Semua Bab The Story of Jawata: Pusaka Ajaib: Bab 1 - Bab 10

177 Bab

Lembah Arwah

Hawa panas menyelimuti. Terik seluas hamparan lembah sejauh penjuru. Lembah tandus tampak gersang dalam kurun waktu lama. Tak satupun yang bernyawa tampak berlalu. Wajah lembah tandus membisu sepanjang siang. Tulang belulang binatang terserak, setengah terkubur di tanah.Sepi. Sunyi. Hening.Angin lirih menderu. Beberapa pohon raksasa menandakan sekian lama tanpa tanda kehidupan, menyisakan dedaunan kering. Saksi bisu peristiwa silam yang tragis.Samar-samar, bayangan menerobos kesunyian lembah. Kabut tipis menyingkap sosok penunggang kuda. Terhenti sejenak, ia mencari jejak arah kemana akan dituju. Hanya kesunyian menjadi jawaban.Seorang lelaki penunggang kuda menyingkap tudung jubah. Melawan angin seperti jarum menusuk-nusuk. Tidak cukup jelas apapun yang ada di hadapannya. Situasi tidak memungkinkan pandangannya menatap apapun di sana.Beberapa saat kemudian, anak buahnya menyusul. Derap kuda terhenti di samping lelaki penunggang kuda yang memimpin rombongan. Ringkik kuda memecah k
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-03-27
Baca selengkapnya

Serangan Kelelawar Raksasa

"Attamiwa ...!"Desis rapal terucap dari bibir Ketua komat kamit. Perlahan makin tegas, berulang kali diucapkan. Merapal mantera itu sembari memasang sebilah panah besi terarah ke angkasa. Panah berkilat sesaat. Pusat target ke arah angkasa berkabut. Gerak jemarinya menegang dari tali kendali busur, lantas dengan gesit panah melesat ke atas."Serangan panah!"Seru Ketua Sujinsha mengayunkan komando. Lengan menghujam ke atas langit. Perintah itu dilaksanakan oleh semua anak buahnya yang bersiaga, dengan gesit keluar dari persembunyian masing-masing. Silih berganti melepaskan panah-panah.Kraaaagh!!!Jeritan meraung di angkasa luas berselimut awan tebal menghitam. Tampak sekelebat tubuh besar bersayap menukik dari ketinggian dan menghujam tanah. Disusul suara keras menghantam daratan tanah berbatu. Makhluk-makhluk bersayap menggelepar kesakitan, tak terhitung panah menancap di tubuhnya yang menyerupai kelelawar raksasa. Raungan mengerikan membahana ke seluruh lembah. Satu panah paling be
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-03-28
Baca selengkapnya

Jiwa Murni

Taja.Ia memperkenalkan dirinya dengan nama itu. Usianya terbilang sangat muda. 15 tahun masa Jawata. Sekitar satu bulan lalu, Taja datang ke Tanapura, dibawa Ketua Sujinsha yang membimbingnya. Dia tidak sendiri. Seseorang lagi bersamanya.Lorr En, pengawal sekaligus teman. Nama yang aneh dan terdengar tidak umum. Usianya 16 tahun. Selalu menjaga Taja. Tak sejengkal pun berada jauh dari Taja.Kedua pemuda itu, pada awalnya kesulitan berbicara bahasa Tanapura. Tentang siapa mereka berdua, belum banyak yang tahu. Dari sekte atau suku mana, asal muasal keduanya, juga belum jelas.Hanya Ketua Sujinsha yang punya alasan, selaku pemegang kendali tertinggi Kesatuan Praja Tanapura, menempatkan Taja dan Lorr En pada regu praja gabungan.Sebuah keberuntungan, Taja terpilih menjadi regu Pemanah Ulung. Dilatih khusus di bawah pimpinan Ketua Sujinsha secara langsung untuk mempelajari sebuah pusaka legendaris.Pasvaati.Sebuah pusaka legenda di Jawata, sudah terlalu lama berdiam diri, hanya meningga
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-03-29
Baca selengkapnya

4. Pemanah Ulung

"Pemanah Ulung, siapkan panah terbaikmu! Panjatlah dahan tertinggi. Bidik sasaranmu!"_______Sebuah pohon besar dijadikan tempat yang harus dipanjat oleh semua peserta lomba Memanah Ulung. Pohon besar dan menjulang tinggi, setiap cabang memiliki dahan yang dipasang simpul berbeda. Dahan yang lebih tinggi diikat simpul lebih banyak, artinya siapapun yang mencapai dahan tersebut akan mendapatkan nilai lebih banyak. Setiap satu simpul bernilai Seratus poin.Komando wasit berseru lantang, membakar semangat semua peserta pemanah."Kalian Pemanah Ulung, siapkan panah terbaik! Panjatlah dahan tertinggi. Bidik jitu sasaran terbaikmu!"Semua peserta praja pemanah mulai memanjat. Tampak Raojhin memimpin yang paling dulu berhasil ke dahan yang paling tinggi daripada praja-praja lainnya.Raojhin lincah, gesit, cekatan. Tanpa kesulitan ia berhasil memanjat ke cabang dengan tanda simpul sepuluh. Artinya, dia berada di posisi dahan dengan Seribu poin.Sementara di bawah, jarak puluhan langkah dari p
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-03-30
Baca selengkapnya

5. Siluman!

"Prasangkamu melebihi apa yang kau lihat! Jangan bermimpi memiliki Jiwa Murni! Semedi 100 tahun pun, tak akan berhasil!"________Tatap teduh seorang gadis Graha Tabib, mengenakan cadar di wajah, mengusapkan krim obat di pergelangan tangan Taja yang terluka.“Jangan terkena air dalam semalam, akan lama sembuhnya," ujar gadis itu singkat."Kamu ..., Shaninka?" Taja menyebut nama gadis Graha Tabib itu. Tidak sering, tetapi ini lebih dari sekali, Taja dirawat dia.Gadis itu membalas dengan tatap lembut, caranya menatap mewakili seulas senyum di balik cadar bergerak tipis."Ya."Taja memperhatikan Shaninka sedang membalut lukanya.“Kamu tabib yang baik dan lembut. Terimakasih.”“Aku hanya murid pengobatan, bukan tabib,” Shaninka, gadis bercadar itu menyanggah. Sepasang mata dan alisnya melengkung di antara celah cadar yang dikenakan.“Ada apa?” Shaninka menyelesaikan balutan terakhir di pergelangan tangan Taja akibat kejadian saat latihan Pemanah Ulung. Banyak juga luka di bagian kakinya.
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-03-31
Baca selengkapnya

6. Tak Kasat Mata

"Tubuhku tidak menua, sukmaku pun tidak. Tubuhku tidak makan dan minum, tetapi sukmaku makan dan minum."________Pukul Babi Jantan*.Gong ditabuh sepuluh kali. Malam larut, Taja tidak juga terlelap. Beberapa kali ia tergugah. Pikirannya terhisap sesuatu. Bayangan sesosok muncul lagi dalam mimpi. Walaupun sekejap, jelas sesosok itu memanggil namanya.'Taja!'Tak terhitung mimpi itu. Semenjak ia mengenal dunia. Semakin jelas mimpi itu menjelma sesosok dirinya yang lain di suatu tempat entah di mana. Suasana sunyi senyap. Diam-diam ia beranjak meninggalkan ruangan.Langit cerah. Purnama hampir penuh menghiasi malam. Tampak bangunan Tanapura yang tenang. Taja terpikir untuk mendatangi Istana Kitab. Ia berjalan cepat-cepat sembari melihat sekeliling kalau-kalau ada penjaga patroli.Situasi mendukung untuk dia menunaikan keinginannya. Sebuah ambang pintu terbuka, dijaga satu orang penjaga.Taja menunjukkan lencana khusus ‘Pengunjung tanpa batas waktu’. Beruntung ia memiliki hak istimewa ini
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-04-01
Baca selengkapnya

7. Sang Pewaris

"Pusaka Pasvaati memilih Sang Pewaris sehati dengan inti jiwanya."________Taja celingukan, berjalan mengikuti Radhit. Berbeda dengan Radhit melangkah santai, lurus, dan tanpa suara sedikitpun."Oh, iya. Dia hanya sukma. Seperti udara, tentu langkahnya tanpa suara," pikir Taja, melangkah penuh hati-hati sampai berjinjit tatkala melewati para penjaga pintu masuk dan keluar bangunan Istana Kitab. Aneh, para penjaga itu seperti dalam keadaan tidak waspada. Bahkan mereka layaknya orang yang tidur berdiri."Mantera Sirep berlaku beberapa saat saja. Kita harus bergegas sebelum mereka tersadar!" bisik Radhit tegas. Kedua lengannya bersedekap di dada. Begitulah cara dia berjalan santai."Mantera Sirep masal, berupa alunan seruling memeluk jiwa, melarutkan kesadaran siapapun yang mendengar," jelas Radhit singkat."Jadi, kau yang membuat mereka tertidur?" gumam Taja. Sempat terpikir, andai dia juga menguasai Mantera Sirep.Beberapa saat kemudian, mereka sampai di Istana Pusaka. Suasana lenggang
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-04-02
Baca selengkapnya

8. Diriku Yang Lain

"Taja! Lari ...!" pekik Putri.Panik. Mengikuti Putri Alingga, Taja menyelinap keluar Istana Pusaka. Suasana mulai ramai didatangi para penjaga. Dari kejauhan, terdengar gong istana pertanda waspada.Kedua tangan Taja gemetaran, Putri Alingga merasakan juga. Digenggamnya tangan Taja, basah berkeringat. Masih terasa bagaimana Pasvaati di genggamannya. Itu yang membuat Taja lemas, takut, dan berdebar. Ditambah situasi mengancam, semakin menambah panik."Ini ... kemana ...?" tanya Taja gemetaran. Keringat membasahi leher dan pipinya. Ia terus mengikuti Putri Alingga. Setelah mengendap-endap di antara taman, mereka sampai di area yang banyak pancuran air."Pemandian wanita," jawab Putri Alingga."Apa?!" Taja tersentak. Tidak disangka putri membawanya ke tempat itu."Sssh ... jangan berisik! Ini satu-satunya jalur keluar menuju belakang istana," balas Putri Alingga, mengacungkan jari telunjuk di depan bibirnya."Tidak ada siapapun di area pemandian pada pukul sekarang ini," tambah Putri Ali
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-04-03
Baca selengkapnya

9. Goa Rahasia

"Ada goa di bawah sungai air panas. Tolong, rahasiakan goa ini!"________Fajar telah berlalu. Tampak cakrawala timur, Sang Surya perlahan mulai terbit. Cahaya merasuk celah-celah dedaunan rimbun.Taja menapaki terjal, menuruni curam setapak, menikmati pagi berembun. Hawa air panas mulai terasa menguap dari permukaan sungai air panas. Ia benar-benar hampir lupa kejadian semalam di Istana Pusaka.Beberapa saat lalu, masih diingatnya saran Putri Alingga tentang goa bawah sungai.'Mungkinkah goa itu benar-benar ada?''Apakah ada orang lain yang menemukan tempat itu sebelum aku?' pikir Taja.Rasa penasaran berkecamuk di benaknya. Bukan hanya tentang goa bawah sungai. Tetapi, sosok Tajura. Benarkah sekuat ini terhubung dengan sosok itu.'Jika bukan dia, lalu siapa sesosok yang selama ini menghantui mimpiku?'Taja mulai menapaki tepian sungai berkerikil. Airnya terasa hangat sampai ke tulang lutut. Namun ia dikejutkan seseorang yang sudah berada di tepi sungai lebih dulu.Taja melihat seseor
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-04-04
Baca selengkapnya

10. Permusuhan Sengit

Gemercik arus sungai menjauh.Taja dan Raojhin menelusuri kedalaman goa, bergerak menjauh dari mulut goa tertutup aliran sungai. Ternyata rongga di dalam goa, semakin ke dalam semakin luas. Banyak bebatuan sepanjang air tergenang yang tenang. Suasana di kedalaman goa, terasa sangat hening. Banyak lorong rongga membentuk labirin, menembus rongga lainnya dan berakhir ke perut goa."Hup!"Raojhin melompati bebatuan licin dan agak terendam air. Diikuti Taja dengan gesit melompati bebatuan.Lagi-lagi tanpa aba-aba, mereka seolah berlomba melompati bebatuan. Di antara mereka, acapkali muncul persaingan.Raojhin terhenti sebentar di sebuah batu dan memasang kuda-kuda. Mendapatkan posisi seimbang.Taja melihat gelagat Raojhin bersiap-siap menanggapi.Raojhin melempar pukulan ringan ke arah Taja, namun berhasil ditangkis."Mau bertarung?!" Taja melompat mundur, berpijak pada batu besar di belakangnya."Tempat ini sempurna untuk berlatih!" sambut Raojhin, haus pertandingan."Sering-sering kita k
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-04-05
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
18
DMCA.com Protection Status