Sebuah tembang pemikat, tradisi kalangan manusia katak untuk melanjutkan generasi penerus Laskar Gunggali***Semilir angin mengibarkan cadar sutra putih bersulam bunga cempaka. Sebuah tangan mengambilnya dari jemuran serambi kamar.Lorr En mematung, berlama-lama mengamati cadar sutra putih di tangannya. Aroma tersisa semerbak wangi khas cempaka."Wening ...," ucap Lorr En, satu nama pemilik cadar putih membuatnya menuai rindu."Aku semakin yakin akan menunjukkan tembangku sekarang," kata Lorr En sendirian. Tetapi tidak disangka seseorang datang di belakangnya."Apa yang sedang kaulakukan?" ternyata Taja yang muncul di belakang Lorr En secara tiba-tiba. Cemas Lorr En jadinya akan rencana diam-diam."Kenapa kamu menyimpan cadar itu?" tanya Taja memperhatikan gerak-gerik Lorr En."Sepanjang siang, kamu tidak muncul pada hari ke-6 Perjamuan Besar," lanjut Taja, mengingatkan ketidakhadiran Lorr En."Kamu seolah sengaja menghilang setelah mandi di telaga pagi tadi. Ada apa?" tanya Taja. Nam
"Tembang Pemikat bukan untuk sembarangan!" sergah Taja, mengingatkan Lorr En juga pasti tahu resikonya."Kamu terlalu muda untuk melakukan ini," kata Taja, berniat mencegah niat Lorr En.Tetapi Lorr En bergeming dan tampak memikirkan sesuatu, "Entah kenapa, aku melihat Wening di mana-mana. Aku tersadar penuh tetapi ini lebih membingungkan lagi.""Apakah aku masih terdampak Tarian Perawan?" cemas Lorr En, menyadari kejadian kemarin, dampak Tarian Perawan yang menimpanya, "Mereka semua sudah sembuh. Tetapi aku ...," kata Lorr En terputus sampai di situ."Itu hanya perasaanmu, Lorr!" tegas Taja mendekati Lorr En berdiri dengan membawa kecapi. Mematung dengan sorot mata gamang dan ragu."Aku melihat dia di kedalaman air telaga. Apa makna dari itu, Taja?" tanya Lorr En, merasakan keanehan pada dirinya sendiri."Kamu melihat Sekar Wening di kedalaman telaga?!" Taja terguncang mendengarnya. Kedua matanya terpejam sesaat."Sampai sekarang, dia di pikiranku terus," kata Lorr En mengungkapkan se
Ketika tersadar, lelaki pelantun Tembang Pemikat itu tidak berada di hadapannya lagi. Ia membawa pergi satu-satunya hati miliknya.__________'Kenapa pada dia?''Kenapa harus Wening?'Pikir Taja. Tak rela kalaupun Lorr En terpaksa melakukan Pemikat Jiwa, harus terhadap pembuat onar seperti Sekar Wening."Apakah ini takdir?" gumam Taja.Mengingat kembali sebenarnya Sekar Wening. Gadis menyebalkan itu memiliki keterikatan darah dengan dirinya. Sampai saat ini hanya Radhit dan Taja yang tahu.'Apa mungkin, dia kelak menjadi kakak iparku?' pikir Taja sambil sesekali mencuri pandang ke arah Lorr En berjalan tegap, keluar dari pintu pelataran Istana Praja.'Pengawalku ... kakak iparku ...?' bungkam, Taja terus memikirkan hal itu. Sambil langkahnya menyertai Lorr En.Sementara itu, semua orang yang melihat kehadiran seorang pemuda tampan dengan penampilan laksana pangeran yang muncul di bawah cahaya matahari. Tersita pandangan dan perhatian siapapun yang melihat kehadiran Lorr En dalam kharis
Sejak kapan kamu suka memuji setiap melihat gadis cantik? Apa tidak bisa ditahan untuk tidak mengatakannya?________"Selamat datang, Tuan!"Ujar beberapa gadis muda nan cantik, menyambut kedatangan dua praja, tidak lain adalah Taja dan Lorr En."Tuan siapa?" heran Taja dan Lorr En saling pandang. Tak menyangka sambutan itu untuk mereka."Selamat datang, Tuan Taja dan Tuan Lorr," lembut sapa seorang gadis muda dari kalangan pendamping putri. Ia menghampiri Taja dan Lorr En, kemudian menghaturkan salam hormat kepada kedua praja itu sebelum menghadap tatap muka dengan Putri Alingga."Terimakasih sudah memenuhi undangan Putri Alingga untuk bergabung dalam Malam Purnama Bithari*."Gadis muda itu, diikuti tujuh gadis lain di belakangnya, menundukkan kepala dan sedikit gerakan merendah diri. Mereka cantik-cantik dan jelas dari kalangan keluarga berkelas. Dari pakaian yang dikenakan, menandakan bahwa mereka bukan pelayan istana. Para pendamping putri sudah pasti dari kalangan keturunan bangsa
Mari kita padukan Tembang Pemikat dan Penggugah Cinta. Kita lihat, apa yang terjadi.________"Di mana Raojhin?" tanya Putri Alingga, tidak melihat kehadiran Praja Emas satu itu."Bukankah kalian sering bersama. Aku mengundang kalian bertiga," lanjut Putri Alingga menanyakan alasan mengapa keberadaan Raojhin yang tidak ikut muncul."Mohon maaf, Putri. Raojhin berhalangan hadir. Dia sedang ada urusan mendesak di Istana Kitab," jawab Taja menjelaskan singkat, namun tak menjelaskan secara rinci mengenai sebuah ancaman terhadap Raojhin, sehingga harus bersembunyi ke Istana Kitab bersama Radhit malam itu."Ah, sayang sekali ...," jawab Putri Alingga nampak sedikit kecewa."Acara Malam Purnama Bithari sudah berlangsung sejak petang. Kalian agak terlambat," kata Putri Alingga, bangkit dari singgasananya.Taja dan Lorr En menunduk lagi, "Maafkan, Putri. Kami sungguh-sungguh menyelesaikan urusan mendesak terlebih dahulu," jawab Taja tegas, Lorr En pun menyiratkan ekspresi yang sama dengan menga
"Apa ini sihir?" wajah-wajah gadis, tenggelam oleh waktu bergulir melambat dalam nuansa bahagia tak terkira.________Taja dan Lorr En berpadu dalam melodi Tembang Pemikat dan Penggugah Cinta secara bersamaan. Seiring alunan kecapi di bawah kendali jemari Lorr En.Lantunan suara Lorr En berbisik merdu dan merasuki telinga semua pendengarnya.Walaupun hanya bisikan alunan lagu dengan nada lirih, sampai ke telinga gadis-gadis yang sedang menonton.Terpujaku,Kekasihku,Impianku,Idamanku ....Pancaran secerah rona emas dari tubuh Lorr En di bawah cahaya rembulan purnama mulai menyingsing. Mengalahkan gemerlapnya lentera-lentera, redup kalah terang dari pesona Lorr En dengan energi Pemikat Jiwa.Kecapi Emas di tangan Lorr En, melengkapi malam yang sempurna akan hadirnya seorang pangeran.Tanapura terlalu lama hampa akan keberadaan sosok pangeran. Sudah lama tidak ada lagi gambaran seorang pangeran. Terakhir, Paduka Raghapati adalah Pangeran Muda kala itu."Tuan Muda Lorr ....""Pangeran L
"Kamu khawatir jika memeluk atau menyentuhku, ternyata aku hanya bayangan?"________Sosok Taja bergerak gesit dan menjadi lebih dari satu. Menghampiri tiap-tiap gadis yang sedang menonton dengan tatapan terbuai.'Aku takluk,Dirimu pun menyerah.'Taja menyentuh telapak seorang gadis. Ketika gadis hendak membalas sentuhannya, sosok Taja raib begitu saja.Di waktu hampir bersamaan, seorang gadis lain sedang terkesima oleh nyanyian, tiba-tiba dikejutkan sosok Taja berdiri di sampingnya seraya menyentuh rambut gadis itu.'Insan memiliki hati yang basahKami pasangan jiwa ....'Gadis itu hendak menyentuh jemari Taja, namun seketika raib dari hadapannya.Berikutnya, sosok Taja datang menghampiri seorang gadis dari para pendamping putri."Sonatta ...."Taja memanggil lembut gadis itu di sela-sela nyanyiannya. Gadis yang dipanggilnya dengan nama itu, bergeming di tempat."Sweeja ...."Taja mendekati gadis itu terperangah dalam rasa bahagia. Senyum dan air muka gadis itu menyambut Taja hampir
"7000 Lontar Cinta.""Apa maksudnya?"Taja menunggu jawaban. Shaninka tertunduk malu. Tersipu wajahnya hingga merona. Ketahuan sudah bahwa dirinya, pelaku 7000 Lontar Cinta untuk Taja, lelaki yang mendapat lontar tersebut."Itu ... ungkapan terimakasih dariku," kalimat singkat terjawab dari bibir Shaninka yang tipis merona delima."Kamu telah membantuku sembuh waktu itu. Mengalihkan energi sehingga memulihkan aku," lanjut Shaninka."Ini semata balas budi?" tanya Taja."Bukan begitu. Aku ...," ujar Shaninka sedikit terbata-bata. Khawatir kalau-kalau salah menjawab."Maksudku ...," ujar Shaninka, terdiam sebentar. Menunduk lagi pandangan matanya."Bukan dari kejujuran dan keikhlasan hati, bahwa kamu mencintaiku, seperti tulisan ini?" ujar Taja sambil menunjukkan ukiran Lontar Cinta bertuliskan kalimat,'Taja, aku mencintaimu.'"Ini lebih pantas disebut rayuan daripada ungkapan terimakasih," ujar Taja."Sangat berlebihan, jika hanya untuk membalas budi. Kamu membuang banyak waktu dan ener
Jantungku adalah jantungmu! Jika aku menusuk jantungku. Itu pula yang terjadi pada jantungmu!" ________ "Aku menyerah!" Suara lantang memecah ketegangan. Samar-samar Ketua Sujinsha berjalan selangkah demi selangkah, memasuki area perkumpulan musuh. Jumlah mereka ratusan orang-orang pembantai, termasuk belasan pimpinan Lowak Ruyo. Senyum sungging Puan Ra menyambut lelaki itu datang. Ketua Sujinsha berhenti tepat di hadapan Puan Ra. Orang-orang pembantai mengelilingi dengan wajah-wajah beringas. Puan Ra berdiri di hadapan Ketua Sujinsha mengangkat kedua lengan pertanda menyerah. "Lepaskan praja itu! Sebagai gantinya kalian mendapatkan aku!" seru Ketua Sujinsha. Kedua tangan bersilang di belakang tengkuk. "Cuih! Akal bulus apa kiranya strategimu, Pengelana jalanan! Kau sama sekali tidak berguna!" Puan Ra menjawab sengit. "Tentu aku berguna jika menjadi tawananmu! Lepaskan praja itu!" seru Ketua Sujinsha lagi. Mata berbalas mata. Permusuhan lama antara pemimpin Para Pembant
Pagi menyingsing bersama embun menyelimuti. Sang Surya bersemu jingga, mengintip dari balik ufuk timur. Wajahnya malu-malu perlahan mulai tampak."Jangan libatkan mereka."Seseorang menyampaikan pesan itu dari mulut Lorr En, dan sekarang diucapkan kembali oleh seorang pemantau. Ia menuturkan laporannya pada Ketua Sujinsha."Dia bertekuk lutut. Kedua kaki dan tangan terikat. Kedua matanya tertutup kain. Ia mengatakan itu kepada pimpinan musuh sehingga melepaskan kami untuk menyampaikan hal ini kepada Tuan."Pemantau dari sekumpulan Pasukan Bayangan. Sekembalinya dari penyisiran sekitar perbatasan, sempat bertemu musuh. Ia ditangkap, kemudian sengaja dilepaskan untuk menyampaikan pesan itu kepada Ketua Sujinsha. Tujuannya agar Pasukan Bayangan menyerahkan diri dan mengembalikan Raojhin kepada pihak musuh.Pemantau itu melaporkan informasi sepenuhnya kepada Ketua Sujinsha tentang tertangkapnya Lorr En, tentu membuat cemas Pasukan Bayangan.Ketua Sujinsha tertegun sebentar. Tegang dalam p
Satu orang kembali. Justru satu lagi menghilang. Seakan hanya bertukar saja.________"Jaga gudang mayat!"Teriakan penjaga menjadi petunjuk tempat Raojhin disembunyikan. Orang-orang saling melempar tugas. Hiruk pikuk situasi di kawasan pangkalan Pasukan Pembantai. Masing-masing pemimpin sibuk mengumpulkan sejumlah pasukan untuk dikerahkan ke luar pangkalan.Sesosok makhluk dari tanah, tersembul ke permukaan dan meluncur dalam pusaran pasir. Kemudian gesit wujudnya menjelma gumpalan tanah pasir menggelinding."Hup!" tubuh itu menggelinding sampai ke sisi bayang-bayang tenda dan terhenti.Rupanya manusia yang meringkuk dari gumpalan tanah pasir. Tak lain adalah Taja. Selimut tanah pasir, luruh dari tubuhnya. Sembari kebas seluruh baju, Taja memasang waspada, tatap matanya sekeliling arah. Tampak lenggang keadaan sekitar.Di tengah-tengah situasi tak menentu, akibat makhluk pasir bekerja secara efektif. Berhasil mengalihkan seisi pangkalan pembantai dan mengacaukan suasana. Taja berhasi
Hantu Pasir. Penghuni gaib Perbatasan Tengkorak. Makhluk penghisap siapapun yang hidup di permukaan tanah.________Deru pasir debu menyatu.Langit malam kian larut. Kantuk mengendap dalam penat orang-orang sedang berjaga-jaga di setiap titik kawasan pangkalan. Sejengkal pun tidak ada yang luput dari pengawasan mata regu pemantau, sibuk mengawasi penjuru arah dari tiang-tiang tinggi.Pangkalan pembantai tak pernah mengenal tidur. Kawasan merah dengan rona kobaran api. Sejauh mata menangkap kegelapan, titik-titik bara bersumber api unggun. Udara menerbangkan abu pijar dari bara meredup.Barisan regu giliran jaga malam bertukar tugas. Pasukan Pembantai dalam naungan gelap malam, tampak lebih waspada dan sangar wajah mereka.Pemimpin-pemimpinnya memasang erat penutup kepala bertanduk. Gading-gading gajah dipasang tegak lurus ujung lancipnya menghadap ke atas. Pertanda pemimpin baling berkuasa sedang berada di antara pasukan berkumpul.Beberapa orang tampak lalu lalang, tergesa-gesa dalam
Makhluk pasir dan tanah? Apa sungguhan itu makhluk yang terbentuk dari pasir dan tanah?________"Lorr."Taja menepuk pundak Lorr En. Ia pun siap menyambut Taja memberikan perintah."Kerahkan Pasukan Tawon! Alihkan musuh!" Taja berapi-api, tersulut ambisi bersiap-siap penuh."Aku akan mengobrak-abrik sarang pembantai," kata Taja sembari bangkit tegap, menyingsingkan kepalan tangan erat-erat.Ketua Sujinsha ternganga. Kiranya manusia seperti apa yang memiliki keyakinan sebesar itu untuk menyerbu pangkalan musuh sekelas Pasukan Pembantai. Ia sendiri bahkan tidak terpikir strategi sejauh itu. Butuh keberanian dan kekuatan pasukan besar dan persiapan matang."Tuan, serahkan padaku! Malam ini, aku akan menyerbu Pangkalan Pasukan Pembantai," tegas dan penuh percaya diri, Taja mengatakannya."Malam ini?!" ujar Ketua Sujinsha terkaget-kaget. Tak segera mengambil keputusan. Ia dan semua orang bawahannya banyak terluka dan belum pulih dari letih kesakitan. Pertarungan sebelumnya, melawan Pasuka
"Tempat ini seperti tersembunyi? Seolah musuh tidak menyadari keberadaan kita?"________Malam berlarut.Tampak langit gelap dari celah-celah rongga bebatuan tempat persembunyian. Pertahanan magis energi Taja dan Lorr En bersatu, diperkirakan dapat bertahan sampai fajar menyingsing untuk melindungi diri bersama Pasukan Bayangan.Sementara itu, terdengar suara-suara meraung dari luar, pertanda banyak sekali orang-orang pembantai berdatangan sekitar tempat itu, melalui udara dan darat. Gonggongan anjing-anjing pelacak, menelusuri jalur lereng dan rongga-rongga sekitar. Kuat tajam penciuman anjing-anjing itu mengendus-endus setiap jengkal permukaan tanah dan batu. Mencari jejak Pasukan Bayangan yang sedang bersembunyi bersama Taja. Untuk sementara, mereka aman dari deteksi musuh."Perisai Alhirri hanya bertahan sebelum pagi menyingsing," kata Taja meresahkan hal itu. Kiranya sampai fajar, tetapi musuh masih patroli sekitar lokasi persembunyian."Aku akan mengalihkan perhatian mereka," uj
Gemuruh angin hitam mengiringi dua sosok berjalan. Kedatangannya disertai kerumunan angin hitam, ternyata koloni serangga. ________ "Siapa kalian?!" Orang-orang Pasukan Bayangan menghunus kembali pedang masing-masing. Mengantisipasi serangan yang mungkin datang dari dua sosok itu. "Apakah kalian baik-baik saja?!" suara lantang pemuda, seiring kemunculan dua sosok berjalan dari balik kabut malam di bawah cahaya purnama. Semua terdiam, menyambut penasaran siapa gerangan yang datang. Tampak samar-samar, dua sosok pemuda. Gemuruh angin hitam mereda, mengiringi dua sosok itu mendekat. Mundur penuh hati-hati, orang-orang Pasukan Bayangan, berkumpul dalam formasi barisan, memasang pagar diri seraya menghunuskan pedang masing-masing. Tampaklah dua wajah pemuda yang datang itu. Pasukan Bayangan, seketika menurunkan senjata dan bernafas lega. Dua pemuda yang datang itu, ternyata sangat dikenal dengan baik. Suara-suara riuh mendengung, rupanya berasal dari kerumunan serangga menyertai ked
Amukan badai angin hitam, ternyata koloni serangga tak terkira banyaknya. Menyerang sekelompok manusia jubah hitam beserta elang-elang tunggangannya.________Jerit raung manusia-manusia berjubah hitam, bersamaan elang-elang hitam meronta terbakar di tanah, bergumul debu kerikil. Teriakan manusia jubah mengamuk, namun masih hidup dalam kobaran api melahap tubuh.Tahu jenis apa elang Pembantai tak mati dalam api, harus dipenggal kepala, maka tak menyia-nyiakan kesempatan, segera regu Tameng Cakra dan Jerat Laba-laba, menebas kepala manusia berjubah dari tubuhnya. Juga elang tunggangannya. Hujan mulai berjatuhan ke tanah. Semakin deras membasahi tak terhitung tubuh-tubuh bergelimpangan. Regu Tameng Cakra dan Jerat Laba-laba tanpa henti mengayunkan jurus-jurus pedang, menghabisi siapapun musuh yang masih bergerak, elang hitam dan manusia berjubah hitam bersimbah darah bergelimpangan.Krrroaaagh!!!Tiba-tiba dari awan gelap, seekor elang hitam sangat besar, melintas sekejap mata dan meny
Batu menjerit dan bergerak. Wujud semula bongkahan, ternyata jubah kamuflase menyerupai batu, menyingkap sesuatu tersembunyi di baliknya.________Elang Pembantai.Jenis pasukan terbang pembantai. Semakin banyak jumlahnya, berdatangan ke tempat itu. Menggantikan pasukan pembantai berkuda yang sudah kalah telak.Hujan rantai besi sambar menyambar dari langit-langit gelap. Kemunculan Elang Pembantai memaksa Pasukan Bayangan sesegera mungkin bergerak mundur."Sembunyi!" pekik Ketua Sujinsha, diikuti sekawanan orang-orangnya bergerak cepat, menepi di antara celah-celah bebatuan. Namun belum semuanya bersembunyi, beberapa orang Tameng Cakra terkena sambaran rantai besi, tubuhnya ditarik dan terpelanting ke udara. "Aargh!!!" terbanting di sisi lereng berbatu. Anggota lainnya tak sempat memberikan pertolongan.Para pembantai dengan tunggangan elang hitam raksasa, beterbangan seiring riuh suara Terompet Raung mengangkasa. Tangan-tangan mereka sibuk melempar rantai-rantai besi. Penglihatan ta