Home / Fantasi / The Story of Jawata: Pusaka Ajaib / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of The Story of Jawata: Pusaka Ajaib: Chapter 81 - Chapter 90

177 Chapters

81. Putri Cadar Putih

"Ilmu yang 'kaumiliki, suatu saat akan membahayakan dirimu sendiri."__________Lorr En terhenti langkahnya di pelataran Istana Putri. Bangunan megah tiga tingkat di depannya, tempat tujuan untuk menemui seseorang.Pandangan mata Lorr En mengarah pada sebuah pemandangan bangunan istana bagian atas. Seseorang gadis bergaun putih tengah bersandar di sisi serambi Istana Putri tingkat tiga. Ia tidak sadar jika ada seseorang memperhatikan dirinya dari bawah.Selama memandangi satu wajah tersingkap tanpa cadar. Wajah Sekar Wening dengan sepasang matanya yang jelita. Tampaknya ia tengah melihat cuaca sore yang cerah. Angkasa di atas sana, beradu kecantikan dengan wajahnya.Merasa ada seseorang di bawah sedang memperhatikan dirinya, Sekar Wening melihat ke satu arah di bawah pelataran Istana Putri. Sepasang matanya berubah menjadi tegang ketika tahu siapa yang sedang memandang dari bawah."Sedang apa, Tuan Muda?" seorang gadis pelayan Istana Putri, muncul tidak jauh dari Lorr En mematung di pe
Read more

82. Perbincangan Pernikahan

Sementara itu, Brajasetta dan Karitta memperhatikan Shiji Wungsu dan Putri Kakilangit dari kejauhan pagar istana."Mereka sebenarnya sedang membicarakan apa?" Brajasetta menggumam heran."Entahlah. Tuan Muda Shiji tidak pernah seperti ini sebelumnya," jawab Karitta di sebelahnya. Membalas arti tatapan mata Brajasetta yang mencurigai sesuatu."Ini pertama kali Tuan Muda ingin bertemu seorang gadis," kata Karitta heran."Mungkin ada urusan mendesak dengan Kakilangit," jawab Brajasetta tanpa menebak lebih jauh lagi."Mengapa tidak langsung saja dia menemui Paduka Jayasinggih?" rasa heran Karitta sama besar seperti Brajasetta.Sesaat kemudian, tampak oleh mereka, Shiji Wungsu dan Sekar Wening berjalan menuju taman Istana Putri."Mau kemana mereka?" Brajasetta semakin heran ketika melihat Tuan Muda mereka bersama Sekar Wening."Apa aku tidak salah lihat?!" Karitta mengusap kedua matanya.Dua orang berhadapan di satu persinggahan duduk di taman Istana Putri."Seorang gadis bermartabat, tidak
Read more

83. Dendam Lelaki Salih

Gurat otot di wajahnya, menyingkirkan gambaran Lelaki Salih yang selama ini menyandang dirinya.________Sebuah langkah dalam kesunyian dan remang-remang Balairung Emas. Suasana sepi malam itu, tampak seorang lelaki yang tertinggal di dalam ruangan yang megah.Laki-laki Mayapadhi berpakaian jubah putih sutra sampai batas mata kaki. Rambutnya tergerai panjang, terikat pula gulungan rambut di atas kepala. Seikat pita perak dengan simbol berlian, mengikat dahinya.Ia bergerak perlahan, melewati lontar-lontar berjatuhan di sekitar lantai, kemudian memungut seikat lontar tergeletak di lantai.Lontar Cinta bertuliskan ungkapan singkat.'Wahai, Macanku yang Nakal.Bersiap-siaplah!Aku akan menangkapmu'- Sekar Wening -Cukup lama ia mengamati lontar di tangannya dan membaca berulangkali dalam benaknya. Mengingat kembali bagaimana ungkapan itu dibacakan di depan semua orang saat siang tadi."Itu milik Raojhin," sebuah suara mengalihkan perhatian laki-laki itu. Ternyata, suara itu berasal dari
Read more

84. Berri Ranum 1

"Menyembunyikan pohon Berri Ranum seolah-olah tak tampak oleh lawan, cara curang tapi bisa saja itu sah."________"Taja ...!"Lorr En memanggil.Ia habis kesabarannya. Sejak kemarin, Taja tak mau mengatakan apapun."Apa yang sudah dia lakukan terhadapmu semalam?" desak Lorr En, bukan pertama kali menanyakan itu. Namun sekian kalinya, Taja tak menjelaskan apa-apa perihal kejadian semalam ketika bersama Shiji Wungsu."Apa dia melukaimu?" Raojhin ganti bertanya."Sudahlah, aku tidak ingin memperpanjang masalah ini," Taja enggan menjawab. Wajahnya pucat menandakan bekas kesakitan."Jika kamu tetap bungkam, aku akan menanyakan langsung padanya," sedikit menggertak, Lorr En hampir beranjak."Tunggu!" ujar Taja menahannya.Kali ini tak ada pilihan lain. Taja duduk di sebuah batu besar. Jalur menuju Hutan Buah terbuka lebar. Ke arah sana, orang-orang Perjamuan Besar sudah lebih dulu pergi.Tertinggal mereka bertiga yang paling terakhir menuju ke sana."Dia hanya menunjukkan Pedang Jantung Hat
Read more

85. Berri Ranum 2

"Pita mahkota perak milikku, adalah penawar Pedang Jantung Hati."__________"Berri ...!"Pekik Raojhin sumringah."Banyak sekali!" pekik Lorr En pun berbinar senang. Mereka bertiga tak lagi merasa bersaing. Segera dipetiknya buah-buah itu tumbuh rimbun merambat di batang-batang pohon yang tidak terlalu tinggi. Sangat terjangkau dengan tangan.Raojhin dan Lorr En cepat-cepat memetik sebanyak mungkin sampai penuh keranjang masing-masing."Kamu yakin ini Berri Ranum?" tiba-tiba Taja merasakan sesuatu yang janggal."Tidak salah lagi, inilah buah berri!" kata Raojhin meyakinkan."Berri ini juga yang biasa dijadikan manisan istana. Aku sering melihatnya di dapur," tambah Raojhin."Maksudku ... kenapa disebut Berri Ranum?" pikir Taja memutar otak, perihal sesuatu yang mengganjal pikiran."Aku juga pernah mendapatkan Manisan Berri, tapi ini terlihat sedikit berbeda," kata Taja tersimpul bibirnya."Ini masih mentah," kata Taja lebih mengamati buah-buah berri itu."Benar," gumam Raojhin, "Bedan
Read more

86. Berri Ranum 3

"Buah-buahan yang kalian makan, sudah terjamah serangga dan ulat. Sebagian besar mereka menaruh telur dan racun pada buah-buah itu masuk ke dalam perut!"__________"Apa yang sedang dia lakukan?" tanya Lorr En pada Taja. Memperhatikan Raojhin dari kejauhan."Entahlah," ujar Taja juga memperhatikan ke arah Raojhin mulai duduk bersila di atas sebuah batu di tepi telaga, "Biarkan dia menenangkan diri.""Tidak mengapa, kita saja yang mengambil buah-buah berri di atas sana," ajak Taja pada Lorr En.Menggunakan selembar pakaian yang dikenakan Lorr En dan menjadikannya sebagai kantung, keduanya memetik buah-buah berri sebanyak mungkin."Siapa yang akan menyerahkan ini nanti?" tanya Lorr En sembari sibuk memetik."Kamu saja yang maju untuk menyerahkan buah berri, bagaimana?" pinta Taja."Kamu juga ikut memetik," kata Lorr En."Kita tidak sedang bersaing, bukan? Lawan kita, kubu Shiji Wungsu" kata Taja. Sebentar kemudian, perhatian keduanya beralih pada Raojhin."Lalu dia bagaimana? Belum tentu
Read more

87. Berri Ranum 4

"Dia ... sebenarnya wanita."__________"Dia mengancam kita?"Raojhin memperhatikan punggung Shiji Wungsu bergerak menjauh."Rambutnya panjang tergerai sebagus itu, tak tahan rasanya ingin aku jambak!" tampak kesal di raut muka Raojhin."Tapi ... bagaimana caranya agar rambutku seindah rambutnya seperti sutra?" gumam Raojhin cukup terdengar Lorr En di sebelahnya. Raojhin terus mengamati gerakan sosok Shiji Wungsu melangkah."Rao, kamu memuji atau memaki?" Lorr En melirik ke arah Raojhin di sampingnya."Ah!" tersadar Raojhin akan ucapannya. Terlontar dari mulutnya begitu saja.Tanpa terasa sudah lewat tengah hari. Persaingan Jelajah Hutan Buah antara dua kubu berlangsung sengit. Intrik yang terselubung. Meskipun hanya permainan, di antara keduanya memicu marah, emosi dan daya saing."Raojhin, apa yang sudah kau lakukan pada kami?" Brajasetta merintih, menahan sakit di perutnya. Begitupun sekelompok orang-orang pengikutnya.Karitta terkulai lemas di semak-semak. Nafasnya naik turun. Peru
Read more

88. Berri Ranum 5

"Waktunya 'kaupanggil aji-aji Gattor. Undang para kubung untuk mengumpulkan Berri Ranum!"_________"Maafkan aku, Tuan ...."Brajasetta memohon dengan sungguh-sungguh."Kami tidak bermaksud menyembunyikan hal ini padamu, itu semua karena ...," Brajasetta tak melanjutkan kalimatnya. Ia sangat terpaksa mengatakan kebenaran itu.Shiji Wungsu hampir tak percaya apa yang diungkapkan Brajasetta. Teringat semua kebersamaan mereka bertiga, makan, minum, seperjuangan, seperjalanan, sampai mandi bersama di telaga. Dan ternyata ....'Karitta adalah wanita?'Semua orang terkejut dalam pikiran masing-masing. Melihat ke satu arah yaitu Karitta, seseorang dengan tubuh agak kekar dan jenis suara berat seperti lelaki. Bertingkah dan berpakaian layaknya laki-laki. Tak satupun menyangka bahwa ternyata dia adalah wanita. Raojhin pun ternganga lebar. Tak percaya akan hal itu."Raojhin, lepaskan dia dari aji-aji, maafkan kami ...," pinta Brajasetta.Tak mampu berkata lagi terhadap Karitta, akhirnya Raojhin
Read more

89. Berri Ranum 6

"Jika diperam dalam racikan tepung, maka Berri Matang akan menjadi Berri Ranum."__________"Di mana yang lain?"Paduka Raghapati memperhatikan seluruh tamu di Balairung Emas. Mendapati jumlah orang yang hadir sore itu, ternyata lebih sedikit daripada sebelumnya."Hanya separuh orang yang berkumpul?" lanjut Paduka bertanya sambil pandangan matanya tertuju pada Shiji Wungsu sebagai pimpinan kelompok."Dari anak buahku, sebagian dari mereka sedang mendapatkan perawatan," jawab Shiji Wungsu seraya menghaturkan sikap hormat pada Paduka Raghapati."Apa yang terjadi?" tanya Paduka Raghapati pada Shiji Wungsu."Hanya keracunan buah," kata Shiji Wungsu singkat saja."Tidak perlu dipermasalahkan, sekarang kondisi mereka sudah membaik. Hanya perlu istirahat lebih awal," jawaban Shiji Wungsu seperti tak ingin mengadukan kejadian yang sebenarnya.Kemudian pandangan Paduka Raghapati beralih pada Praja Emas tengah berdiri sebaris menghadapnya.Taja, Raojhin dan Lorr En agak tertunduk. Terutama Raojh
Read more

90. Kisah Pengelana Jalanan

"Tepat 100 tahun lalu, wabah besar terjadi di Jawata. Tidak ada satupun daerah luput dari wabah penyakit yang menyebabkan pagebluk*. Kematian besar-besaran dalam kurun waktu bertahun-tahun melanda. Banyak tabib dan ahli pengobatan tak mumpuni memberikan obat atas wabah kala itu."Paduka Raghapati mulai membuka kisah kelam yang pernah diceritakan turun-temurun, namun sedikit orang saja yang menolak lupa akan peristiwa kematian masal menimpa negeri Jawata akibat sebuah wabah mematikan dalam waktu bertahun-tahun lamanya."Sampai akhirnya, datanglah seorang pengelana sederhana, sesekali dia dikenal sebagai musisi kecapi jalanan. Sangat sedikit orang tahu tentang nama dan asal usul Sang Pengelana itu," lanjut Paduka Raghapati menuturkan kisah itu.Semua orang mendengarkan dengan seksama, terbawa kisah Sang Pengelana dari tutur Paduka Raghapati."Secara sukarela dan cuma-cuma, Sang Pengelana menyebarkan Berri Ranum kepada semua orang," kata Paduka Raghapati."Buah yang sama namun berbeda man
Read more
PREV
1
...
7891011
...
18
DMCA.com Protection Status