Semua Bab Merelakan Suami Bersama Mantan Kekasihnya: Bab 81 - Bab 90

98 Bab

Bab 82

"APA?!" ucap Valentino."Tuan, Nona Belinda mengalami kecelakaan. Dan sekarang dia ada di Rumah Sakit," jelas orang yang menghubunginya."Kenapa menghubungiku? Aku dan dia sudah tidak ada hubungan apa-apa lagi. Kami sudah lama bercerai!" Sentak Valentino dengan nada kesal."Tapi Tuan, tetap saja dia pernah menjadi bagian dalam hidup anda bukan?" desak orang itu."Aku tak peduli!" Sentak Valentino semakin kesal karena orang itu terus mendesaknya."Tuan, tolong kalau pun anda sudah tidak punya perasaan lagi terhadapnya setidaknya ini demi kemanusiaan. Tolong buka hati nurani anda, Tuan." Desak orang itu lagi."Sekali lagi aku tegaskan padamu. AKU TIDAK PEDULI!" Bentak Valentino sangat marah.Lalu, ia pun langsung memutuskan panggilan itu. Wajahnya yang tadi sudah merah kini semakin merah padam.Valentino memasukan kembali gawainya ke saku jasnya, lalu ia memandang Nani sengit.Nani yang di pandang seperti itu oleh Valentino hatinya jadi menciut, lehernya seketika menyusut ketakutan.Vale
Baca selengkapnya

Bab 82

Valentino langsung membawa Asya ke dokter spesialis neurologi.Ia memeriksakan Asya ke sana, setelah di periksa secara menyeluruh ternyata sistem syaraf Asya tidak ada gangguan. Dan ada pun masalah Nani menyuntikan sesuatu ke Asya itu dapat di selidiki lagi dengan memberi laporan pada polisi untuk memangkap Nani karena telah mencelakai Asya.Valentino dan Mira kembali ke rumah setelah mereka melakukan serangkaian pemeriksaan.Asya hanya perlu melatih otot kakinya saja agar kuat dan mampu berdiri dan berjalan."Ayah, apa aku akan bisa berjalan seperti anak-anak yang lainnya?" tanya Asya pada Valentino."Tentu sayang. Kamu pasti bisa berjalan bahkan berlari. Ayah akan melakukan apapun untukmu," ucap Valentino."Benarkah, Ayah? Apapun?" tanya Asya."Iya. Apapun, kenapa? Apa ada yang Asya inginkan?" tanya Valentino.Asya mengangguk, "aku ingin Bunda Mira menjadi ibuku, apa itu boleh?" Valentino tidak langsung menjawab, ia melihat ke arah Mira yang sedang duduk di sampingnya."Kalau hal it
Baca selengkapnya

Bab 83

Mira mengantar Asya pergi terapi, semakin lama mereka semakin dekat. Mira juga perlahan sudah mulai membuka hatinya untuk Valentino."Bunda aku kangen sama oma, kita main ke sana yuk," ajak Asya pada Mira."Boleh. Sepulang terapi kita mampir ya. Nanti Bunda masakin makanan buat oma," ucap Mira menyetujui usulan Asya."Horee, Bunda masak. Masakan Bunda enak banget," puji Asya.Mira tersenyum sambil mengucek rambut Asya.Setelah selesai terapi Mira dan Asya pergi ke rumah Carolina. Tapi, sebelumnya Mira mampir dulu ke sebuah department store untuk beli bahan makanan untuk ia masak."Asya, Bunda beli bahan-bahannya dulu ya," pamit Mira setelah mobilnya terparkir."Asya mau ikut apa tunggu di mobil?" tanya Mira."Asya tunggu di sini saja sama Pak Kinan. Bunda belanjanya tidak lama 'kan?" jawab Asya yang diakhiri dengan sebuah pertanyaan."Tidak. Hanya beli bahan buat masak aja kok. Ya sudah Asya tunggu di mobil aja ya, jangan keluar," ucap Mira."pak nitip Asya ya," lanjut Mira minta tolo
Baca selengkapnya

Bab 84

Melihat Mira pergi dengan berlari berusaha meninggalkan mereka, Valentino pun pergi mengejarnya.Melihat Valentino mengejar Mira, Belinda merasa kesal karena dirinya telah diabaikan.Valentino mengetuk kaca jendela pintu mobil Mira "Mir, buka! Ayo lah, Mir," pinta Valentino memohon.Mira bergeming, ia tak menghiraukan ketukan di kaca jendela mobilnya dan juga tak menghiraukan teriakan Valrntino."Mir ... Mira! Buka," ulang Valentino meminta Mira untuk membukakan pintu mobil untuknya.Mira menengadahkan wajahnya menatap Valentino, ia pun membuka kaca jendela mobil."Mir, jangan marah. Aku tidak mungkin kembali padanya. Dia hanya lah masa laluku," jelas Valentino setelah Mira membuka sedikit kaca jendelanya."Ayo buka Mir, kita hadapi hama itu bersama-sama. Hatiku hanya untukmu, begitu pun dengan Asya," lanjut Valentino menjelaskan perasaannya pada Mira.Mendengar kata Asya Mira menjadi luluh. Ia pun keluar dari dalam mobil.Begitu Mira keluar, Valentino langsung menarik Mira masuk ked
Baca selengkapnya

Bab 85

"Bi, bantu Asya berkemas," perintah Valentino pada pembantunya."Kita mau kemana, Ayah?" tanya Asya."Kita mau nginap di rumah Oma. Kamu mau 'kan?" ucap Valentino."Mau, mau banget. Aku sudah kangen sama Oma," ujar Asya gembira."Kamu juga siapkan apa saja yang akan di bawa?" ucap Valentino."Baik, Ayah," jawab Asya."Ayah keluar dulu ya," pamit Valentino sambil mengucek pucuk kepala Asya.Asya cemberut, dulu kalau Ayahnya melakukan hal itu ia tak keberatan. Tapi, semenjak Mira sering mengikat rambutnya, Asya sudah tak suka lagi diperlakukan demikian karena membuat rambutnya acak-acakan."Ayah, jangan lakukan lagi hal itu ya. Asya tak suka, rambut Asya jadi berantakan," protes Asya pada Valentino."Oh, Ayah pikir Asya tak keberatan akan hal itu. Kalau begitu Ayah tak akan melakukannya lagi," ujar Valentino berjanji pada Asya.Lalu, valentino pun keluar dari kamar Asya. Ia pergi menuju ruang kerjanya."Tolong tawarkan rumah saya," ucap Valentino kepada seseorang yang sedang ia hubungi.
Baca selengkapnya

Bab 86

Miya bersiap akan pergi untuk mencari Roy. Ia sudah muak karena terus diperas olehnya. Sementara saat dirinya minta untuk bertemu dengan anaknya lewat video call saja tidak pernah diizinkan oleh Roy.Miya keluar tanpa berpamitan pada Alan, ia pergi dengan diam-diam.Miya melajukan mobilnya menembus jalanan kota yang berdebu dan berasap akibat polusi udara.Miya mengikuti alamat yang telah Fred berikan padanya.Mata Miya menyipit, 'benarkah ini alamatnya?' gumam Miya.'Inikan kompleks perumahan. Ya, meski bukan perumahan elite tapi, setidaknya harga rumah ini cukup mahal juga 'kan?' gumamnya lirih.Miya kembali melajukan mobilnya, ia terus mencari rumah yang sudah ia kantongi.Mobil Miya berhenti tak jauh dari rumah yang bercat hijau lumut dengan pagar besi.Miya lama mengamati rumah itu tanpa beranjak dari mobilnya.Ia melihat seorang wanita muda cantik yang keluar dari rumah itu dan pergi dengan mengendarai motor.Miya turun dan mencoba mencari tahu pada tetangga di sebelah kanannya.
Baca selengkapnya

Bab 87

Alan berjalan mengitari tempat tidur untuk menuju ke balkon kamarnya.Ia memandang lurus ke arah rimbunnya pepohonan yang ada di halaman rumahnya.Daunnya bergerak tertiup angin bergoyang-goyag ke sana ke mari seolah sedang menari meliuk-liukan batangnya.Alan menghela nafas lalu menghembuskannya.'Apa aku telah salah mengenali orang?' sesal Alan.Ia teringat kembali akan Mira mantan istrinya itu.'Mira,' gumamnya lirih.Alan memasukan kedua tangannya ke dalam saku celananya. Tatapannya kosong ke depan.Lama ia berdiri di sana, sampai Miya datang mengejutkannya karena tiba-tiba memeluknya dari belakang."Kamu sudah pulang, sayang?" ucap Miya menyapa Alan manja.Dulu Alan akan sangat senang sekali di perlakukan seperti itu. Tapi, kini rasanya ia merasa jijik.Alan tetap bergeming di tempatnya tanpa bergerak dan bersuara.Miya merebahkan kepalanya di punggung lebar Alan manja."Sayang, kamu kenapa? Apa ada masalah?" tanya Miya masih dalam posisi memeluk Alan."Berceritalah padaku. Aku a
Baca selengkapnya

Bab 88

Alah berharap pintu ruang kerjanya ada yang mengetuk dan dia adalah Mira.Ia merindukannya, sangat merindukannya.Penyesalan itu datangnya terlambat dan selalu di akhir. Apakah itu berguna? Mungkin, jika kita benar-benar menyesalinya dan bertobat.Alan menghela nafas berat dan menghembuskannya secara perlahan.Bayangan Mira tak mau pergi dari pikirannya, ia terus menari-nari dalam memori Alan.'Andai waktu dapat diputar kembali,' sesal Alan dalam diam.'Aku tak akan pernah menghianatimu. Kita jarut bersama benang emas dalam rumah tangga kita, hidup bahagia bersama anak-anak kita sampai mereka dewasa dan kita menua bersama saling menjaga satu sama lain. Kini, apa yang kudapatkan? Pembalasan atas apa yang telah aku lakukan,' gumam Alan dengan sorot mata yang menyiratkan penyesalan yang begitu dalam.Alan merebahkan tubuhnya di atas kursi sofa panjang yang ada di dalam ruang kerjanya, ia mencoba memejamkan matanya.Kopi yang mengepulkan asap kini perlahan memudar dan menghilang sama sepe
Baca selengkapnya

Bab 89

Miya di bawa ke kantor polisi dan sesampainya di sana ia pun di interogasi."Apa motifmu membunuhnya?" tanya seorang polisi yang sedang menginterogasinya."Karena dia telah menyandera sekaligus membunuh anakku," tegas Miya dengan raut wajah tenang tanpa penyesalan."Kamu yakin, kalau dia telah membunuh anakmu?" tanya polisi itu lagi."Iya tentu! Dia sendiri yang mengatakan padaku kalau Roy telah membunuhnya," ujar Miya sangat yakin dengan ucapannya."Kamu tahu di mana jasad anakmu di makamkannya?" tanya polisi itu lagi."Dia mengatakan padaku, kalau dia telah membunuh dan menguburkannya di gedung tua," jelas Miya.Selama di interogasi, Miya sangat kooperatif. Miya juga menjawabnya tanpa berbelit. Hal itu memudahkan untuk polisi dalam menggali informasi.Selesai di interogasi Miya langsung di masukan ke dalam sel.Miya duduk di pojokan sambil bersandar di dinding penjara yang terasa basah dan lembab.Ia menarik lututnya hingga merapat ke dadanya. Kedua tangannya bertumpu di atas lutut
Baca selengkapnya

Bab 90

Beberapa hari berlalu tanpa harapan. Mata Miya kian sayu dan cekung.Ia sudah tak bersemangat lagi untuk hidup, ruang dingin dan lembab kini menjadi temannya dalam diam.Tak ada satu orang pun yang berniat untuk mendekat atau pun sekedar bertanya padanya.Semua orang menghindarinya, Miya selalu duduk di pojokan dengan memeluk lutut dan wajah yang terbenam.Mata semua orang memandangnya sinis, tak ada belas kasih. Seorang yang berstatus pembunuh selalu di anggap penjahat paling keji.Miya tak peduli dengan tatapan mereka, ia kini tak peduli dengan dunia. Harapan satu-satunya kini sudah tiada.Miya berjalan gontai saat namanya di panggil karena ada yang menjenguknya.Miya duduk di depan orang yang menjenguknya. Rini menatapnya iba tak ada jejak kebencian dalam sorot matanya."Mbah, maaf aku baru bisa berkunjung," sapa Rini. Tak ada riak kesedihan dalam raut wajahnya.Miya tak menjawab, ia diam."Aku akan menjual rumah itu dan pergi dari sini," lanjut Rini.Miya tetap bungkam, ia menatap
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status