All Chapters of Pembalasan Istri Sah Yang Disia-siakan: Chapter 81 - Chapter 90
177 Chapters
Bab 81 ( Kedatangan Akbar Dan Abian )
"Apa maksudmu mengatakan hal itu padaku?" Mas Akbar terlihat tidak suka dengan pernyataan yang aku katakan."Bukankah ini perbuatanmu Mas?"Mas Akbar mendengus kesal mendengar hal itu."Aku tidak melakukan apa-apa Mawar, jadi jangan sembarangan menuduhku."Aku ingin mengatakan sesuatu, namun hal itu tidak dapat aku lakukan karena kedatangan Mama bersama dengan Ayah mertuaku. Keduanya nampak begitu serius menatap ke arah kami."Mawar, ayo cium tangan Ayah mertuamu." Ucapan Mama membuatku tersadar dari lamunanku.Walaupun sedikit ragu, Segera aku mencium telapak tangan Ayah mertuaku. Suasana terasa begitu menegangkan saat Ayah mertuaku menatap kearah Abian."Abian. Lama tidak bertemu, apa kabarmu?"Abian mengambil langkah sejajar dengan diriku. Pria itu terlihat menatap wajah Sandy dengan tatapan dinginnya."Lama tidak berjumpa," jawab Abian terdengar dibuat-buat."Apakah Papamu sudah sadar, sayang?" Mama berjalan mendekati diriku dan berusaha memisahkan tubuhku yang berada tepat di samp
Read more
Bab 82 ( Perjanjian Pranikah )
Kenyataan bahwa Mas Akbar dan Abian datang bersamaan merupakan hal yang tidak wajar. Kedua pria itu terlihat duduk di Sofa yang berbeda tapi tetap menghadap ke arahku. "Katakan, apa yang membuat kalian datang kemari?" tanyaku penasaran."Bukankah wajar bagiku datang untuk menjenguk Papa mertuaku?" Mas Akbar mengulas Senyuman mencoba untuk menarik perhatianku."Abian?""Ada hal yang ingin aku sampaikan soal Restoran." jawab Abian dengan wajah datarnya."Mas Akbar, jika kau ingin menjenguk Papa, langsung saja ke kamar kebetulan Mama juga sedang bersama dengan Papa.""Lalu, kau akan berduaan dengan Abian?""Sudahlah Mas, jangan mulai lagi. Sebenarnya kau ingin bertemu dengan Papa atau tidak?" ucapku yang mulai tak sabar dengan sikap kekanakan Mas Akbar. Selalu saja mencari-cari kesalahan diriku dengan dikaitkan pada Abian. Padahal aku tahu dialah pelaku perselingkuhan yang membuat rumah tangga kami berantakan."Baiklah, tapi kalian disini saja. Jangan meninggalkan diriku dengan alasan a
Read more
Bab 83 ( Perubahan Abian )
Sekarang, aku memaksakan diri untuk menatap kertas fotocopy perjanjian Pranikah yang telah ditandatangani oleh Papa. Betapa bodohnya dulu diriku mau saja melakukan hal bodoh seperti ini. Dalam surat perjanjian itu, bukan hanya tanda tangan Papa saja, melainkan dari pihak keluarga Mas Akbar. Mungkin, diluar sana pasangan yang melakukan perjanjian seperti ini hanya membutuhkan tanda tangan pasangan suami istri, tidak dengan surat perjanjian pranikah aku dan Mas Akbar. Karena ini menyangkut bisnis keluarga, Kedua orang tua kami yang menandatangani kontrak perjanjian ini. Dan betapa naifnya diriku yang melupakan hal ini.Flashback on"Apa kau lupa?" Papa mengubah posisi tubuhnya agar bisa bersandar pada kepala Ranjang rumah sakit."Apa Pa?" kataku penasaran dengan hal yang ingin diucapkan oleh Papa."Sampai kapanpun kau tidak bisa menuntut cerai pada Akbar."Aku mencoba untuk meresapi pernyataan yang baru saja membuat telingaku berdenging dan dadaku terasa begitu nyeri. Walaupun belum sep
Read more
Bab 84 ( Kemarahan Sania )
Deretan peristiwa yang terjadi membuat diriku semakin yakin bahwa hal ini adalah murni perbuatan orang yang tak suka dengan kehidupanku. Walaupun Abian telah mengatakan bahwa yang mencoba melukai Papa adalah orang yang berbeda, namun tetap saja hal itu masih menjadi tanda tanya."Mawar…"aku melihat kearah Siti yang saat ini tersenyum kearahku. Wajahnya terlihat pucat dan itu sangat membuatku begitu khawatir."Apa yang terjadi, kenapa bisa sampai begini?"Siti menggeleng lemah."Aku yang salah, kau jangan terlalu banyak berpikir. Ini murni kecelakaan.""Di saat Papaku pulang dari rumah sakit? Lalu, siapa lagi besok? Apakah aku?" tanyaku penasaran sambil terus menggenggam erat tangan Siti, berusaha untuk tetap tegar dengan keadaan ini."Mawar, kau tidak salah. Jangan menyalahkan diri sendiri."aku menundukkan wajah, rasanya beban ini begitu berat bagiku. Niat hati ingin merusak hubungan Mulan dan Suamiku, nyatanya bukan mereka yang merasakan kesakitan tapi diriku yang harus menanggung
Read more
Bab 85 ( Secercah Harapan)
"Sampai kapanpun aku tidak akan melepaskan wanita seperti Mawar." Akbar keluar dari kamar tanpa memandang ke arah Mulan yang masih meringkuk di lantai. "Kau lihat Mulan?" Sania memandang ke arah dimana Mulan sedang duduk meringkuk tak berdaya."Bahkan anakku tidak melihat keadaanmu yang tak berdaya ini. Apa kau tidak bisa melihat situasinya? Sebagai seorang wanita, apa kau tidak bisa mengerti perasaan Mawar, istri pertama Akbar? Kita sebagai seorang wanita pasti paham artinya sebuah pengkhianatan dan rasa sakitnya."Mulan tak sedikitpun menatap wajah Sania, ia masih takut untuk melihat mertuanya itu. Trauma akan kembali dipukuli oleh Sania membuat Mulan tak ingin menatap wajah Ibu mertuanya itu."Aku akan memberikan uang, berapapun yang kau inginkan jika kau setuju untuk meninggalkan kehidupan anakku."Mulan menggeleng, tak ingin menambah kemarahan Sania dengan penolakan yang Ia lakukan."Kau begitu menyedihkan!'' sarkas Sania tersenyum miring menanggapi Mulan yang hanya menggelengk
Read more
Bab 86 ( Bertemu Dengan Pria Pembenci Keluarga Suamiku)
Aku sesak, dadaku syok dengan perbuatan Mas Akbar yang akhir-akhir ini begitu kasar padaku. Kutepikan mobil di pinggiran jalan yang sedikit sepi. Begitu banyak hal yang terjadi pada diriku, ingin sekali rasanya bersandar pada bahu seseorang yang mengerti kegelisahan dan ketakutanku saat ini. Namun, hal itu sangatlah mustahil.Saat akan kembali menjalankan mobil, ponselku bergetar, aku melihat ke layar ponsel ternyata orang yang menghubungi diriku tak lain adalah Abian."Hallo," "Dimana kau, Mawar?" "Maaf Abian, aku tidak bisa menunggumu lebih lama lagi. Jadi, aku memutuskan untuk pergi," "Apa kau…" Prak! Ponselku terjatuh karena tanganku yang masih dalam keadaan bergetar, Syok dengan sikap Mas Akbar yang terus menerus berbuat kasar padaku. Aku mencoba untuk menenangkan diri dengan beristighfar agar segala sesuatu yang membuat dadaku sesak dapat hilang.Aku sudah tak memperdulikan ponselku yang terjatuh, saat ini aku ingin berkonsentrasi menyetir mobil dan berharap jika Paman Ham
Read more
Bab 87 ( Tak Dapat Menolak )
Paman Hamzah tertawa. Namun aku dapat merasakan bahwa tawa beliau hanyalah dibuat-buat. Setelah selesai dengan tawa kepura-puraannya, Paman Hamzah menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya secara perlahan-lahan. "Mawar, jika kau ingin menghancurkan seseorang. Jangan gunakan hatimu. Hatimu harus Mati, dan tumbuhkan Iblis dalam dirimu.""Apa?""Jadilah Iblis dalam kehidupan orang yang kau benci, maka kau akan mengerti maksud ucapanku."***"Bagaimana, kau setuju dengan konsepnya?" tanya Mas Akbar dengan tatapan penuh harapan.Saat ini, kami sedang berada di Restoran milik keluarga Sandoro untuk membahas tentang pesta Anniversary pernikahan kami. Aku memilih untuk mundur selangkah lagi agar bisa menuju pada hal yang aku inginkan sejak awal, yaitu membalaskan dendam atas penghianatan yang dilakukan oleh Mas Akbar."Terserah kau saja," jawabku enggan melihat dekorasi yang akan digunakan saat acara berlangsung."Ayolah sayang, ini pesta pernikahan kita yang kedua, dan kau harus seman
Read more
Bab 88 ( Murahan)
Saat akan memulai dengan membuka baju Mulan, Akbar dikejutkan dengan suara dering ponsel yang berada di saku celananya.Walau sedikit kesal dengan gangguan yang terjadi, Akbar tetap merogoh saku celananya dan melihat siapa yang sedang menelepon dirinya."Hallo, sayang…" Akbar mengambil langkah menjauh dari tubuh Mulan yang telah terbaring di atas kasur."Jemput aku. Nanti akan aku kirim alamatnya," jawab Mawar tanpa berbasa-basi, dan tak menunggu jawaban dari Akbar, segera dimatikan sambungan teleponnya."Ada apa?" Mulan menegakkan tubuhnya dan menghampiri Akbar yang sedang berdiri di dekatnya."Mawar kecelakaan," jawab Akbar sambil menarik tubuh Mulan ke dalam pelukannya. sebuah kebohongan tercipta untuk menutupi sandiwaranya."Bagaimana keadaannya?""Masuk UGD, aku harus memastikan keadaannya."Mulan mempererat pelukannya dan sesekali menciumi dada polos Akbar. "Mulan, hentikan…" niat Akbar ingin memberikan alasan agar bisa pergi. Namun, sepertinya gairahnya sudah terlanjur tersulu
Read more
Bab 89 ( Nathan )
"Kau terlihat sedikit pucat,"Meski mendengar ucapan Ibu mertuaku, aku tak terlalu sadar karena tengah asyik menatap takjub wajah bayi di hadapanku yang sedang digendong oleh Sania, Ibu Mas Akbar.Wajahnya yang terlihat begitu menakjubkan, senyumannya yang begitu menghibur siapa saja yang menatapnya."Anak siapa ini, Bu?" tanyaku tanpa mengalihkan pandanganku pada bayi tampan berpipi chubby itu."Anak ponakan Ibu yang di Semarang. Dititipkan di sini karena Ibunya sedang sakit."'Ya, sakit jiwa.' batinku menahan kesal di dada. Bukan perkara yang sulit untuk mengetahui bayi yang saat ini berada di pangkuan Ibu mertuaku. Abian pernah memberikan Foto dan video yang memperlihatkan kedekatan Ibu dengan Natahn. Itu sebabnya aku mengetahui bahwa Nathan adalah anak suamiku."Apa kau sudah menghubungi Akbar?""Sudah Bu," Ibu kembali menatap ke arah bayi yang di pangkuannya."Boleh kugendong,Bu?"Ibu mertuaku terlihat ragu saat akan menyerahkan bayi tampan yang berada di pangkuannya. Aku semakin
Read more
Bab 90 ( Sebenarnya Merindukan Dirimu)
Bab 90"Apa maksudmu?" Mas Akbar menghindari tatapan mataku. Pria itu segera melangkahkan kakinya menuju ke arah sofa ruang tamu.Jujur saja, aku suka melihat raut wajah cemas yang tercetak jelas pada wajah tampannya itu. "Bagaimana Mas, kau setuju?" kembali kuulang pertanyaanku sambil tersenyum dan sesekali mengusap lembut wajah Nathan yang terlelap dalam gendonganku."Kenapa kau harus merawat Nathan?""Kau tahu namanya juga Mas? Padahal kata Ibu, Nathan tidak pernah sekalipun di bawa kemari. Dan hari ini, pertama kalinya Nathan diajak kemari karena Ibunya sedang sakit."Mas Akbar mengusap wajahnya berkali-kali."Kenapa Mas?""Tidak, aku tentu saja tahu namanya. Karena Ibunya Pernah mengirimkan foto-fotonya padaku dan memamerkan namanya pada seluruh keluarga Sandoro.""Ya, baiklah…terdengar sangat masuk akal." komentarku saat menduduki Sofa tepat di samping Mas Akbar."Dia begitu manis Mas. Boleh ya aku membawanya pulang ke rumah?"Mas Akbar tidak menjawab pertanyaanku. Pria itu mem
Read more
PREV
1
...
7891011
...
18
DMCA.com Protection Status