Share

97. Racun Merah 1

Penulis: JWT Kingdom
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
"Jika tidak segera mendapatkan penawarnya, racun itu akan menyiksa sampai mati, kurang dari dua hari."

__________

"Kurang dari satu pekan tanpa pantauanku, terjadi kekacauan seperti ini di Istana Praja."

Sambil mengusap dada, tersisa nyeri bekas luka, Ketua Sujinsha tertegun miris, mendapati bangsal Graha Tabib penuh dengan pasien dari kalangan praja. Bahkan sebagian besar, anak buah dan pengikut Shiji Wungsu juga sedang dirawat di tempat itu.

Bekas luka akibat pedang beberapa waktu lalu, membuat Ketua Sujinsha harus beristirahat cukup lama untuk pulih. Namun belum sempat kembali dalam kondisi prima, terjadi masalah yang menimpa para praja.

"Tamu seenaknya keluar masuk Istana Praja," gumam Ketua Sujinsha sangat menyayangkan hal itu. Peraturan menjadi longgar tanpa awasannya selama memulihkan diri.

"Maafkan hamba, Tuan," kata Taja merasa bersalah. Menyandang Praja Emas, tetapi lalai akan peraturan Istana Praja.

"Gadis tak beretika itu tiba-tiba datang begitu saja, mengacau dan merusuhka
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • The Story of Jawata: Pusaka Ajaib   98. Racun Merah 2

    "Kenapa kamu tidak terpengaruh Tarian Perawan?"__________"Wenn ... ning ...."Sesekali Raojhin merintih, menyebut nama gadis yang telah menggigit lehernya sampai robek.Dipan sebelah, Lorr En tampak lebih parah lagi. Sekujur badan mulai punggung sampai muka, memerah dan bengkak. Bibirnya mengeluarkan gurat otot biru hitam. Tampak wajah kaku dan kesakitan luar biasa."Lorr ... bertahanlah," ujar Taja, menggenggam tangan Lorr En, sedikit tersadar. Kedua mata melirik siapa yang menggenggam tangannya."Wening ...," sempat-sempatnya Lorr En menyebut nama gadis itu di tengah rasa sakit. Seolah-olah orang yang sedang menggenggam tangannya adalah Sekar Wening."Apa yang terjadi pada Raojhin dan Lorr En?!" panik Taja di puncak gusar dan cemas."Tarian Perawan dan Racun Merah!"Seseorang masuk ke ruangan mereka. Rupanya Shiji Wungsu tiba-tiba muncul tanpa diduga."Tuan Muda Shiji, seberapa berbahaya itu?" Taja mengharapkan jawaban yang melegakan."Tarian Perawan menghipnotis siapapun yang meli

  • The Story of Jawata: Pusaka Ajaib   99. Racun Merah 3

    "Aku berjanji tidak akan menggunakan Pasvaati selama tiga hari ke depan."__________"Dunia Bening milikku. Kamu memasukinya, bukan?" kata Sekar Wening lembut manja. Merasa telah menaklukkan Taja seperti terhadap laki-laki lain yang sudah-sudah.Taja menepis gerakan jemari nakal gadis itu. Tak tergoda sedikitpun. Bahkan ia juga sempat melihat pusarnya tersibak dari selendang putih yang dikenakannya.Sekar Wening sejenak heran, sedikit terkejut. Baru sekali ini, ada lelaki tak mempan dari pengaruh Dunia Bening miliknya."Apakah kamu lelaki yang tidak punya nafsu terhadap wanita?" Sekar Wening mengatakan sesuatu yang bukan-bukan."Sekar Wening, tentu aku melihat Dunia Bening milikmu," ujar Taja. Mendapati sesuatu dari tatapan Sekar Wening yang dalam ke masa lalu dan masa depannya.Dua wanita. Seorang laki-laki. Dan bayi."Aku lihat dua wanita. Kamu dan seseorang yang mirip dirimu," Taja mengatakan sekilas penglihatannya dari Dunia Bening."Dia ibumu, Sekar Harum!" di luar dugaan, Taja me

  • The Story of Jawata: Pusaka Ajaib   100. Racun Merah 4

    "Tarian Perawan semakin menggila ketika malam, akan berlangsung beberapa hari sampai sepekan ke depan."__________"Nng ...!""Wening ...."Nama itu disebut-sebut. Di sela-sela Lorr En mengerang sakit, antara sadar dan tidak. Tubuh berjalan gontai. Kedua tangan meraba-raba ke depan. Sorot mata sayu redup.Taja hampir ketiduran. Berjaga di ruang bangsal. Terjaga dan melihat siapa yang beranjak dari dipan."Lorr, mau kemana?" Taja menuntunnya kembali ke ruang pengobatan.Tampaknya, pengaruh Racun Merah sudah hilang dari tubuh Lorr En. Tetapi Tarian Perawan belum reda dari kesadarannya."Aku ...," Lorr En terantuk-kantuk dalam tuntunan Taja, "Ingin ... menemui dia ...," ujarnya lirih."Dia siapa?" tanya Taja menanggapi ala kadarnya."Dia ... kekasihku ... istriku ...," ujar Lorr En melantur. Dituntunnya pelan-pelan kembali ke dipan, Taja membantunya rebah."Tidurlah, masih larut malam," suruh Taja sambil menyelimutinya."Aku ... rindu ... dia ...," Lorr En terus meracau. Kedua matanya mul

  • The Story of Jawata: Pusaka Ajaib   101. Pengaruh Gila

    "Sallava Sabha. Raja yang hidup dalam Tiga Masa. Masa lalu, masa sekarang, masa depan."_________Sebentar saja, Taja merasa agak tenang lantaran Raojhin dan Lorr En kembali terlelap. Ia kembali dikejutkan suara berisik dari sekitar ruangan bangsal. Sesosok praja lain terbangun dalam kondisi tidak sadar namun tubuhnya berjalan dan sekarang berhenti di depan Taja."Hei, ada apa?" tanya Taja, melihat praja tersebut sepantar kalangan Praja Bumi, hanya mematung di hadapan Taja."Tolong ... aku ...," pinta praja itu tampak lemah."Kembali ke tempatmu. Ini masih larut malam," kata Taja menuntun praja itu kembali ke pembaringannya."Dia di mana?" tanya praja itu sembari diselimuti Taja."Siapa?" tanya Taja sekedar menanggapi ringan."Gadis itu ... Wening ...," praja itu menghela nafas berat. Rata-rata mereka yang terdampak Tarian Perawan, bersimbah keringat, nafas lemah, badannya gemetaran, tatap mata kosong, meracau tak karuan, dan bicaranya ngelantur tak jauh tentang Sekar Wening."Wening .

  • The Story of Jawata: Pusaka Ajaib   102. Raja Tiga Masa

    "Syukurlah ...."Taja lega."Beruntung, Tuan Muda di sini," kata Taja seraya mendekati orang itu, tidak lain Shiji Wungsu berdiri membelakangi Taja.Ada orang lain terjaga dalam situasi menggila malam itu, Taja merasa aman dan berharap menemukan solusi jika berbincang dengannya tentang masalah Tarian Perawan."Tuan Shiji," Taja memanggil sekali lagi, setelah dirasa kehadirannya belum disadari lelaki itu.Shiji Wungsu menoleh. Ekspresi mukanya datar, bibirnya sedikit bergetar dan bergerak-gerak seperti hendak mengucapkan sesuatu."Tuan Muda ...," Taja melihat gelagat aneh pada Shiji Wungsu. Tidak biasanya, ia terlihat seperti memikirkan sesuatu dalam-dalam sampai mukanya sedikit pucat."Tuan?" Taja semakin mendekati Shiji Wungsu. Sangat jelas Wajah Salih itu dalam sepasang tatap mata sayu dan alisnya sedikit tegang.'Mungkinkan dia kelelahan sampai seperti orang linglung?'Pikir Taja selama memperhatikan Shiji Wungsu, seperti berat hendak mengungkapkan sesuatu."Sebaiknya, Tuan Muda ber

  • The Story of Jawata: Pusaka Ajaib   103. Telaga Hening

    "Pengaruh Tarian Perawan terhadap saudara kandung, akhirnya termuntahkan."__________Suasana malam gulita. Taja tak peduli lagi. Mencari sisi paling tenang di kawasan istana-istana Tanapura.Tak terasa langkah kakinya menginjak kerikil lembab. Rimbun pepohonan sekitar menyadarkan Taja sedang berada di tepian telaga pemandian para praja. Kawasan itu agak jauh dari jangkauan Istana Praja. Angin malam semilir menyibak kesendiriannya. Dari tempatnya sekarang, tampak langit cerah di balik celah rimbun dedaunan.Taja terduduk sejenak. Akhirnya rebah juga ia ke tanah. Kedua lengan berlipat menyanggah kepala. Dingin namun tenang. Rasa jengah selama di Graha Tabib, terlepas sudah dari penat dan lelah. Belum lagi was-was dan kecemasan bertubi-tubi yang dirasakannya.Kepikiran banyak masalah, pandangan Taja menerawang ke langit malam yang cerah bertabur bintang, rasanya ingin beralih ke sana. Melepas semua cemas.Pemandangan langit di atas sana, persis menggambarkan pola yang sama seperti ketika

  • The Story of Jawata: Pusaka Ajaib   104. Kakak Perempuanku?

    "Ah, Bola Cahaya ...," tiba-tiba Taja beralih pada ingatan lain."Juga ... Tajura ...," konsentrasi Taja berpindah-pindah. Radhit menggenggamnya erat. Merasakan ingatan Taja berpindah pada dirinya."Senangnya memiliki saudara. Kembar pula!" ujar Radhit. Menangkap ingatan Taja. Itulah yang terjadi."Ternyata dia. Disebut-sebut Bocah Malapetaka. Saudara kembarmu?" ekspresi Radhit tak berlebihan. Seakan tak terkejut."Kalian bertemu di mana?" Radhit kali ini tampak heran."Dunia Bawah," Taja lirih menjawab singkat."Apakah sangat mirip denganmu?!" Radhit jadi penasaran ingin melihat kembaran Taja."Lebih nyata dari cermin," jawab Taja sangat meyakinkan.Radhit mengetahui itu sekarang, "Kenapa tak menceritakannya lebih awal?"Taja menggeleng ringan, "Aku pun sulit mempercayai kenyataan ini.""Aku iri padamu. Memiliki teman dan saudara. Sementara aku? Waktu pun aku tidak punya," Radhit menjadi murung raut mukanya."Seandainya aku punya saudara walaupun seumpama seorang bedebah sekalipun. It

  • The Story of Jawata: Pusaka Ajaib   105. Airmata Bidadari

    "Sampai besok senja, telaga ini menjadi Penawar Masal untuk Tarian Perawan"___________"Haem-sha-miwaz-wa ...."Radhit menyebutkan satu kalimat yang pernah didengar sekali oleh Taja ketika membuka mantera Pasvaati kala itu."Apa itu?" tanya Taja."Haem-sha-miwaz-wa ...!" lebih lantang Radhit sekali mengucapkannya."Itu kalimat sakral pembuka berbagai alam gaib," jawab Radhit. Namun Taja tak bisa menirukan dengan lidahnya."Juga nama sebuah benda dari langit," lanjut Radhit."Air Mata Bidadari*."Kata Radhit menyebutkan istilah aneh dari sesuatu di dalam kepalan tangannya sedang digerak-gerakkan. Sesuatu yang sangat berharga tergenggam dalam penyimpanan ajaibnya."Air mata?!" tanya heran Taja, terus memperhatikan kepalan tangan Radhit."Air Mata Bidadari?" kata Taja terbelalak. Tak percaya dengan rasa penasaran.'Apa gerangan di genggaman Radhit? Apakah ... air mata yang dimaksud adalah … cairan yang keluar dari mata akibat menangis?' pikir Taja penuh heran.Radhit melihat ke sisi tela

Bab terbaru

  • The Story of Jawata: Pusaka Ajaib   177. Sandera

    Jantungku adalah jantungmu! Jika aku menusuk jantungku. Itu pula yang terjadi pada jantungmu!" ________ "Aku menyerah!" Suara lantang memecah ketegangan. Samar-samar Ketua Sujinsha berjalan selangkah demi selangkah, memasuki area perkumpulan musuh. Jumlah mereka ratusan orang-orang pembantai, termasuk belasan pimpinan Lowak Ruyo. Senyum sungging Puan Ra menyambut lelaki itu datang. Ketua Sujinsha berhenti tepat di hadapan Puan Ra. Orang-orang pembantai mengelilingi dengan wajah-wajah beringas. Puan Ra berdiri di hadapan Ketua Sujinsha mengangkat kedua lengan pertanda menyerah. "Lepaskan praja itu! Sebagai gantinya kalian mendapatkan aku!" seru Ketua Sujinsha. Kedua tangan bersilang di belakang tengkuk. "Cuih! Akal bulus apa kiranya strategimu, Pengelana jalanan! Kau sama sekali tidak berguna!" Puan Ra menjawab sengit. "Tentu aku berguna jika menjadi tawananmu! Lepaskan praja itu!" seru Ketua Sujinsha lagi. Mata berbalas mata. Permusuhan lama antara pemimpin Para Pembant

  • The Story of Jawata: Pusaka Ajaib   176. Kembali Ke Dunia Fana

    Pagi menyingsing bersama embun menyelimuti. Sang Surya bersemu jingga, mengintip dari balik ufuk timur. Wajahnya malu-malu perlahan mulai tampak."Jangan libatkan mereka."Seseorang menyampaikan pesan itu dari mulut Lorr En, dan sekarang diucapkan kembali oleh seorang pemantau. Ia menuturkan laporannya pada Ketua Sujinsha."Dia bertekuk lutut. Kedua kaki dan tangan terikat. Kedua matanya tertutup kain. Ia mengatakan itu kepada pimpinan musuh sehingga melepaskan kami untuk menyampaikan hal ini kepada Tuan."Pemantau dari sekumpulan Pasukan Bayangan. Sekembalinya dari penyisiran sekitar perbatasan, sempat bertemu musuh. Ia ditangkap, kemudian sengaja dilepaskan untuk menyampaikan pesan itu kepada Ketua Sujinsha. Tujuannya agar Pasukan Bayangan menyerahkan diri dan mengembalikan Raojhin kepada pihak musuh.Pemantau itu melaporkan informasi sepenuhnya kepada Ketua Sujinsha tentang tertangkapnya Lorr En, tentu membuat cemas Pasukan Bayangan.Ketua Sujinsha tertegun sebentar. Tegang dalam p

  • The Story of Jawata: Pusaka Ajaib   175. Satu Kembali. Satu Hilang.

    Satu orang kembali. Justru satu lagi menghilang. Seakan hanya bertukar saja.________"Jaga gudang mayat!"Teriakan penjaga menjadi petunjuk tempat Raojhin disembunyikan. Orang-orang saling melempar tugas. Hiruk pikuk situasi di kawasan pangkalan Pasukan Pembantai. Masing-masing pemimpin sibuk mengumpulkan sejumlah pasukan untuk dikerahkan ke luar pangkalan.Sesosok makhluk dari tanah, tersembul ke permukaan dan meluncur dalam pusaran pasir. Kemudian gesit wujudnya menjelma gumpalan tanah pasir menggelinding."Hup!" tubuh itu menggelinding sampai ke sisi bayang-bayang tenda dan terhenti.Rupanya manusia yang meringkuk dari gumpalan tanah pasir. Tak lain adalah Taja. Selimut tanah pasir, luruh dari tubuhnya. Sembari kebas seluruh baju, Taja memasang waspada, tatap matanya sekeliling arah. Tampak lenggang keadaan sekitar.Di tengah-tengah situasi tak menentu, akibat makhluk pasir bekerja secara efektif. Berhasil mengalihkan seisi pangkalan pembantai dan mengacaukan suasana. Taja berhasi

  • The Story of Jawata: Pusaka Ajaib   174. Hantu Pasir

    Hantu Pasir. Penghuni gaib Perbatasan Tengkorak. Makhluk penghisap siapapun yang hidup di permukaan tanah.________Deru pasir debu menyatu.Langit malam kian larut. Kantuk mengendap dalam penat orang-orang sedang berjaga-jaga di setiap titik kawasan pangkalan. Sejengkal pun tidak ada yang luput dari pengawasan mata regu pemantau, sibuk mengawasi penjuru arah dari tiang-tiang tinggi.Pangkalan pembantai tak pernah mengenal tidur. Kawasan merah dengan rona kobaran api. Sejauh mata menangkap kegelapan, titik-titik bara bersumber api unggun. Udara menerbangkan abu pijar dari bara meredup.Barisan regu giliran jaga malam bertukar tugas. Pasukan Pembantai dalam naungan gelap malam, tampak lebih waspada dan sangar wajah mereka.Pemimpin-pemimpinnya memasang erat penutup kepala bertanduk. Gading-gading gajah dipasang tegak lurus ujung lancipnya menghadap ke atas. Pertanda pemimpin baling berkuasa sedang berada di antara pasukan berkumpul.Beberapa orang tampak lalu lalang, tergesa-gesa dalam

  • The Story of Jawata: Pusaka Ajaib   173. Strategi Darurat

    Makhluk pasir dan tanah? Apa sungguhan itu makhluk yang terbentuk dari pasir dan tanah?________"Lorr."Taja menepuk pundak Lorr En. Ia pun siap menyambut Taja memberikan perintah."Kerahkan Pasukan Tawon! Alihkan musuh!" Taja berapi-api, tersulut ambisi bersiap-siap penuh."Aku akan mengobrak-abrik sarang pembantai," kata Taja sembari bangkit tegap, menyingsingkan kepalan tangan erat-erat.Ketua Sujinsha ternganga. Kiranya manusia seperti apa yang memiliki keyakinan sebesar itu untuk menyerbu pangkalan musuh sekelas Pasukan Pembantai. Ia sendiri bahkan tidak terpikir strategi sejauh itu. Butuh keberanian dan kekuatan pasukan besar dan persiapan matang."Tuan, serahkan padaku! Malam ini, aku akan menyerbu Pangkalan Pasukan Pembantai," tegas dan penuh percaya diri, Taja mengatakannya."Malam ini?!" ujar Ketua Sujinsha terkaget-kaget. Tak segera mengambil keputusan. Ia dan semua orang bawahannya banyak terluka dan belum pulih dari letih kesakitan. Pertarungan sebelumnya, melawan Pasuka

  • The Story of Jawata: Pusaka Ajaib   172. Perisai Magis

    "Tempat ini seperti tersembunyi? Seolah musuh tidak menyadari keberadaan kita?"________Malam berlarut.Tampak langit gelap dari celah-celah rongga bebatuan tempat persembunyian. Pertahanan magis energi Taja dan Lorr En bersatu, diperkirakan dapat bertahan sampai fajar menyingsing untuk melindungi diri bersama Pasukan Bayangan.Sementara itu, terdengar suara-suara meraung dari luar, pertanda banyak sekali orang-orang pembantai berdatangan sekitar tempat itu, melalui udara dan darat. Gonggongan anjing-anjing pelacak, menelusuri jalur lereng dan rongga-rongga sekitar. Kuat tajam penciuman anjing-anjing itu mengendus-endus setiap jengkal permukaan tanah dan batu. Mencari jejak Pasukan Bayangan yang sedang bersembunyi bersama Taja. Untuk sementara, mereka aman dari deteksi musuh."Perisai Alhirri hanya bertahan sebelum pagi menyingsing," kata Taja meresahkan hal itu. Kiranya sampai fajar, tetapi musuh masih patroli sekitar lokasi persembunyian."Aku akan mengalihkan perhatian mereka," uj

  • The Story of Jawata: Pusaka Ajaib   171. Pertolongan Tak Terduga

    Gemuruh angin hitam mengiringi dua sosok berjalan. Kedatangannya disertai kerumunan angin hitam, ternyata koloni serangga. ________ "Siapa kalian?!" Orang-orang Pasukan Bayangan menghunus kembali pedang masing-masing. Mengantisipasi serangan yang mungkin datang dari dua sosok itu. "Apakah kalian baik-baik saja?!" suara lantang pemuda, seiring kemunculan dua sosok berjalan dari balik kabut malam di bawah cahaya purnama. Semua terdiam, menyambut penasaran siapa gerangan yang datang. Tampak samar-samar, dua sosok pemuda. Gemuruh angin hitam mereda, mengiringi dua sosok itu mendekat. Mundur penuh hati-hati, orang-orang Pasukan Bayangan, berkumpul dalam formasi barisan, memasang pagar diri seraya menghunuskan pedang masing-masing. Tampaklah dua wajah pemuda yang datang itu. Pasukan Bayangan, seketika menurunkan senjata dan bernafas lega. Dua pemuda yang datang itu, ternyata sangat dikenal dengan baik. Suara-suara riuh mendengung, rupanya berasal dari kerumunan serangga menyertai ked

  • The Story of Jawata: Pusaka Ajaib   170. Badai Angin Malam

    Amukan badai angin hitam, ternyata koloni serangga tak terkira banyaknya. Menyerang sekelompok manusia jubah hitam beserta elang-elang tunggangannya.________Jerit raung manusia-manusia berjubah hitam, bersamaan elang-elang hitam meronta terbakar di tanah, bergumul debu kerikil. Teriakan manusia jubah mengamuk, namun masih hidup dalam kobaran api melahap tubuh.Tahu jenis apa elang Pembantai tak mati dalam api, harus dipenggal kepala, maka tak menyia-nyiakan kesempatan, segera regu Tameng Cakra dan Jerat Laba-laba, menebas kepala manusia berjubah dari tubuhnya. Juga elang tunggangannya. Hujan mulai berjatuhan ke tanah. Semakin deras membasahi tak terhitung tubuh-tubuh bergelimpangan. Regu Tameng Cakra dan Jerat Laba-laba tanpa henti mengayunkan jurus-jurus pedang, menghabisi siapapun musuh yang masih bergerak, elang hitam dan manusia berjubah hitam bersimbah darah bergelimpangan.Krrroaaagh!!!Tiba-tiba dari awan gelap, seekor elang hitam sangat besar, melintas sekejap mata dan meny

  • The Story of Jawata: Pusaka Ajaib   169. Elang Pembantai

    Batu menjerit dan bergerak. Wujud semula bongkahan, ternyata jubah kamuflase menyerupai batu, menyingkap sesuatu tersembunyi di baliknya.________Elang Pembantai.Jenis pasukan terbang pembantai. Semakin banyak jumlahnya, berdatangan ke tempat itu. Menggantikan pasukan pembantai berkuda yang sudah kalah telak.Hujan rantai besi sambar menyambar dari langit-langit gelap. Kemunculan Elang Pembantai memaksa Pasukan Bayangan sesegera mungkin bergerak mundur."Sembunyi!" pekik Ketua Sujinsha, diikuti sekawanan orang-orangnya bergerak cepat, menepi di antara celah-celah bebatuan. Namun belum semuanya bersembunyi, beberapa orang Tameng Cakra terkena sambaran rantai besi, tubuhnya ditarik dan terpelanting ke udara. "Aargh!!!" terbanting di sisi lereng berbatu. Anggota lainnya tak sempat memberikan pertolongan.Para pembantai dengan tunggangan elang hitam raksasa, beterbangan seiring riuh suara Terompet Raung mengangkasa. Tangan-tangan mereka sibuk melempar rantai-rantai besi. Penglihatan ta

DMCA.com Protection Status