat kakaknya begitu berbahagia, Riska berkata, "Kakak, sepertinya kamu sangat percaya diri.""Kalau nggak, mana mungkin aku membuat keputusan ini?" pinta Taufik. "Sebenarnya, aku sudah lama ingin memulai perang. Dengan adanya pertempuran antara Keluarga Juwanto dan kerajaan kali ini, memberi kesempatan langka bagi kita!""Kesempatan langka? Kakak, apa maksudnya?" tanya Riska dengan bingung."Hehe, kesempatan ini akhirnya tiba juga. Kita setidaknya akan bisa menginvasi Provinsi Suntra! Lagi pula, Keluarga Juwanto sudah sedang bertempur dengan kerajaan saat ini. Ratu pasti sedang kewalahan menghadapi kon
"Wira memang seorang penasihat yang genius. Kecerdasannya benar-benar nggak bisa dibandingkan dengan orang lain. Kalau dia ikut campur dalam hal ini, masalahnya akan jadi sulit diatasi. Tapi kita juga nggak perlu mengkhawatirkan hal ini. Yudha sudah bergegas ke sini, sementara pasukan bangsa Agrel juga sudah menyerang. Wira pasti akan menghadapi bangsa Agrel dulu."Kemudian, Taufik kembali menambahkan, "Jadi masalah ini biar bangsa Agrel yang mengatasinya saja."Riska langsung tertawa mendengar hal ini. "Kalau Kerajaan Agrel kalah, dengan kepintaran Wira, dia pasti bisa mengatasi mereka dengan mudah, benar begitu?""Benar." Taufik kembali menjawab, "Tapi Wira seharusnya nggak akan turun tangan.""Kenapa?" tanya Riska."Karena Wira adalah orang cerdik, dia pasti sudah bisa menebak bahwa akan terjadi kekacauan." Taufik melanjutkan dengan serius, "Keluarga Juwanto sudah sangat agresif menyerang untuk merebut kekuasaan sekarang. Bisa dibilang mereka nggak pandang bulu dan sangat kejam! Bag
Meski Kerajaan Nuala sedang menghadapi masalah internal dan eksternal, kekuatan mereka tetap tidak bisa diremehkan. Jika peperangan benar-benar pecah, mungkin saja mereka bisa menang, tetapi kerugian yang dialami juga akan sangat besar. Saat itu tiba, meski Kerajaan Nuala sudah musnah, masih ada Kerajaan Monoma yang mengintai.Lebih baik mereka menjalankan rencana seperti sekarang ini, menginvasi Kerajaan Nuala secara perlahan-lahan. Meski agak lambat, cara ini lebih stabil bagi mereka."Kalau kalian berdua juga berpendapat sama, kita jalankan saja. Asalkan pasukan Monoma dan Yudha berperang, kita punya kesempatan untuk menyerang perbatasan dan mengambil satu provinsi!" Setelah mendengar perkataan Senia, Raja Tanuwi seakan-akan teringat dengan sesuatu."Ibu Suri, aku teringat dengan seseorang ...."Mendengar ucapannya, Raja Kresna juga mengernyitkan alis sambil menarik napas. Tentu saja, Senia juga tahu siapa yang dimaksud olehnya. "Maksudmu Raja Uttar, Wira ya ...."Setelah mendengar
Pada saat ini, Gibran berkata, "Ayah, kini Yudha sedang menghadapi Monoma. Kemungkinan besar nggak ada orang yang bisa melawan kita di ibu kota. Bagaimana kalau kita menyerang ke Provinsi Jintar sekarang?" Ide ini memang cukup nekat, tetapi sangat memungkinkan untuk dilaksanakan sekarang. Hanya saja, Kumar langsung menggeleng saat mendengar usul Gibran."Nak, kamu terlalu meremehkan Kerajaan Nuala." Usai mendengar perkataan Kumar, Gibran menjadi ragu-ragu. "Kenapa Ayah bilang begitu? Kalaupun ada pasukan di Provinsi Jintar, tanpa Yudha yang memimpin mereka, mereka tetap saja bukan lawan Ayah!" Gibran tidak mengerti mengapa ayahnya bersikap begitu waspada."Provinsi Jintar adalah provinsi yang paling dijaga di antara semua provinsi. Kota-kota di sekitarnya bahkan lebih luas daripada kedua provinsi milik kita. Setiap kota dijaga oleh setidaknya 5.000 pasukan.""Jadi, pasukan mereka setidaknya ada 40 sampai 50 ribu orang. Pasukan kerajaan di Provinsi Jintar juga ada puluh ribuan orang dan
Dengan tatapan dingin, Kumar menjelaskan lagi, "Apa yang akan dipikirkan rakyat kalau Kerajaan Nuala yang dipimpin oleh Ratu ini selalu mengalami gangguan? Selain itu, Keluarga Juwanto juga masih punya Pangeran Yahya. Lambat laun, hati rakyat pasti akan jadi berpihak pada kita. Bukankah begitu?"Rencana Kumar ini memang sangat bagus. Jika keadaan terus berlanjut seperti ini, rencananya mungkin bisa berhasil."Benar juga, kalau kita terus menyebarkan gosip, sepertinya rakyat dan para pejabat juga akan mulai meragukan kompetensi Ratu.""Begitu kredibilitas Ratu hancur, dia akan berada di ambang kehancuran!" Gibran dan Fahlefi tersenyum mendengar rencana jitu ayahnya."Bagaimanapun, Keluarga Juwanto masih punya reputasi tinggi. Hal ini nggak akan pernah berubah!" seru Kumar dengan percaya diri.Pada saat ini, Biantara pulang ke Dusun Darmadi dengan wajah murung. "Tuan, Monoma sudah mulai bergerak. Ada kabar yang mengatakan bahwa pasukan Agrel juga sudah mulai bergerak di perbatasan ...."
Kedua negara itu sebenarnya hanya ingin mendapatkan sedikit keuntungan. Seluruh tanah Kerajaan Nuala itu tidak bisa diremehkan sama sekali. Jika mereka ingin menginvasi, butuh waktu dan tenaga militer yang sangat besar. Hal itu tidak bisa dipungkiri, kalau tidak, Kerajaan Nuala juga tidak mungkin bisa berdiri selama ini.Hanya saja, meski tidak sedang dalam bahaya besar, cara mereka menggerogoti kekuatan Kerajaan Nuala perlahan-lahan seperti ini tidak bisa dibiarkan begitu saja. Wira berpikir keras untuk mencari cara. Setelah beberapa saat kemudian, dia baru berkata, "Biantara, sebaiknya kita nggak usah ikut campur masalah ini."Mendengar perkataan Wira, Biantara langsung tersentak. "Jangan ikut campur? Kenapa?" Biantara tidak paham dengan keputusan Wira. Jika Wira tidak ingin terjadi kekacauan di negeri ini, lantas mengapa dia tidak mau ikut campur?Wira menarik napas, lalu menjelaskan, "Kalau kita ikut campur, kekuatan kita yang sesungguhnya juga akan langsung ketahuan. Baik dari pih
Meskipun Dahlan sangat membenci Wira dan ingin membunuhnya, dia tetap mempertimbangkan untung rugi dengan baik.Menyatakan perang terhadap Wira memang mudah. Namun setelah itu, akan ada banyak reaksi berantai yang harus dihadapi.Jika semua reaksi berantai itu tidak dipertimbangkan dengan matang, di masa depan hal ini bisa membawa masalah yang tidak perlu bagi mereka. Inilah poin paling sulit.Sudut bibir Senia agak berkedut. Dia melangkah ke depan Dahlan, mencengkeram kerah bajunya dengan erat. Jika tatapan mata bisa membunuh, Dahlan pasti sudah mati berkali-kali.Tatapan yang begitu menakutkan, seperti dua pedang tajam yang siap menusuk. Tidak ada yang berani menatapnya langsung."Ibu, kenapa?" Dalam pandangan Dahlan, Senia selalu tampak bijaksana. Jika tidak, mustahil bagi seorang wanita bisa mencapai posisi seperti ini, bahkan menjadi sosok yang berada di atas semua orang.Pencapaiannya sudah cukup untuk membuat semua wanita di dunia ini merasa bangga. Lagi pula, wanita yang menjad
Keesokan pagi, Wira dan rombongannya berangkat. Osman memimpin para pejabat untuk mengantar kepergian mereka. Terlihat jelas bahwa Osman sangat menghormati Wira.Selain itu, seluruh rakyat turut mengantar saat tahu Wira akan pergi. Harus diakui bahwa Wira sangat dicintai oleh rakyat.Bukan hanya di Provinsi Yonggu dan Provinsi Lowala, bahkan di wilayah lain pun Wira sangat dihormati. Bagaimanapun, pengorbanan Wira memang tidak kecil. Namun, semuanya membuahkan hasil yang sepadan.Saat Wira dalam perjalanan kembali ke Provinsi Yonggu, situasi di Kerajaan Agrel kurang baik.Saat ini, Senia duduk di singgasananya dengan wajah suram. "Apa kabar ini benar?"Senia baru mendapat kabar bahwa semua orang yang diutusnya ke wilayah barat tewas. Bahkan, Panji juga tidak bisa kembali lagi. Padahal, Panji adalah kartu trufnya yang terpenting.Karena ucapan Panji, Senia baru bersedia mengeluarkan 5 miliar gabak untuk berdamai dengan Wira. Jika tidak, dia lebih memilih untuk mengorbankan putranya dari
Di wilayah dua provinsi yang damai tanpa konflik ataupun perang, tentu tidak ada hal yang perlu dikhawatirkan. Namun anehnya, meskipun bisa tinggal di rumah besar di luar, ada yang memilih rumah sederhana di Dusun Darmadi. Hal ini memang sulit dimengerti. Mungkin, Dusun Darmadi memberikan rasa aman bagi Ramath."Hasil terbesar yang kami capai dalam perjalanan kali ini adalah membunuh Jaran. Selain itu, Caraka yang selalu mengikuti Senia, juga tewas di tangan kami. Dengan kematian mereka berdua, kekuatan Senia jelas berkurang banyak," ucap Wira dengan puas.Ini adalah pencapaian terbesar dari perjalanan kali ini, wajar jika Wira merasa senang.Para hadirin di sekitar mengangguk setuju. Mereka juga tidak menyukai orang-orang dari Kerajaan Agrel. Ketika perang besar empat kelompok terjadi, Kerajaan Agrel adalah pihak yang menekan mereka paling keras.Meskipun sekarang situasi sudah damai, orang-orang dari Kerajaan Nuala tetap menyimpan dendam dan menjaga jarak dengan Kerajaan Agrel. Konfl
"Tuan Wira, kamu sangat senang dengan kesembuhan Lucy sampai melupakan temanmu ini. Aku ini raja lho. Aku sampai datang ke gerbang kota untuk menyambutmu. Setidaknya, kamu harus menjaga harga diriku sedikit.""Kalau terus membuatku berdiri di sini, apa yang akan dikatakan para menteriku nanti? Kelak gimana aku bisa mempertahankan wibawaku di depan mereka?"Osman berkata sambil tertawa. Jelas, itu hanya candaan tanpa maksud serius. Dia tidak mungkin benar-benar menyimpan dendam terhadap Wira.Wira tersenyum sambil menggeleng. Pemuda ini memang nakal. Para menteri yang hadir pun ikut tersenyum."Sudah, sudah, sejak kapan kamu jadi orang yang suka cemburu? Sekarang kamu seorang raja. Kamu seharusnya bicara yang bijak. Kalau nggak, kelak kamu benaran sulit mempertahankan takhtamu!" Wira ikut bercanda.Di tengah tawa dan obrolan santai, Wira dan rombongan memasuki ibu kota. Karena sebelumnya sudah mengetahui kepulangan Wira, Osman telah menyiapkan perjamuan.Ketika Wira tiba bersama rombong
Bisa dikatakan, hampir tidak ada pemimpin seperti Wira di dunia ini."Semuanya sudah beres. Raja kami mengikuti saran darimu dan mengeluarkan banyak dana untuk bantuan bencana. Sekarang keadaan sudah stabil dan rakyat sudah tenang. Kami benar-benar berterima kasih kepadamu."Sambil tersenyum, Trenggi meneruskan, "Kalau bukan karena saranmu, mungkin Kerajaan Nuala sudah jatuh dalam kekacauan sekarang ...."Ketika membahas hal ini, Trenggi tidak bisa menahan diri untuk menggeleng. Seperti yang Wira perkirakan sebelumnya, karena tidak ada bantuan bencana, banyak rakyat menderita dan masalah terus bermunculan.Ketika rakyat tidak bisa makan, mereka tentu bisa melakukan apa saja. Untungnya, bantuan segera diberikan sehingga masalah teratasi dan tidak terjadi kekacauan yang lebih besar.Namun, pada awalnya Osman tidak berniat menggunakan kas kerajaan untuk menghemat uang. Meskipun ingin membantu rakyat, dia tidak berani mengambil risiko itu demi melindungi dirinya sendiri.Bagaimanapun, jika
"Sepertinya orang-orang dari wilayah barat nggak akan melepaskanmu begitu saja. Jadi, apa rencana selanjutnya?""Menurutku, kita bisa mencoba cara lain, yaitu dengan menyerang wilayah barat terlebih dahulu. Wilayah barat cuma sebuah negara kecil di perbatasan. Alasan mereka bisa bertahan sampai sekarang cuma karena punya gurun sebagai pelindung alami.""Kamu sudah menjelajahi gurun itu sekali, jadi pasti sudah tahu jalannya. Kalau kamu memimpin, ditambah pasukan dari kedua belah pihak, kita pasti bisa menghancurkan mereka. Ketika saat itu tiba, jangankan penguasa kecil di Provinsi Tengah, bahkan seluruh wilayah barat pun akan tunduk kepada kita."Trenggi menjelaskan dengan perlahan. Sejak dia menjadi Jenderal Besar Kerajaan Nuala, dia selalu memikirkan cara untuk memperluas wilayah kekuasaan kerajaan.Di masa kekacauan, yang kuat yang berkuasa. Untuk menjadi penguasa di tengah kekacauan, hal pertama yang dibutuhkan adalah tanah yang cukup luas dan rakyat yang banyak. Hanya dengan itu,
Pihak Wira hanya ada empat orang, sementara mereka memobilisasi puluhan ribu orang dan masih gagal menghentikan Wira. Jika sampai berita ini tersebar, bukankah mereka akan menjadi bahan tertawaan? Sungguh memalukan."Jenderal, kami sudah berusaha sekuat tenaga. Dalam perjalanan kembali, kami sudah menghitung jumlah korban. Ada lebih dari 800 orang yang tewas.""Bahkan, Caraka juga tewas di tangan Wira. Kami gagal menjalankan tugas. Mohon Jenderal dapat memaafkan kami ...."Seorang wakil jenderal perlahan-lahan maju, lalu segera membungkukkan tubuhnya dan berbicara. Dia merasa sangat gelisah.Saka terkenal tegas dan ketat. Kegagalan dalam menjalankan tugas tentu sulit untuk dimaafkan. Dia menatap dingin wakil jenderal itu, lalu mengerutkan alis dan berkata, "Mereka sudah pergi. Nggak ada gunanya dibahas lagi.""Segera cari orang yang lebih dapat diandalkan dan kejar rombongan Wira. Aku nggak peduli siapa mereka atau sejauh apa mereka melarikan diri. Intinya, orang yang berani menentangk
Setelah mengatakan itu, Caraka memandang orang-orang di belakangnya. Meskipun mereka berasal dari wilayah barat, mereka juga mematuhi perintahnya karena sekarang dia sudah memegang kekuasaan besar. Apalagi sekarang dia juga sudah mendapat informasi yang tepat dari Wira.Sebelum datang ke sini, Saka sudah menyerahkan tugas penting ini pada Caraka dan semua pasukan yang berada di sana harus tunduk pada perintah Caraka. Meskipun Wendi sudah menyiapkan formasi racun di sekitar, mereka tetap terus menerjang ke arah Wira dan yang lainnya dengan kekuatan yang luar biasa saat Caraka memberikan perintahnya."Agha, bunuh dia," kata Wira yang sudah mulai kesal karena Caraka terus mendesaknya sambil menatap Agha di sampingnya."Kak Wira, kamu harus hati-hati. Aku akan pergi memenggal kepala orang itu sekarang juga," kata Agha, lalu langsung melompat dan segera menerjang ke arah Caraka. Darah mengalir dengan deras di semua tempat yang dilewatinya.Melihat Agha begitu berani, para pasukan di sekitar
"Jaran sudah bertemu dengan kami. Tapi, sekarang dia bukan hanya nggak muncul di hadapanmu, dia juga nggak ada di sampingku. Jadi, kamu rasa dia pasti ada di mana sekarang?" kata Wira sambil terus memikirkan langkah selanjutnya karena dia tidak bisa terus terjebak di sana.Jumlah di pihak lawannya begitu banyak, Wira merasa dia pasti akan rugi jika bertarung dengan mereka di sana. Ditambah dengan banyaknya orang di sekitarnya, satu-satunya caranya untuk keluar dari sana adalah menggunakan taktik melarikan diri.Pada saat itu, pandangan Wira pun tertuju pada Wendi. Saat mereka dikepung Saka sebelumnya, Wendi mengeluarkan dua tabung bambu dari sakunya. Setelah menyebarkan isi tabungnya, bahkan orang-orang yang berdiri jauh dari mereka pun merasa matanya sakit. Sementara itu, orang yang berdiri lebih dekat dengan mereka, kebanyakan yang langsung kehilangan nyawanya.Jika bukan karena begitu, Wira juga tidak akan membiarkan Wendi ikut bersamanya. Wanita ini jauh lebih mengerikan dari yang