Home / Romansa / Uangku Bukan Uangmu, Mas! / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Uangku Bukan Uangmu, Mas!: Chapter 11 - Chapter 20

147 Chapters

Bab 11

"Rika! Rikaaa!"Terdengar suara mas Valdi memanggil-manggil namaku. Belum sempat aku menghampiri, si empunya suara sudah menghampiriku lebih dulu. Kulihat raut muka Mas faldi menatapku dengan gurat wajah marah. Ada apa gerangan dengannya? "Ada apa, Mas?" Tanyaku."Apa-apaan yang udah kamu lakuin sama kak Salma siang tadi?" Suaranya yang membentak membuat keningku berkerut. Memang apa ya telah aku lakukan dengan kakaknya? Kurasa aku tidak melakukan sesuatu yang terlalu berlebihan. "Aku nggak ngelakuin apa-apa kok, Mas.""Kamu nggak usah bohong ya! Apa tujuan kamu menyuruh kak Salma ke kantor kamu kalau cuma buat dipermaluin sama teman-teman kamu? Nggak ngotak, nyadar nggak kalau Kak Salma itu kakak aku! Kalau kamu nggak ngehargain dia berarti kamu juga nggak ngehargain aku. Dia Kakak iparmu, harusnya kamu menghormati dia!"Terus terang saja aku heran dengan penjelasan Mas Valdi."Aku nggak pernah nyuruh kak sama ke kantor aku kok, Mas. Soal kenapa tadi dia bisa dateng ke kantor aku
Read more

Bab 12

"Nggak mungkin aku bisa semudah itu ngasih duit ke orang, Mas! Mas tahu, kebutuhan anakku jauh lebih penting daripada orang yang cuma bisa minta!" Aku menyanggah ucapan Mas Valdi."Anak, anak, anak terus yang kamu bicarain. Alesan! Clara itu masih kecil. Uang sebelas juta itu nggak seberapa kalo dibanding sama perngorbanan Kak Salma ke aku.""Kalo Mas anggap nggak seberapa kenapa nggak kamu aja yang kasih ke dia? Katamu Salma berkorban banyak untuk kamu, jadi tuntut aja balas budinya ke kamu, Mas! Jangan ke aku!" Aku menggelengkan kepala. Dia seorang lelaki yang pintar berperang kata. Apapun yang aku ucapkan, dia pasti bisa menemukan bantahan. Sekalipun bantahannya terdengar memaksa, tapi dia selalu menganggap pendapatnya benar. Kali ini, aku perlu untuk sedikit berkata jujur, agar bibirnya bisa bungkam sejenak."Rik, itu resiko kamu yang mau nikah sama aku! Kalo kakakku minta ke kamu itu adalah wajar. Kamu nyadar nggak sih, kalo uang yang aku dapat itu kamu yang nikmatin! Pendek kata
Read more

Bab 13

"Valdi, kenapa istrimu belum ngirimin duit ke ibu? Ini udah tanggal lima, istrimu kan gajian tanggal empat?" Ibuku bertanya."Tunggu aja, Bu. Ntar pasti di transferin kok sama dia./, Kayak biasanya." jawabku."Tapi kok lama ya, biasanya kan tanggal empat sore udah dikirimin sama dia." "Sabar dulu Bu, siapa tahu gajiannya emang agak lambat." Aku menghibur ibuku. "Kalau ntar siang belum juga, sebaiknya kamu tanyain deh sama Rika. Ibu mau bayar kuliah adikmu nih, plus tagihan bulanan juga udah nunggu jadwal buat dibayarin. Tolong bilang sama Rika jangan lambat-lambat amat.""Iya, Bu. Ntar aku bilangin.""Jangan iya-iya aja, Ibu lagi butuh banget sekarang. Lagian uang tiga juta yang kamu janjiin kemarin q/belum ada beritanya juga." Ibu terlihat cemberut.Astaga mungkin saja Ibu kecewa, maafkan aku, aku ingkar janji dengan uang-uang itu. Ish, Rika sih keterlaluan, mana dia janji akan mentransfer uang lima belas juta untukku, tapi kenyataannya sampai hari ini tidak kunjung sampai ke rekeni
Read more

Bab 14

Bab 14"Val, di umur segini sebaiknya kamu udah punya aset atau tabungan." Ucap Kak Mel, kakak keduaku.Aku menghela nafas panjang mendengar pertanyaan itu. "Sayangnya aku belum punya aset apapun untuk sekarang, Kak." Aku berkata jujur."Begini, Val. Kalau kamu pengen dengerin saran Kakak, gaji kamu udah sepuluh jutaan, akan jadi lebih baik kalo kamu mikirin buat beli rumah.""Iya sih, aku juga udah mikir ke arah sana, Kak. Bosan aku ngontrak melulu." Aku menanggapi."Kemarin kakak udah dapet informasi di mana ada perumahan yang cocok buat kamu beli. Angsuran bulanannya juga nggak seberapa, sekitar 2 juta. Lokasinya lumayan lah. Kalo nggak gitu, susah rasanya buat kamu bisa beli rumah. Tiap bulan gajimu bakalan habis mulu. Kamu udah tahu kan kalo Rika nggak pandai nyimpalen uang."Aku diam mencerna ucapan Kak Mel."Ntar bisa kita liat dulu, Kak." sahutku.Pikiranku mulai bercabang, baru-baru ini pengeluaranku lebih banyak. Ada angsuran mobil yang harus aku pikirkan, jatah bulanan bua
Read more

Bab 15

Hari ini sungguh hari yang sangat beruntung bagiku. Hari yang telah membawakanku untuk mengenal Vina kembali. Tak kusangka, hari ini aku bisa mengantarnya pulang. Tentu saja aku dengan senang hati melakukannya.Sesuai arahan Vina aku menghentikan laju mobilku di depan rumah berwarna hijau. Rumah itu tidak terlalu besar. Tapi terlihat amat rapi di mataku. "Makasih banyak ya, Mas. Udah anter kami pulang." ujar Vina sebelum turun. Aku mempersembahkan senyum terbaikku. Tadinya sebenarnya aku sangat berharap ia menawariku untuk mampir ke rumahnya. Tapi, ah sudahlah. Jika kali ini tidak, mungkin di waktu yang lain aku akan mampir ke sana sebagai kekasihnya. Bercita-cita itu tak salah, kan?Tak lupa aku bantu membukakan pintu mobil untuk Claudia, dan menggendong anak itu turun. "Makasih, Om." ujar Claudia."Sebentar, Claudia Sayang. Om ada sesuatu buat kamu."Dengan cepat aku merogoh dompet. Kukeluarkan lima lembar uang merah, lalu kuselipkan ke tangannya. "Aduuh, kok banyak banget, Ma
Read more

Bab 16

Bab 16Entahlah rumah tangga seperti apa yang kujalani ini. Sejak pertengkaran kami kemarin, Mas Valdi jadi pulang ke rumah ibunya. Bahkan ketika Clara sakit saja sudah tak ia gubris lagi, jujur, ini yang paling miris.Tapi tak apalah, hitung-hitung pengeluaranku jauh lebih sedikit bila laki-laki itu tak berada di rumah. Terus-terang, rasanya keadaan rumah ini lebih adem bila tanpa dia. Ingin bilang bersyukur, takut dosa.Waktu demi waktu, lelaki itu tak kunjung pulang. Aku bingung, apa yang harus aku lakukan? Apa harus aku untuk mengajaknya bicara serius? Maksudku, hubungan harus ada kejelasan bukan?Tok! Tok! Tok!"Assalamualaikum,"Suara dalam dari luar pintu. Langkah kedua kakiku membawa ku untuk melihat siapa gerangan yang datang. Terlihat dua orang dengan pakaian rapi di luar sana."Waalakumsalam, ada apa ini?" tanyaku."Pak Valdinya ada, Bu? Ada tagihan atas nama Pak Valdi Anugrah. Angsuran Mobilnya belum di bayar selama dua bulan! Jadi mohon kerjasamanya!" Lelaki itu terlihat
Read more

Bab 17

"Kamu habis darimana, Valdi? Kok pulangnya malem?" tanya ibu.Aku menanggalkan jaket."Kok jaketmu kayak jaket perempuan aja?" seloroh ibu. Rupanya Ibu memperhatikan jaket yang aku kenakan. Ya memang jaket yang aku pakai ini jaket wanita, bukan main-main ini adalah jaket yang dijamin oleh Vina sebelum aku pulang tadi katanya supaya aku tidak kedinginan di jalan. Akankah dia wanita yang perhatian? Tentu saja, tidak seperti Rika. Mau aku kehujanan sekalian pun ia tak pernah peduli."Ini jaket Vina, Bu. Tadi aku bantu dia buat nganterin anaknya ke dokter." Jawabku apa adanya.Tersenyum mendengar jawabanku."Iyalah sesama manusia kita emang udah seharusnya saling membantu. Vina emang udah nggak punya suami, jadi emang nggak ada yang bisa nganterin dia. baguslah kalo kamu bisa bantuin." "Iya, Bu. Mengingat Claudia anak yatim, jadi aku ngerasa wajib untuk nolongin dia.""Benar, anak yatim emang wajib untuk disantuni." Ujar ibu.Kurasa sepertinya ibu memberi respon positif. terlihat dari
Read more

Bab 18

Hari demi hari kedekatan antara Valdi dan Vina kian terjalin. Komunikasi di antara keduanya semakin intim. Di tambah Claudia yang sudah semakin dekat pada Valdi. Bahkan hampir seminggu sekali Valdi pasti menyisihkan dua sampai tiga kali waktu untuk mengajak Claudia jalan-jalan. Seperti sore ini, di sebuah toko yang menjual aneka mainan anak-anak, Valdi sibuk memilihkan beberapa mainan khusus untuk Claudia. Claudia nampak bahagia dengan sikap Valdi."Mas, makasih ya, udah baik banget sama Claudia. Dia jadi kayak nemuin papanya kembali." ucap Vina terharu."Nggak apa, Vin. Aku juga suka anak kecil. Jadi ga ada masalah. Aku udah lama pengen punya anak perempuan, tapi yaa, dulu istriku nggak bisa kasih keturunan. Dia cuma bisa ngasih anak hasil selingkuhan." jawab Valdi dengan nada sedih."Lho, kok tega banget dia nyelingkuhin kamu yang baik banget gini?""Namanya manusia, Vin. Aku udah anggep itu nasib naas buat aku. Senagai laki-laki tentu aku ngerasa sangat kecewa ketika tahu dia sel
Read more

Bab 19

Tentu saja aku muak dengan kedatangan Rika yang tiba-tiba. Sebaiknya aku apakan wanita itu ya? Apa harus aku ceraikan sekarang? Tapi kasihan sekali dia kalau aku ceraikan sekarang? Bagaimana bisa dia membesarkan Clara tanpa aku? Ah lagi-lagi anak itu yang jadi penghalang. Hmmm, tapi bukankah kayaknya Clara itu benar-benar bukan anak aku? Habis emang nggak ada mirip-miripnya sih masa aku yang ganteng gini bisa punya anak kayak gitu? Kurus dan nggak nampak sama sekali gurat-gurat gen-ku pada wajahnya.Sering kali waktuku habis hanya buat mikirin mereka. Rika sih nggak tahu diri, udah untung sekali aku mau mempertahankan dia, kalau aku menceraikannya belum tentu dia bisa mendapatkan laki-laki setampan aku. Di layar ponsel aku membuka sebuah akun media sosial dari wanita yang membuatku meleleh. Aku tersenyum melihat foto yang terpampang pada profil. Seraut wajah cantik dengan pesona yang sangat sempurna. Di tengah-tengah konsentrasiku, pesan Rika kembali mengganggu.[Mas, kapan pulang
Read more

Bab 20

Seorang anak kecil yang masih menatap lesu ke arah layar ponsel ibunya."Ma, panggilan Clara di tolak sama Papa. Papa kemana sih, Ma? Kok nggak pake pulang-pulang?" Anak yang masih duduk di bangku taman kanak-kanak tersebut merunduk. Tatapan matanya kosong. Rika menghela nafas panjang. Sama sekali ia tak menyangka jika tadi Clara menghubungi Papa-nya."Nak, Papa mungkin masih sibuk kerja. Udah, Clara nggak usah ngehubungin Papa dulu, ya." Rika membujuk dengan kasih sayang."Tapi, Ma, ini hari udah sore, masa Papa belum selesai kerjanya? Udah lama lho papa nggak balik ke rumah. Apa papa marah sama Clara? Sampe-sampe nggak mau dateng ambil raport Clara?" Rika melihat setetes dua tetes air mata jatuh dari sudut mata anak kecil itu. "Nak, Clara kan masih punya mama? Sini, peluk sama mama." Rika memeluk putrinya.Clink!Satu pesan masuk. [Hai Mbak, majikanmu lagi nggak bisa di ganggu. Mohon pengertiannya ya! Nggak usah nelpon mulu.]"Majikan? Siapa majikan? Siapa yang ngirimin ini pesa
Read more
PREV
123456
...
15
DMCA.com Protection Status