All Chapters of Merelakan Suami Bersama Mantan Kekasihnya: Chapter 71 - Chapter 80

98 Chapters

Bab 71

Miya merangseg maju dan bersiap untuk membalas tamparan Sani. Namun, baru juga tangannya terangkat sedikit ke udara sudah di cekal oleh Sani."Kamu mau melawanku? Jangan harap!" ucap Sani sembari menghempaskan tangan Miya kuat sehingga Miya termundur ke belakang beberapa langkah.Mata Miya melotot, ia tidak percaya kalau dirinya di perlakukan seperti itu oleh orang yang sedang menumpang hidup padanya, setidaknya itulah yang ada dalam pikiran Miya, "Kamu?!" "Apa?!" ancam Sani dengan mata melotot tak kalah lebar dari Miya."Akan aku adukan kamu sama Alan, lihat saja!" Miya balik mengancam Sani."Lakukan saja! Aku tidak takut," tantang Sani pada Miya.Miya menahan kesal, marah, dongkol dalam hatinya. Tapi, ia tidak dapat berbuat banyak karena kalah bobot.Miya menghentakan kakinya lalu pergi begitu saja dari sana tanpa menghiraukan tatapan mencibir Sani.Dalam hati Miya ngedumel sendiri sambil memberikan ancaman untuk Sani, "awas saja kamu! Aku akan membuatmu sengsara! Tapi, tunggu. Buka
Read more

Bab 72

Bugh! Miya menghantam punggung Sani, ternyata saat Miya berlari menghampiri Mira Sani menangkap bayangan Miya dengan ekor matanya. Lalu dengan sigap ia menghalangi Miya yang akan memukul Mira dengan memeluk Mira dari belakang. Dan hasilnya punggungnya lah yang menjadi korban.Mira menoleh, ia melihat Sani yang sedang meringis menahan rasa sakit pada punggungnya akibat pukulan tinju tangan Miya."Bude, kamu tidak apa-apa?" tanya Mira pada Sani."Tidak, aku baik-baik saja," jawab Sani."Kamu, apa-apaan sih Miya? Lagi pula aku kemari hanya mengambil barang-barangku saja, dan tidak ada sedikit pun niat dalam hatiku untuk menemuimu atau pun Alan," jelas Mira sambil menatap sengit ke arah Miya."Siapa yang tahu?" ujar Miya meragukan ucapan Mira."Aku bukan kamu!" sentak Mira dengan mengucapkan kalimat yang penuh tanda tanya."Apa maksud ucapanmu itu, ha?" tanya Miya meradang."Tak ada!" ujar Mira sambil berlalu dari hadapan Miya sembari menyeret koper besarnya. Sani mengikuti di belakang Mir
Read more

Bab 73

Valentino melihat wajah Mira yang semakin bersemu merah, melihat hal itu Valentino semakin menggoda Mira. Ia semakin mendekat hingga keduanya hampir tidak ada jarak."A-apa yang akan kamu lakukan?" tanya Mira tergagap."Kenapa kamu gugup?" Valentino bukannya menjawab malah justru balik bertanya."A-aku tidak apa-apa. Cepat menjauh dariku!" usir Mira sambil mendorong Valentino.Valentino bergeming, ia tidak bergesersatu inci pun. Justru tangan Mira yang kena cekal oleh Valentino."Kamu penasarankan sama siapa aku tadi bertelepon?" tanya Valentino sambil menatap wajah Mira."Aku tak peduli! Karena itu bukan urusanku, cepat lepaskan!" sentak Mira sambil berusaha meronta minta dilepaskan cengkeraman tangannya."Tenanglah. Aku tidak akan menyakitimu, aku hanya ingin minta tolong padamu," ucap Valentino."Minta tolong apa? Cepat lepaskan dulu cengkeraman tanganmu, sakit tahu!" sentak Mira.Valentino melepaskan cengkeraman tangannya."Sekarang mundur!" pinta Mira sambil mendorong dada Valenti
Read more

Bab 74

Mira berada di rumah Valentino sampai malam, ia melupakan janjinya dengan karyawan cafe miliknya.Asya langsung lengket dengannya, ia tak mau jauh-jauh dari Mira.Valentino merasa bersalah, ia menghampiri mereka setelah ia menyelesaikan pekerjaan kantoryang di bawanya pulang."Asya, hari sudah malam Bunda harus pulang," ucap Valentino."Tidak! Bunda tidak boleh pulang! Bunda harus tetap di sini menemani Asya," tolak Asya."Tapi, sayang ...," ucapan Valentino terpotong oleh Asya yang tiba-tiba menangis dan sekaligus menjerit histeris."TIDAK! BUNDA TIDAK BOLEH PULANG," Teriak Asya. Air matanya meleleh membanjiri wajah cantiknya.Mira merasa iba melihat Asya yang menangis hingga histeris seperti itu."Mas, sudah. Aku akan tinggal sebentar lagi," bisik Mira di sebelah telinganya yang memang kebetulan Valentino duduk di sisinya."Terima kasih, Mir," lirih Valentino tak berdaya.Mira mengangguk, "tak apa," ucapnya.Mira mendekati Asya dan menenangkannya, "cup ... cup! Anak cantik jangan men
Read more

Bab 75

Mira merenung, dalam hatinya ia mengutuk tindakan istrinya Valentino. Hanya demi ambisinya ia rela meninggalkan buah hati dan keluarganya. Padahal masih banyak di luar sana para ibu yang menantikan kehadiran buah hati tapi, masih harus bersabar. Sama halnya dengan dirinya yang merindukan buah hati tapi, suami laknatnya justru tanpa sepengetahuannya telah melakukan KB sendiri.Mira kembali mengajukan pertanyaan pada Valentino, "apa mamanya Asya tahu kondisi putrinya saat ini?" Valentino menggelengkan kepalanya berulang kali, ia berjalan ke meja kerjanya, lalu ia pun duduk di kursi di sana."Semenjak melahirkan hingga saat ini dia tidak pernah sekali pun melihat putrinya. Bahkan menanyakan kabarnya saja tidak," jawab Valentino."Lalu ke mana dia?" Mira kembali bertanya."Aku juga tidak tahu dan aku tidak pernah mencari tahu akan keberadaannya, terlalu menyakitkan bagiku meski hanya untuk sekedar mengenangnya," ujar Valentino dengan sorot mata penuh kebencian.Mira berpikir sejenak sebel
Read more

Bab 76

Valentino tidak bisa tidur, ia terus memikirkan apa yang Mira katakan padanya.Valentino berjanji pada dirinya sendiri akan menemui Mira besok.Keesokan harinya, Valentino sebelum berangkat ke kantor menemui Asya, ia masuk ke dalam kamarnya. Valentino menemui Asya yang sedang di kepang rambutnya oleh Nani."Sayang, kamu sudah mandi?" tanya Valentino."Ayah, Bunda mana?" tanya Asya. Ia tidak menjawab pertanyaan Valentino malah balik bertanya.Nani yang sedang mengepang rambut Asya kesal, ia pun menarik sedikit rambutnya Asya. Asya ingin menjerit tapi, rambutnya kembali di tarik oleh Nani. "Asya, sudah selesai. Sarapan yuk!" ajak Nani pada Asya."Nani, hari ini Asya jadwalnya terapi 'kan?" tanya Valentino."Iya, Pak." Jawabnya."Jam berapa jadwalnya?" tanya Valentino lagi."Sekitar jam sepuluhan, Pak," jawab Nani."Hm, baiklah," ucap Valentino."Nanti Asya berangkatnya sama Ayah saja ya," lanjut Valentino.Mata Asya langsung berbinar bahagia, sementara wajah Nani seketika terlihat puca
Read more

Bab 78

"Sudah jangan nangis lagi, berisik!" sentak Nani pada Asya sambil melotot.Spontan Asya pun menghentikan tangisannya. Ia tak berani lagi bersuara karena takut pada Nani sang pengasuhnya.Nani keluar dari kamar Asya, tak lama ia kembali lagi dengan menenteng tas sling kecil miliknya.Nani membuka ponselnya, ia berselancar di dunia sosial media.Saat tengah asyik berselancar ponsel Asya berdering, Nani pun menghentikan kegiatannya sejenak. Ia meraih ponsel itu yang tergeletak di meja belajar Asya.Valentino sengaja memberi Asya telepon gemggam agar memudahkannya berhubungan dengan putri semata wayangnya.Nani membuka layar ponsel itu dan ia melihat yang menelepon Asya adalah Valentino."Angkat!" Perintah Nani.Asya pun dengan patuh meraih ponsel itu dan menempelkannya di telinganya."Halo, Ayah," sapa Asya."Sayang, maafkan Ayah yang tidak bisa mengantar kamu ke rumah sakit untuk terapi. Tapi, Ayah janji lain kali Ayah akan menepatinya," ucap Valentino memberitahu Asya kalau dirinya tida
Read more

Bab 79

Wanita itu pergi meninggalkan Valentino begitu saja saat tahu kalau ternyata anaknya cacat.Asya masuk ke kamarnya, ia menangis sampai sesenggukan.Nani yang sedang tidur merasa terganggu, ia pun membentak Asya, "berisik!" sentaknya.Asya langsung terdiam, bayangan Asya ibunya sehangat Mira dan sebaik Mira. Tapi, kenyataannya sangat jauh dari harapan.Asya menghapus sisa air matanya yang menggantung di kelopak matanya menggunakan punggung tangan mungilnya.Nani bangun, lalu ia pun mendekati Asya yang sedang menangis."Sudah aku katakan berulang kali kalau ibumu itu tidak sayang sama kamu. Masih saja mengharapkannya," ucap Nani. Ia sudah bisa menebak kalau Asya menangis pasti karena sedang kangen ibunya.Hal apa lagi yang bisa membuatnya menangis seperti itu kalau bukan karena ingat akan ibunya yang telah meninggalkannya sejak bayi mula."Sudah cukup! Sekeras apa pun kamu menangis tidak akan membuat ibumu kembali padamu. Dia itu orang jahat!" ucap Nani sambil menoyor kepalanya Asya hing
Read more

Bab 80

Mira tidak lagi memaksa, ia membiarkan Asya melepas bajunya sendiri di kamar mandi.Mira hanya membantunya duduk di kursi yang telah Mira siapkan untuk Asya."Mau Bunda temani atau tidak?" tanya Mira.Asya menggeleng, "tidak Bunda. Aku bisa sendiri."Hati Mira kembali sakit, sungguh sangat miris sekali apa yang Asya alami.Apa yang telah Nani lakukan padanya? Mira tidak benar-benar pergi, ia berdiam diri di balik pintu menunggui Asya. Biar bagaimanapun Asya hanya lah anak kecil.Mira mendengar suara gemericik air berhenti, sengaja Mira menjeda waktu untuk masuk ke kamar mandi.Mira masuk kembali ke kamar mandi setelah Asya mengenakan handuk kimono milik Mira yang sangat kebesaran saat dipakai di tubuh mungilnya."Sudah, sayang?" tanya Mira."Sudah Bunda," jawab Asya.Ember dan gayung yang tadi Asya gunakan Mira biarkan di sana. Tadi Mira menyiapkan air untuk Asya mandi di ember. 'Untungnya aku memiliki ember dan gayung kecil,' gumam Mira dalam hati.Mira membopong Asya ke kamarnya, la
Read more

Bab 81

Valentino pulang, sesampainya di rumah ia melihat Nani sedang berdiri di teras. Sepertinya ia sedang menunggu Asya.Kalau saja Valentino tidak mengetahui keburukan Nani, ia pasti sudah menganggap Nani sangat perhatian pada Asya.Begitu Asya datang dengan di dorong Valentino, Nani langsung menghampiri mereka berdua."Asya dari mana saja? Sus Nani sampai tidak dapat tidur karena khawatir terjadi sesuatu padamu," tanya Nani dengan menampilkan wajah khawatir."Asya habis dari ...," ucapan Asya di sela oleh Valentino."Asya habis nginap di rumah neneknya," sela Valentino. Ia menjawab pertanyaan Nani."Oh, begitu," ucap Nani terlihat canggung dan ia pun menggaruk tengkuknya.Valentino membawa Asya masuk ke dalam kamarnya. Setelah itu baru Valentino ke kamarnya sendiri untuk bersiap ke kantor.Pada siang harinya, Valentino pulang lebih cepat. Sebelum pulang ia mampir ke sebuah toko yang menjual perlengkapan CCTV. Valentino membeli sebuah CCTV berukuran kecil tapi, memiliki kelebihan yang cuku
Read more
PREV
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status