Home / Fantasi / The Story of Jawata: Pusaka Ajaib / Chapter 101 - Chapter 110

All Chapters of The Story of Jawata: Pusaka Ajaib: Chapter 101 - Chapter 110

177 Chapters

101. Pengaruh Gila

"Sallava Sabha. Raja yang hidup dalam Tiga Masa. Masa lalu, masa sekarang, masa depan."_________Sebentar saja, Taja merasa agak tenang lantaran Raojhin dan Lorr En kembali terlelap. Ia kembali dikejutkan suara berisik dari sekitar ruangan bangsal. Sesosok praja lain terbangun dalam kondisi tidak sadar namun tubuhnya berjalan dan sekarang berhenti di depan Taja."Hei, ada apa?" tanya Taja, melihat praja tersebut sepantar kalangan Praja Bumi, hanya mematung di hadapan Taja."Tolong ... aku ...," pinta praja itu tampak lemah."Kembali ke tempatmu. Ini masih larut malam," kata Taja menuntun praja itu kembali ke pembaringannya."Dia di mana?" tanya praja itu sembari diselimuti Taja."Siapa?" tanya Taja sekedar menanggapi ringan."Gadis itu ... Wening ...," praja itu menghela nafas berat. Rata-rata mereka yang terdampak Tarian Perawan, bersimbah keringat, nafas lemah, badannya gemetaran, tatap mata kosong, meracau tak karuan, dan bicaranya ngelantur tak jauh tentang Sekar Wening."Wening .
Read more

102. Raja Tiga Masa

"Syukurlah ...."Taja lega."Beruntung, Tuan Muda di sini," kata Taja seraya mendekati orang itu, tidak lain Shiji Wungsu berdiri membelakangi Taja.Ada orang lain terjaga dalam situasi menggila malam itu, Taja merasa aman dan berharap menemukan solusi jika berbincang dengannya tentang masalah Tarian Perawan."Tuan Shiji," Taja memanggil sekali lagi, setelah dirasa kehadirannya belum disadari lelaki itu.Shiji Wungsu menoleh. Ekspresi mukanya datar, bibirnya sedikit bergetar dan bergerak-gerak seperti hendak mengucapkan sesuatu."Tuan Muda ...," Taja melihat gelagat aneh pada Shiji Wungsu. Tidak biasanya, ia terlihat seperti memikirkan sesuatu dalam-dalam sampai mukanya sedikit pucat."Tuan?" Taja semakin mendekati Shiji Wungsu. Sangat jelas Wajah Salih itu dalam sepasang tatap mata sayu dan alisnya sedikit tegang.'Mungkinkan dia kelelahan sampai seperti orang linglung?'Pikir Taja selama memperhatikan Shiji Wungsu, seperti berat hendak mengungkapkan sesuatu."Sebaiknya, Tuan Muda ber
Read more

103. Telaga Hening

"Pengaruh Tarian Perawan terhadap saudara kandung, akhirnya termuntahkan."__________Suasana malam gulita. Taja tak peduli lagi. Mencari sisi paling tenang di kawasan istana-istana Tanapura.Tak terasa langkah kakinya menginjak kerikil lembab. Rimbun pepohonan sekitar menyadarkan Taja sedang berada di tepian telaga pemandian para praja. Kawasan itu agak jauh dari jangkauan Istana Praja. Angin malam semilir menyibak kesendiriannya. Dari tempatnya sekarang, tampak langit cerah di balik celah rimbun dedaunan.Taja terduduk sejenak. Akhirnya rebah juga ia ke tanah. Kedua lengan berlipat menyanggah kepala. Dingin namun tenang. Rasa jengah selama di Graha Tabib, terlepas sudah dari penat dan lelah. Belum lagi was-was dan kecemasan bertubi-tubi yang dirasakannya.Kepikiran banyak masalah, pandangan Taja menerawang ke langit malam yang cerah bertabur bintang, rasanya ingin beralih ke sana. Melepas semua cemas.Pemandangan langit di atas sana, persis menggambarkan pola yang sama seperti ketika
Read more

104. Kakak Perempuanku?

"Ah, Bola Cahaya ...," tiba-tiba Taja beralih pada ingatan lain."Juga ... Tajura ...," konsentrasi Taja berpindah-pindah. Radhit menggenggamnya erat. Merasakan ingatan Taja berpindah pada dirinya."Senangnya memiliki saudara. Kembar pula!" ujar Radhit. Menangkap ingatan Taja. Itulah yang terjadi."Ternyata dia. Disebut-sebut Bocah Malapetaka. Saudara kembarmu?" ekspresi Radhit tak berlebihan. Seakan tak terkejut."Kalian bertemu di mana?" Radhit kali ini tampak heran."Dunia Bawah," Taja lirih menjawab singkat."Apakah sangat mirip denganmu?!" Radhit jadi penasaran ingin melihat kembaran Taja."Lebih nyata dari cermin," jawab Taja sangat meyakinkan.Radhit mengetahui itu sekarang, "Kenapa tak menceritakannya lebih awal?"Taja menggeleng ringan, "Aku pun sulit mempercayai kenyataan ini.""Aku iri padamu. Memiliki teman dan saudara. Sementara aku? Waktu pun aku tidak punya," Radhit menjadi murung raut mukanya."Seandainya aku punya saudara walaupun seumpama seorang bedebah sekalipun. It
Read more

105. Airmata Bidadari

"Sampai besok senja, telaga ini menjadi Penawar Masal untuk Tarian Perawan"___________"Haem-sha-miwaz-wa ...."Radhit menyebutkan satu kalimat yang pernah didengar sekali oleh Taja ketika membuka mantera Pasvaati kala itu."Apa itu?" tanya Taja."Haem-sha-miwaz-wa ...!" lebih lantang Radhit sekali mengucapkannya."Itu kalimat sakral pembuka berbagai alam gaib," jawab Radhit. Namun Taja tak bisa menirukan dengan lidahnya."Juga nama sebuah benda dari langit," lanjut Radhit."Air Mata Bidadari*."Kata Radhit menyebutkan istilah aneh dari sesuatu di dalam kepalan tangannya sedang digerak-gerakkan. Sesuatu yang sangat berharga tergenggam dalam penyimpanan ajaibnya."Air mata?!" tanya heran Taja, terus memperhatikan kepalan tangan Radhit."Air Mata Bidadari?" kata Taja terbelalak. Tak percaya dengan rasa penasaran.'Apa gerangan di genggaman Radhit? Apakah ... air mata yang dimaksud adalah … cairan yang keluar dari mata akibat menangis?' pikir Taja penuh heran.Radhit melihat ke sisi tela
Read more

106. Syair Pecinta

"Syair Penggugah Jiwa Pecinta dari negeri tengah Katulistiwa."__________"Semua orang yang terdampak Tarian Perawan, suruh mereka mandi di sini!" perintah Radhit."Baiklah, Guru Besar!" kata Taja, sigap menjawab sambil meletakkan telapak tangan berlipat di depan dada. Disambut Radhit tertawa renyah, melihat Taja bersikap hormat seperti itu."Apa maksudmu, memanggilku dengan sebutan Guru Besar?" tanya Radhit di akhir tawanya."Usia lebih dari 400 tahun. Pengalaman Ruhani dan banyak memiliki keajaiban. Apa sebutannya jika bukan setingkat Guru Besar?" jawab Taja."Aku belum pernah merasakan bagaimana tubuhku tumbuh lagi dan menua setelah sukma diriku terjebak di sini," kata Radhit. Wajahnya tersirat harapan ingin terselesaikan masalah hidup saat ini."Taja, hidupmu akan berlanjut. Menikah, berketurunan, lalu menua. Sedangkan aku?" cemas Radhit, mengangkat bahu sendiri."Jika kalian sudah tidak ada bersamaku, maka kepada siapa berikutnya aku dapat berbincang seperti ini lagi?""Itulah ket
Read more

107. Penampakan Jodoh

Pengaruh Air Mata Bidadari di dalam telaga, siapapun yang berendam, dapat melihat penampakan jodohnya di masa depan.__________"Sangat indah!" puji Taja sangat senang mendengarnya. Rasa bahagia merasuk sampai ke relung hati. Ia kembali bertepuk tangan sambil tersenyum lebar."Apakah kamu yang membuat Syair Sokkha?" tanya Taja takjub."Bukan. Itu Syair Gaib Pujangga Sweta dari masa terdahulu. Warisan turun temurun kaum kami. Aku berasal dari sana. Negeri Sweta," jawab Radhit."Di mana letak Sweta?" tanya Taja menanyakan keberadaan negeri itu."Jawata dan Sweta. Seperti aku dan kamu, Taja! Terlihat jauh, tetapi sebenarnya hidup bersebelahan," kata Radhit lagi. Taja manggut-manggut saja mendengar penjelasan itu."Negeri dan Benua saling bersahabat, berdampingan. Tetapi manusia hidup di atasnya, saling berperang," Taja mengemukakan pemikirannya."Seandainya kita saling bermusuhan dan berkelahi ... untuk berebut apa, Radhit?""Keinginan manusia. Itu yang membahayakan!" jawab Radhit."Ingin
Read more

108. Penawar Masal

Seandainya kamu tahu bahwa dia adalah kakak perempuanku. Mungkinkah kamu membenciku?__________Raojhin mengikuti Taja.Langkah letih lesu dan gontai. Sesekali Raojhin memperhatikan sekeliling Telaga Pemandian Praja. Cuaca cerah di bawah sinar matahari pagi. Suasana masih sepi rupanya."Mana dia?" tanya Raojhin lesu sambil garuk-garuk rambut dan leher. Antara terjaga dan mengantuk ringan. Rambut acak-acakan dan baju kumal."Mana dia?" tanya Raojhin lagi. Mata sayu melihat sekeliling telaga."Ayo, mandi!" Taja mengayunkan lambaian tangan pada Raojhin. Langkah demi langkah akhirnya ia sampai di tepi telaga."Kamu membohongiku ...," suara serak Raojhin layaknya orang bangun tidur berhari-hari. Kedua mata masih setengah mengantuk."Katamu ingin bertemu Wening?" Taja sengaja menarik penasaran Raojhin agar datang ke telaga pemandian praja."Mana dia?" Raojhin melihat sekeliling. Lesu dan letih kedua matanya."Ssst ... 'kulihat dia di dalam air," Taja berbisik sesuatu yang membuat Raojhin ber
Read more

109. Telaga Jodoh 1

"Air Mata Bidadari mempengaruhi telaga sampai senja. Selain penawar, akan menampakkan jodoh masa depan siapapun yang mandi."__________"Raojhin, berhati-hatilah. Dia mengincarmu," kata Taja memberi saran agar Raojhin waspada."Aku juga tahu itu," balas Raojhin bersungut-sungut."Radhit menyuruhmu agar datang ke Istana Kitab. Dia akan melindungimu. Bersembunyilah di sana sampai masa Perjamuan Besar berakhir dan rombongan Kakilangit pergi dari Tanapura," imbuh Taja."Apa kiranya yang akan terjadi?" tanya Raojhin tegang. Tak paham maksud Taja mengatakan hal itu."Insting Radhit sangat tajam. Sesuatu membahayakanmu, sangat mungkin akan terjadi dalam waktu dekat. Turuti saja sarannya," pinta Taja."Baiklah," ujar Raojhin mengangguk.Di tengah-tengah pembicaraan mereka, tiba-tiba Lorr muncul dari tepi telaga. Ia naik ke bebatuan dan berbenah pakaian."Sudah sadar?" tanya Taja ketika menyambut Lorr En menghampiri."Kenapa dibuang?" tanya Lorr En, lalu memungut cadar putih tergeletak di semba
Read more

110. Telaga Jodoh 2

"Shiji Wungsu pun terdampak Tarian Perawan?" pikir Raojhin, bertanya di sebelah Taja. Mereka sama-sama memperhatikan lelaki Mayapadhi itu keluar dan muncul ke permukaan telaga hingga beberapa kali.Taja menggeleng, "Tidak. Dia tidak terdampak Tarian Perawan. Tetapi Dunia Bening mempengaruhi pikirannya.""Gadis itu memiliki ilmu Dunia Bening, kemampuan magis membentuk takdir masa depan," jawab Taja."Dunia Bening? Apa lagi itu?" tampaknya Raojhin belum paham."Sekali beraksi, gadis Kakilangit itu mengerahkan Racun Merah, Tarian Perawan dan Dunia Bening sekaligus," lanjut Taja."Ah, mengerikan ...," tak terasa Raojhin mengucapkan itu."Ada yang lebih mengerikan bakal terjadi," lanjut Taja. Raojhin menoleh padanya."Apa maksudmu?" tanya Raojhin penasaran bercampur khawatir."Aku akan jelaskan nanti. Radhit yang memberitahuku semalam," balas Taja menjawab singkat.Shiji Wungsu bergerak ke tepian. Lalu naik ke sisi atas bebatuan tepi telaga. Menyudahi mandi, mengenakan kembali pakaiannya."
Read more
PREV
1
...
910111213
...
18
DMCA.com Protection Status