Semua Bab Uangku Bukan Uangmu, Mas!: Bab 31 - Bab 40

147 Bab

Bab 31

[Mas, aku ini sedang hamil! Masa mas gak mau peduli sana aku? Diperut aku ini darah dagingmu, Mas! Apa susahnya kamu dateng ke rumahku] pesan dari wanita yang menjadi selingkuhan suamiku.Dia bilang hamil? Ya ampuun, cepat sekali sepak terjang mereka.[Iya, Sayang. Tapi ini udah malem. Mas lagi ngerjain kerjaan yang tertunda kemarin. Kamu tahu sendiri kan, gara-gara beberapa hari kita liburan, kerjaan Mas jadi numpuk. Jadi Mas harus nyelesein semuanya makan ini.]Oh, rupanya kemarin-kemarin mereka pergi healing. [Mas, aku sebenarnya capeek banget. Mas suruh Rika ke sini dong, ke rumah aku! Karena ngidamku parah banget, aku gak bisa apa-apa. Pakaian numpuk, rumah kotor, Claudia nggak keurus lagi. Tolong deh, Mas! Rugi kalo aku membayar orang lain.]Apa nggak salah baca nih aku? Jadi Vina benar-benar menganggap aku ini ART? Memintaku untuk mengurus rumahnya? No, Vina. Itu hanya ada dalam anganmu.[Vina sayang, mas akan pertimbangkan permintaan kamu. Ntar mas akan bicara sama Rika.][Ak
Baca selengkapnya

Bab 32

Bab 32"Tapi kamu nggak kunjung bisa kasih aku anak laki-laki, Rik. Dan Vina udah terlanjur hamil sekarang. Tugasmu sekarang cuma membantuku mengurus Vina, Rik"Aku tak tahu bagaimana sistem otak Valdi hingga bisa membuahkan pemikiran seperti itu."Dulu aku hamil tetap bisa urus diri sendiri, Mas. Lagi pula, kamu berdua yang bikin anak, kenapa harus aku yang kerepotan?" jawabku.Kulihat Mas Valdi diam, matanya menatap ke arah jendela yang masih kubuka, sengaja agar udara yang lebih sejuk mengalir."Rika, kamu kayaknya harus ngaji lagi. Vina itu janda, ia punya anak, menolongnya akan membuahkan pahala besar. Banyak dalil yang menyuruh laki-laki buat nolongin anak yatim. Kamu masih punya rasa kasihan kan? Sesama perempuan harusnya kamu ngerti, Rik. Jangan sampe kamu kufur dengan ngelarang aku buat nikahin Vina!""Siapa yang ngelarang, Mas! Aku persilakan kamu untuk berbuat apapun yang kamu suka, apa utu masih gak cukup?" Aku balik bertanya."Harusnya bukan cuma mempersilahkan tanpa nge
Baca selengkapnya

Bab 33

Aku mengirimkan file data diri lengkap ke akun resmi perusahaan. Berhubung Pak Rangga merupakan manajer baru, maka kami diminta untuk menjalankan perusahaan ini sesuai dengan kebijakan darinya.Hari ini tidak seperti biasanya, karena ada prosedur mendadak, waktu pulang jadi agak dimundurkan. Berkali-kali Pak rangga meminta maaf pada karyawannya atas hal ini.Berbeda dari manajer sebelumnya, Pak Rangga lebih teliti lagi, aturan lebih ketat, dan lebih disiplin. Semua harus selesai tepat pada waktunya. Jadi tidak ada istilah kerjaan menumpuk, tertunda atau belum siap.Hanya saja, aku tak suka cara bicaranya yang terlalu pedas.Setelah menyelesaikan semuanya, aku segera pamit pulang."Pak aku izin pulang, boleh?" Aku memberanikan diri."Apa? Pulang?" matanya menatapku tajam.Aduh, beberapa waktu belakangan ini, sifat Pak Rangga sangatlah tegas, tidak ada ramah-tamahnya sedikitpun."Apa kerjaan kamu sudah beres? Jangan pulang kalau belum selesai! Ingat itu!" Ia mendelik."Iya, Pak. Semua u
Baca selengkapnya

Bab 34

Beberapa karyawan yang diperintahkan untuk ikut ke lokasi survey telah siap untuk segera berangkat.Sebagai salah satu karyawan yang bekerja di kantor pertambangan batubara, sudah beberapa kali aku ikut andil terjun langsung ke lapangan. Tiga mobil akan menjadi kendaraan yang akan kami gunakan. Dua mobil perusahaan dan satu mobil milik Pak Rangga sendiri. Rangga, memang manajer baru itu suka terjun langsung ke lapangan.Sesuai permintaan Rangga kemarin, hari ini aku bersiap dengan segala tetek bengeknya. Kupastikan tidak ada yang tertinggal atau terlupakan.Semua bergegas menuju mobil yang sudah di tentukan. Begitu juga denganku."Rika!" Tiba-tiba saja Rangga memanggilku. "Ya, Pak." jawabku."Mau apa kamu di sana?""Mau berangkat, Pak.""Bantu aku terlebih dahulu!" perintahnya Aku menghampiri. Sebenarnya aku tidak enak dilihat oleh teman-teman lain. Selalu saja Rangga bersikap dingin dan suka marah-marah padaku. Apa dia menganggap kerjaanku tak becus ya?"Silakan dua mobil lain ber
Baca selengkapnya

Bab 35

Pov RanggaAku kembali mengingat dimana hati ketika aku memutuskan untuk mengantar Rika pulang. Kasihan anaknya kalau harus naik ojek dari pangkalan. Apa gunanya mobilku yang kosong jika harus membuat mereka kehujanan.Diam-diam aku menatap Rika. Sengaja hari itu aku membuatnya pulang sedikit terlambat. Rasanya ingin saja melihatnya lebih lama. Aku aku tindakan itu membuatnya kesal. Entah apa yang kurasakan ini, antara rasa kasihan, prihatin, atau semacamnya. Masih terbayang jelas bagaimana mesranya Valdi dan wanita selingkuhannya tempo hari. Terhitung sudah dua kali aku menyaksikan kebersamaan mereka. Dengan begitu percaya dirinya Valdi mengatakan jika wanita itu adalah istrinya, dan anak wanita itu sebagai anaknya. Semula aku percaya, namun lambat lain aku baru mengetahui ternyata wanita yang ia belai-balai itu bukanlah istrinya, melainkan pacarnya.Padahal, di sisi lain anak kandungnya ia biarkan begitu saja. Dan istrinya di abaikan sedemikian rupa.Setelah aku tahu bagaimana ke
Baca selengkapnya

Bab 36

Seorang laki-laki nampak sangat sumringah dengan wanita cantik berambut coklat dalam gandengannya.Namun wanita itu nampak cemberut."Aku nggak mau kamu deket-deket ke Rika lagi, Mas! Kamu tahu kan aku ini lagi hamil, kamu jagain perasaan aku dong! Jangan cuma mau menang banyak di kamu doang!" Vina mengomel.Valdi mulai mencari-cari kata yang tepat untuk menghibur hati wanita itu."Mana ada aku deket-deket sama Rika, Sayang. Kamu liat sendiri kan, udah berapa hari ini aku nggak ada pulang ke rumah. Aku biasa pulang ke rumah ibu." Valdi menerangkan."Jangan bilang kalo Mas diam-diam masih suka tidur sama Rika, ya!" Vina menatap tajam."Ya Tuhaan, mana ada aku tidur sana Rika. Aku kan udah punya kamu sekarang. Kamu nggak usah cemburu sama Rika, Sayang. Kan udah dibilangi kalo dia tuh nggak ada apa-apanya dibanding kamu.""Pokoknya aku mau Mas lekas cerein tuh Rika! Katanya udah gak guna, buat apa lagi dipertahanin. Kalo kalian belum cerai, udah pasti dia jadiin anak sebagai akasan buat
Baca selengkapnya

Bab 37

"Kurang ajar kamu, Maaas! Kamu malu-maluin aku di sana. Padahal setiap hari aku kerja lewat deoan tokonya!" Vina mendorong tubuh Valdi hingga pria itu hampir tersungkur."Maaf, Sayang. Maaaf,""Apanya yang maaf, maaf, kalo kamu gak ada uang harusnya kamu gak perlu ajak aku buat beli cincin segala! Asli bikin malu aku aja! Ngeselin!" Umlat perempuan itu lagi."Maaf, Sayang. Bukan maksud mas buat bikin kamu malu, mas juga malu, Sayang.""Diam kamu!" Vina mengamuk dan men*njok muka Valdi."Maaf, Vina. Mas beneran nggak tahu kenapa saldo mas tinggal segitu. Padahal kemarin masih ada saldo lima puluh juta. Nggak tahu kenapa tiba-tiba ilang.""Bohong! Mggak mungkin bisa ilang kalo nggak ada yang ambil!"Valdi berpikir, benar juga ucapan Vina. Tidak akan mungkin hilang kalau tidak ada yang ambil. Tapi siapa kira-kira?Eh, Sejenak Vakdi ingat,"Kemarin kan ATM aku kasih ke kamu, Sayang?""Apaaa? Jadi kamu menuduh aku yang ambil saldo kamu? Haaa? Kenarin yang aku belanjaan cuma lima juta. Jang
Baca selengkapnya

Bab 38

Pagi-pagi buta Rika dikejutkan oleh kedatangan Bu Ratih, ibu mertuanya.Bu Ratih datang dengan muka cemberut penuh kebencian."Ada apa, Bu?" tegur Rika. Tentu agak risih melihat Bu Ratih nyelonong masuk kamar, dapur seenaknya saja."Nggak usah tanya!" jawab ibu setengah baya tersebut."Aku datang ke sini mau ngebawain semua barang yang dibeli sama anakku!"Rika terbelalak dengan kata-kata ibunda Valdi tersebut."Barang milik Valdi, Bu?""Ya!" jawabnya ketus."Barang yang gimana, Bu?" Alis Rika berkerut."Kamu nggak tahu yang namanya, Barang?" Mata Bu Ratih mendelik tajam."Paak! Hayo turun! Bantu aku ngangkat barang-barangnya!" Tiba-tiba Bu Ratih berteriak.Ketika Rika melihat keluar, sebuah pick up telah terparkir di depan rumah.Seorang laki-laki turun."Cepet tolong angkat ini barang!" Serta merta Bu Ratih memberikan perintah."Barang yang mana, Bu?" tanya pria itu."Banyak, kasur beserta dipannya, lemari, televisi, kipas angin, kulkas, pokoknya semua yang ada di rumah ini kepunya
Baca selengkapnya

Bab 39

"Bu, aku boleh ngomong nggak sama ibu?" Valdi mengajak ibunya bicara."Tentu boleh, Val. Mau ngomong ap memang?"Valdi mengatur nafas suoaya lebih siap mengitarakan maksudny"Tapi ibu jangan marah ya?" Valdi memastikan"Nggaklah, ngapain marah.""Bu, Gimana kalo kita jual aja nih rumah ibu. Habis itu uangnya Valdi pinjem dulu," ujar Valdi sembari takut-takut."Jual rumah? pinjem uang? Maksudmu apa Val?" Bu Ratih kaget dengan permintaan anaknya."Bu, ini demi masa deoan Valdi, Bu.""Masa depan? Apa hubungannya antara jual rumah dan masa depan kamu?" Bu Ratih masih belum mengerti."Ibu tahu kan kalo aku harus nikahin vina?""Hooh, terus?""Gini, Bu. Dari dulu Vina itu wanita mandiri. Tahu sendiri lah ya gimana kalo orang mandiri pasti gak mau hidup nyampur di rumah orang. Nah, aku jadi kepingin banget beliin rumah buat kami tinggali ntar selepas nikah, Bu." Valdi menjelaskan.Bu Ratih berpikir, sebenarnya, jauh di lubuk hatinya tentu ia tak ingin bila menjual rumah demi untuk bisa membe
Baca selengkapnya

Bab 40

"Rika, kamu yang nyebarin video ibu ini, kan? Apa kamu sengaja mau bikin ibu malu seseantero kota ini? Nggak cukup kamu bikin kamu kesal selama ini?" Mel, kakak kedua Vakdi bicara dengan raut wajahnya yang tak bersahabat."Video apaan, Kak?" "Nggak usah pura-pura enggak tahu lah, Rik! Aku cuma minta kamu buat cepetan hapus video itu! sebelum aku nekat laporin kamu ke polisi! Kalo aku laporin, kamu bisa kena pelanggaran UU IT, Rik! aku dateng ke sini mau bicara kek gini secara baik-baik sebab aku masih mikirin kamu juga! Jangan sampe kamu masuk penjara. Coba kalo aku jahat, bisa ajah aku langsung ke kantor polisi," ucap Mel."Masih beruntung kami nggak nyuruh Valdi buat kasih talak ke kamu! Kalo nggak, bisa-bisa udah nyandangin gelar janda kamu hari ini! Hidup itu jangan nggak berterima kasih." ucapan pedas meluncur dari bibir Kak Mel."Hati-hati kalo ngomong, Kak Mel! Ntar Kak Mel yang di jandain suami gimana? Kalo aku meski di cerein aku masih bisa ngehidupin diri sendiri! Lha Kak Me
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
15
DMCA.com Protection Status