Gadis Graha Tabib. Senyum tipis menghiasi kedua lesung pipi. Suaranya yang lembut, menambah pesonanya.__________Istana Praja. Pukul Angsa Menari*.Tempat para praja dari berbagai tingkatan berkumpul santai di Pesanggrahan Istana Praja. Tampak Raojhin duduk di sudut teras, menunggu Taja dan Lorr En. Kakinya terayun-ayun, pertanda bosan karena sudah menunggu lama."Lama sekali kalian," Raojhin merentangkan kedua lengan lebar-lebar. Melihat Taja dan Lorr En menyongsong ke arahnya."Aku hampir berjamur," kata Raojhin."Terimakasih sudah bersabar," Taja tersenyum saja. Ia membawakan sesuatu. Sekotak bekal berisi makanan, membayar rasa bete Raojhin."Banyak sekali!" seru Raojhin. Melihat setumpuk bekal lainnya di tangan Lorr En."Ini khusus dari Putri Alingga untuk kita," kata Taja disambut senyum Raojhin."Dia memasak untuk kita?!" tak percaya rasanya seorang putri melakukan pekerjaan pelayan istana."Dia dan seluruh regu dapur istana!" Taja menjawab senang."Mari kita ke taman belakang!"
"Kamu, pergilah!"Wajah tak ramah, Sekar Wening menatap sengit Kemuning. Tidak segan, Sekar Wening mengusir Kemuning. Tampak tidak senang melihat gadis itu berada di dekat Raojhin."Jangan dekati Raojhin lagi!" ujarnya ketus pada Kemuning. Gadis itu sangat terkejut mendapatkan perlakuan putri yang kasar dan arogan."Sekar Wening, kamu tak berhak mengusir siapapun," kata Raojhin tidak suka sikap dan gaya bicara Sekar Wening."Kenapa?" Sekar Wening semakin mendekati Raojhin sampai dirasa agak risih."Kamu menyukai gadis ini?" seolah bersikap cemburu, Sekar Wening menghadap sangat dekat ke arah wajah Raojhin.Kejadian itu mengundang perhatian praja-praja kebetulan sedang berada di sekitar tempat. Raojhin bangkit. Merasa tak nyaman menjadi pusat perhatian banyak orang."Putri Sekar," giliran Taja mengajak bicara."Ini acara kami, silakan bergabung," kata Taja menawarkan dengan santun. Tetapi putri bercadar putih justru membalas dengan tatap sinis padanya.Kembali Sekar Wening melempar tata
"Ada apa ini?"Tanya praja-praja berdatangan, penuh heran. Suara riuh Praja Tingkat Langit berdatangan ke taman belakang Istana Praja."Putri Kakilangit," terdengar bisik-bisik di antara mereka."Menarik sekali," seru mereka seperti ada tontonan gratis.Kebanyakan Praja Langit, lelaki dewasa yang sudah sering mendengar kabar tentang kecantikan Putri Kakilangit.Sekar Wening sekilas memandangi praja-praja itu berkerumun dan memperhatikan dirinya dengan antusias."Mari kita pergi dari sini!" ajak Raojhin sambil menarik tangan Kemuning."Taja, sangat tidak nyaman lagi di sini," Raojhin berpamitan sebelum berpaling dari Taja dan Lorr En. Bergegas meninggalkan tempat itu."Mau kemana?!" Sekar Wening tidak tinggal diam begitu saja melihat Raojhin membelakanginya.Praja Kakilangit yang disebut Raghil, menghadang Raojhin."Menghindari aku lagi?" Sekar Wening menyusul. Sebuah jurus telapak tangannya dikerahkan pada Raojhin."Apa yang kau lakukan, Wening?!" Raojhin menoleh ke belakang. Tiba-tiba
Gadis Rusuh dan Gila. Bertingkah di luar etika kewajaran seorang wanita.__________"Gadis Budak!"Sekar Wening memaki Kemuning. Memerah kedua sorot matanya. Melawan balik sampai langkah Kemuning terhenti. Sejurus cakar diarahkan pula untuk menyerang gadis itu."Aaagh ...!"Teriak Kemuning kesakitan, bersamaan dirinya terhempas ke tanah. Merembas darah di baju dadanya. Sebuah cakar dari Wening telah melukai dadanya."Kemuning!" pekik Raojhin cepat-cepat menghampiri gadis itu merintih dan tergeletak di tanah."Gadis Rusuh!" sebut para praja terhadap Sekar Wening, menyaksikan aksi yang dianggap kelewat batas etika seorang gadis."Putri Sekar!"Panggil Taja sambil berlari gesit dan ringan, hendak membekuk Sekar Wening dari arah belakang. Namun gerakan sepuluh jemari gadis itu menari-nari, mengendalikan dari jarak jauh terhadap tubuh Taja dengan kekuatan penuh.Taja terdorong berlawanan, tubuhnya seakan diputar-putar ke segala arah oleh kekuatan jemari gadis itu menyerang balik. Sampai tub
Perut ramping dan mulus, diterpa sisa cahaya sore. Pusar berhias gugusan berlian putih dan ukiran cakra emas. Gemulai kedua pundak dan kedua lengannya menari gerakan ombak.__________"Sekar Wening!"Seru seorang lelaki tidak asing bagi Sekar Wening. Dia datang di antara kerumunan praja."Kamu sangat cantik tetapi perilakumu buruk!" seru lelaki itu mendekat. Kemunculannya bersama beberapa orang mengikutinya. Membelah kerumunan praja-praja."Kita semua muak dengan tingkah lakumu!" lanjut lelaki itu.Rupanya Shiji Wungsu, hadir di tempat itu juga. Wening melihat sosok lelaki itu, bersahaja dan menawan. Tidak galak cara berbicaranya, namun tegas."Kenapa, Tuan Shiji Wungsu?" Sekar Wening menanggapi sebentar terhadap lelaki muda yang datang itu."Diriku adalah milikku, terserah aku mau bagaimana?" balas Sekar Wening."Jika perilaku diriku buruk, lantas mengapa engkau tertarik membicarakan pernikahan denganku beberapa hari lalu?" Sekar Wening menyinggung kejadian beberapa hari sebelumnya.S
Sebuah pancaran energi dari tubuh Sekar Wening, berimbas kepada siapapun yang melihatnya.Terkesiap. Menahan nafas. Mulut ternganga. Semua mata terhipnotis kekuatan magis dari tubuh Sekar Wening. Seiring alunan tipis entah darimana berasal. Aliran udara menghiasi tubuh gadis itu gemulai, meliuk-liuk dengan indah.Perut ramping dan mulus, diterpa sisa cahaya sore. Pusar berhias gugusan berlian putih dan ukiran cakra emas. Gemulai kedua pundak dan kedua lengannya menari gerakan ombak."Tarian Perawan!"Pekik Shiji Wungsu. Satu-satunya orang yang sempat menutup pandangan mata. Sangat tahu apa yang terjadi, ia harus menghentikan Sekar Wening. Jika tidak, semua lelaki yang melihat tarian gaib gadis itu, akan binasa akalnya sampai mati merana."Sekar Wening ...!" kekuatan pancaran suara gaib Shiji Wungsu mengalir seiring angin. Menyita telinga Sekar Wening. Gadis itu menoleh dan menghentikan tariannya.Shiji Wungsu memiliki sejenis ilmu pengendali jarak jauh. Ditariknya tubuh Sekar Wening de
"Jika tidak segera mendapatkan penawarnya, racun itu akan menyiksa sampai mati, kurang dari dua hari."__________"Kurang dari satu pekan tanpa pantauanku, terjadi kekacauan seperti ini di Istana Praja."Sambil mengusap dada, tersisa nyeri bekas luka, Ketua Sujinsha tertegun miris, mendapati bangsal Graha Tabib penuh dengan pasien dari kalangan praja. Bahkan sebagian besar, anak buah dan pengikut Shiji Wungsu juga sedang dirawat di tempat itu.Bekas luka akibat pedang beberapa waktu lalu, membuat Ketua Sujinsha harus beristirahat cukup lama untuk pulih. Namun belum sempat kembali dalam kondisi prima, terjadi masalah yang menimpa para praja."Tamu seenaknya keluar masuk Istana Praja," gumam Ketua Sujinsha sangat menyayangkan hal itu. Peraturan menjadi longgar tanpa awasannya selama memulihkan diri."Maafkan hamba, Tuan," kata Taja merasa bersalah. Menyandang Praja Emas, tetapi lalai akan peraturan Istana Praja."Gadis tak beretika itu tiba-tiba datang begitu saja, mengacau dan merusuhka
"Kenapa kamu tidak terpengaruh Tarian Perawan?"__________"Wenn ... ning ...."Sesekali Raojhin merintih, menyebut nama gadis yang telah menggigit lehernya sampai robek.Dipan sebelah, Lorr En tampak lebih parah lagi. Sekujur badan mulai punggung sampai muka, memerah dan bengkak. Bibirnya mengeluarkan gurat otot biru hitam. Tampak wajah kaku dan kesakitan luar biasa."Lorr ... bertahanlah," ujar Taja, menggenggam tangan Lorr En, sedikit tersadar. Kedua mata melirik siapa yang menggenggam tangannya."Wening ...," sempat-sempatnya Lorr En menyebut nama gadis itu di tengah rasa sakit. Seolah-olah orang yang sedang menggenggam tangannya adalah Sekar Wening."Apa yang terjadi pada Raojhin dan Lorr En?!" panik Taja di puncak gusar dan cemas."Tarian Perawan dan Racun Merah!"Seseorang masuk ke ruangan mereka. Rupanya Shiji Wungsu tiba-tiba muncul tanpa diduga."Tuan Muda Shiji, seberapa berbahaya itu?" Taja mengharapkan jawaban yang melegakan."Tarian Perawan menghipnotis siapapun yang meli
Jantungku adalah jantungmu! Jika aku menusuk jantungku. Itu pula yang terjadi pada jantungmu!" ________ "Aku menyerah!" Suara lantang memecah ketegangan. Samar-samar Ketua Sujinsha berjalan selangkah demi selangkah, memasuki area perkumpulan musuh. Jumlah mereka ratusan orang-orang pembantai, termasuk belasan pimpinan Lowak Ruyo. Senyum sungging Puan Ra menyambut lelaki itu datang. Ketua Sujinsha berhenti tepat di hadapan Puan Ra. Orang-orang pembantai mengelilingi dengan wajah-wajah beringas. Puan Ra berdiri di hadapan Ketua Sujinsha mengangkat kedua lengan pertanda menyerah. "Lepaskan praja itu! Sebagai gantinya kalian mendapatkan aku!" seru Ketua Sujinsha. Kedua tangan bersilang di belakang tengkuk. "Cuih! Akal bulus apa kiranya strategimu, Pengelana jalanan! Kau sama sekali tidak berguna!" Puan Ra menjawab sengit. "Tentu aku berguna jika menjadi tawananmu! Lepaskan praja itu!" seru Ketua Sujinsha lagi. Mata berbalas mata. Permusuhan lama antara pemimpin Para Pembant
Pagi menyingsing bersama embun menyelimuti. Sang Surya bersemu jingga, mengintip dari balik ufuk timur. Wajahnya malu-malu perlahan mulai tampak."Jangan libatkan mereka."Seseorang menyampaikan pesan itu dari mulut Lorr En, dan sekarang diucapkan kembali oleh seorang pemantau. Ia menuturkan laporannya pada Ketua Sujinsha."Dia bertekuk lutut. Kedua kaki dan tangan terikat. Kedua matanya tertutup kain. Ia mengatakan itu kepada pimpinan musuh sehingga melepaskan kami untuk menyampaikan hal ini kepada Tuan."Pemantau dari sekumpulan Pasukan Bayangan. Sekembalinya dari penyisiran sekitar perbatasan, sempat bertemu musuh. Ia ditangkap, kemudian sengaja dilepaskan untuk menyampaikan pesan itu kepada Ketua Sujinsha. Tujuannya agar Pasukan Bayangan menyerahkan diri dan mengembalikan Raojhin kepada pihak musuh.Pemantau itu melaporkan informasi sepenuhnya kepada Ketua Sujinsha tentang tertangkapnya Lorr En, tentu membuat cemas Pasukan Bayangan.Ketua Sujinsha tertegun sebentar. Tegang dalam p
Satu orang kembali. Justru satu lagi menghilang. Seakan hanya bertukar saja.________"Jaga gudang mayat!"Teriakan penjaga menjadi petunjuk tempat Raojhin disembunyikan. Orang-orang saling melempar tugas. Hiruk pikuk situasi di kawasan pangkalan Pasukan Pembantai. Masing-masing pemimpin sibuk mengumpulkan sejumlah pasukan untuk dikerahkan ke luar pangkalan.Sesosok makhluk dari tanah, tersembul ke permukaan dan meluncur dalam pusaran pasir. Kemudian gesit wujudnya menjelma gumpalan tanah pasir menggelinding."Hup!" tubuh itu menggelinding sampai ke sisi bayang-bayang tenda dan terhenti.Rupanya manusia yang meringkuk dari gumpalan tanah pasir. Tak lain adalah Taja. Selimut tanah pasir, luruh dari tubuhnya. Sembari kebas seluruh baju, Taja memasang waspada, tatap matanya sekeliling arah. Tampak lenggang keadaan sekitar.Di tengah-tengah situasi tak menentu, akibat makhluk pasir bekerja secara efektif. Berhasil mengalihkan seisi pangkalan pembantai dan mengacaukan suasana. Taja berhasi
Hantu Pasir. Penghuni gaib Perbatasan Tengkorak. Makhluk penghisap siapapun yang hidup di permukaan tanah.________Deru pasir debu menyatu.Langit malam kian larut. Kantuk mengendap dalam penat orang-orang sedang berjaga-jaga di setiap titik kawasan pangkalan. Sejengkal pun tidak ada yang luput dari pengawasan mata regu pemantau, sibuk mengawasi penjuru arah dari tiang-tiang tinggi.Pangkalan pembantai tak pernah mengenal tidur. Kawasan merah dengan rona kobaran api. Sejauh mata menangkap kegelapan, titik-titik bara bersumber api unggun. Udara menerbangkan abu pijar dari bara meredup.Barisan regu giliran jaga malam bertukar tugas. Pasukan Pembantai dalam naungan gelap malam, tampak lebih waspada dan sangar wajah mereka.Pemimpin-pemimpinnya memasang erat penutup kepala bertanduk. Gading-gading gajah dipasang tegak lurus ujung lancipnya menghadap ke atas. Pertanda pemimpin baling berkuasa sedang berada di antara pasukan berkumpul.Beberapa orang tampak lalu lalang, tergesa-gesa dalam
Makhluk pasir dan tanah? Apa sungguhan itu makhluk yang terbentuk dari pasir dan tanah?________"Lorr."Taja menepuk pundak Lorr En. Ia pun siap menyambut Taja memberikan perintah."Kerahkan Pasukan Tawon! Alihkan musuh!" Taja berapi-api, tersulut ambisi bersiap-siap penuh."Aku akan mengobrak-abrik sarang pembantai," kata Taja sembari bangkit tegap, menyingsingkan kepalan tangan erat-erat.Ketua Sujinsha ternganga. Kiranya manusia seperti apa yang memiliki keyakinan sebesar itu untuk menyerbu pangkalan musuh sekelas Pasukan Pembantai. Ia sendiri bahkan tidak terpikir strategi sejauh itu. Butuh keberanian dan kekuatan pasukan besar dan persiapan matang."Tuan, serahkan padaku! Malam ini, aku akan menyerbu Pangkalan Pasukan Pembantai," tegas dan penuh percaya diri, Taja mengatakannya."Malam ini?!" ujar Ketua Sujinsha terkaget-kaget. Tak segera mengambil keputusan. Ia dan semua orang bawahannya banyak terluka dan belum pulih dari letih kesakitan. Pertarungan sebelumnya, melawan Pasuka
"Tempat ini seperti tersembunyi? Seolah musuh tidak menyadari keberadaan kita?"________Malam berlarut.Tampak langit gelap dari celah-celah rongga bebatuan tempat persembunyian. Pertahanan magis energi Taja dan Lorr En bersatu, diperkirakan dapat bertahan sampai fajar menyingsing untuk melindungi diri bersama Pasukan Bayangan.Sementara itu, terdengar suara-suara meraung dari luar, pertanda banyak sekali orang-orang pembantai berdatangan sekitar tempat itu, melalui udara dan darat. Gonggongan anjing-anjing pelacak, menelusuri jalur lereng dan rongga-rongga sekitar. Kuat tajam penciuman anjing-anjing itu mengendus-endus setiap jengkal permukaan tanah dan batu. Mencari jejak Pasukan Bayangan yang sedang bersembunyi bersama Taja. Untuk sementara, mereka aman dari deteksi musuh."Perisai Alhirri hanya bertahan sebelum pagi menyingsing," kata Taja meresahkan hal itu. Kiranya sampai fajar, tetapi musuh masih patroli sekitar lokasi persembunyian."Aku akan mengalihkan perhatian mereka," uj
Gemuruh angin hitam mengiringi dua sosok berjalan. Kedatangannya disertai kerumunan angin hitam, ternyata koloni serangga. ________ "Siapa kalian?!" Orang-orang Pasukan Bayangan menghunus kembali pedang masing-masing. Mengantisipasi serangan yang mungkin datang dari dua sosok itu. "Apakah kalian baik-baik saja?!" suara lantang pemuda, seiring kemunculan dua sosok berjalan dari balik kabut malam di bawah cahaya purnama. Semua terdiam, menyambut penasaran siapa gerangan yang datang. Tampak samar-samar, dua sosok pemuda. Gemuruh angin hitam mereda, mengiringi dua sosok itu mendekat. Mundur penuh hati-hati, orang-orang Pasukan Bayangan, berkumpul dalam formasi barisan, memasang pagar diri seraya menghunuskan pedang masing-masing. Tampaklah dua wajah pemuda yang datang itu. Pasukan Bayangan, seketika menurunkan senjata dan bernafas lega. Dua pemuda yang datang itu, ternyata sangat dikenal dengan baik. Suara-suara riuh mendengung, rupanya berasal dari kerumunan serangga menyertai ked
Amukan badai angin hitam, ternyata koloni serangga tak terkira banyaknya. Menyerang sekelompok manusia jubah hitam beserta elang-elang tunggangannya.________Jerit raung manusia-manusia berjubah hitam, bersamaan elang-elang hitam meronta terbakar di tanah, bergumul debu kerikil. Teriakan manusia jubah mengamuk, namun masih hidup dalam kobaran api melahap tubuh.Tahu jenis apa elang Pembantai tak mati dalam api, harus dipenggal kepala, maka tak menyia-nyiakan kesempatan, segera regu Tameng Cakra dan Jerat Laba-laba, menebas kepala manusia berjubah dari tubuhnya. Juga elang tunggangannya. Hujan mulai berjatuhan ke tanah. Semakin deras membasahi tak terhitung tubuh-tubuh bergelimpangan. Regu Tameng Cakra dan Jerat Laba-laba tanpa henti mengayunkan jurus-jurus pedang, menghabisi siapapun musuh yang masih bergerak, elang hitam dan manusia berjubah hitam bersimbah darah bergelimpangan.Krrroaaagh!!!Tiba-tiba dari awan gelap, seekor elang hitam sangat besar, melintas sekejap mata dan meny
Batu menjerit dan bergerak. Wujud semula bongkahan, ternyata jubah kamuflase menyerupai batu, menyingkap sesuatu tersembunyi di baliknya.________Elang Pembantai.Jenis pasukan terbang pembantai. Semakin banyak jumlahnya, berdatangan ke tempat itu. Menggantikan pasukan pembantai berkuda yang sudah kalah telak.Hujan rantai besi sambar menyambar dari langit-langit gelap. Kemunculan Elang Pembantai memaksa Pasukan Bayangan sesegera mungkin bergerak mundur."Sembunyi!" pekik Ketua Sujinsha, diikuti sekawanan orang-orangnya bergerak cepat, menepi di antara celah-celah bebatuan. Namun belum semuanya bersembunyi, beberapa orang Tameng Cakra terkena sambaran rantai besi, tubuhnya ditarik dan terpelanting ke udara. "Aargh!!!" terbanting di sisi lereng berbatu. Anggota lainnya tak sempat memberikan pertolongan.Para pembantai dengan tunggangan elang hitam raksasa, beterbangan seiring riuh suara Terompet Raung mengangkasa. Tangan-tangan mereka sibuk melempar rantai-rantai besi. Penglihatan ta