Home / Romansa / Uangku Bukan Uangmu, Mas! / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Uangku Bukan Uangmu, Mas!: Chapter 21 - Chapter 30

147 Chapters

Bab 21

Sengaja aku bawakan semua baju kotorku dari rumah ibu. Maklum, selama di rumah ibu, baju-bajuku tidak pernah di setrika, jadi gak rapi. Maklum, ibuku yang sudah tua mana bisa menyetrika. Kasihan juga. Masa punya istri tapi nyetrika baju nyuruh orang tua, he ... he ...Kulihat Rika diam saja melihat kepulanganku."Apa itu, Pa?" tanya Clara."Ini baju kotor papa." jawabku."Rik, ntar tolong cuciin dikit ya bajunya! Tolong setrikain juga! Malu mah bajuku kusut semua." Ucapku.Rika masih diam saja. Apa sih maunya? "Aku taruh di sini ya bajunya," ujarku."Taruh saja." jawabnya.Aku menuju balkon untuk mengusir hawa panas."Pa, aku udah mau masuk SD, baiknya aku sekolah dimana ya, Pa?" Seorang anak kecil berlari menuju ke tempat dimana aku duduk. Uh, inilah hal yang terkadang membuatku malas pulang, kalau saja karena tidak ingin mengambil berkas yang tertinggal dan mengantar baju kotor, tentu saja aku malas untuk pulang ke rumah. "Pa!" Clara kembali mengulang."Apalagi, Clara?" Kadang
Read more

Bab 22

Dengan bersiul-siul kecil aku menghampiri lemari bajuku.Krieett! "Lho, kok kosong gini?" Aku kaget."Mana baju-bajuku?"Lemari bajuku kosong melompong, hanya ada beberapa baju saja di dalamnya. Mungkin saja masih Rika taruh di atas meja setrika. Kebiasaan sekali si Rika ini, kalau selesai nyetrika tuh, apa susahnya baju disusun kembali dalam lemari. Kalo kayak gini kan jadi pusing aku nyarinya. Padahal hari ini aku buru-buru sekali.Bergegas Aku menuju ke meja setrika di ruang tengah."Eh kok nggak ada?" Tidak bajuku di sana."Riiik ...!" Aku memanggil."Kenapa?" Suara Rika terdengar dari dalam kamar Clara."Mana kau taruh baju-bajuku?" Aku menghampirinya."Emang kemarin kamu taruh di mana bajumu, Mas?" Lho kok balas nanya dia?"Ya baju yang aku mintai tolong kamu buat cuciin kemarin! Kan aku taruh di samping mesin cuci." Jawabku."Oooh, kalo kamu taruh di samping mesin cuci ya berarti cari ajah di situ, Mas!" Jawab Rika."Kok kamu taruh di sana?""Cek ajah sendiri sana, Mas!" Hu
Read more

Bab 23

"Pacar? Apa maksudmu? Tahu apa kamu soal Vina, Ha?" Aku geram."Haa? Vina?" Rika nampak kaget.Busyeet, mulutku kok malah keceplosan nyebutin nama Vina sih. Mati aku."Eh, enggak, Rik. Maksudku, kamu jangan nuduh sembarangan. Aku gak punya pacar."Sejenak Rika diam "Serius, Rik. Aku nggak bohong. Aku tadi cuma keceplosan." ujarku."Iya, Mas. Aku tahu kamu keceplosan." Aduuh, ini lidah ada apa sih, kenapa harus ngaku segala kalo lagi keceplosan. Ini mungkin karena lagi nggak bisa menjaga kestabilan konsentrasi."Rik, Vina itu klien aku. Makanya tadi aku tak sengaja nyebutin nama dia." Ralatku.Nah, ini baru jawaban yang tepat."Iya aku tahu dia itu klien penting kamu. Nggak apa-apa, aku kan nggak mempermasalahin itu."Aku melihat ke arah Rika yang baru saja menjawab ringan. Kenapa nih orang selalu nampak santai-santai aja ya? Apa nggak curiga dia? Jujur sih, meski aku udah punya hubungan khusus sama Vina, tapi sepertinya aku belum bisa seratus persen meninggalkan Rika. Masih ragu aj
Read more

Bab 24

"Sini kertasnya! Kamu bohong, ini bukan kredit mobilku! Tapi mobil temen!" Aku menarik kertas itu dari tangannya.Hadeeh, ngapain pula surat itu bisa sampai ke tangan Rika! Sialan memang. Aku bergegas bersiap untuk kembali ke rumah ibu. Rasanya malu kalo sampai Rika melihat mimik kegelisahan pada raut wajahku.Satu lagi aku takut jika Vina menungguku terlalu lama. Aku melangkahkan kaki dengan perasaan kesal, gagal sudah keinginanku untuk berangkat dengan baju yang rapi. Biarlah, kali ini aku maafin kamu Rika! Sekali lagi kamu berbuat kayak gini tak akan ku maafkan!Kalau begini terpaksa nanti aku meminta bantuan Kak Salma saja untuk merapikan bajuku. Oh iya aku lupa, aku kan masih punya kakak-kakak perempuan dan ibu yang benar-benar menyayangi dan peduli sama aku.***"Kak, tolong setrikain baju aku, Kak!" Aku meletakkan bajuku di atas kursi."Maaf kakak nggak bisa, Val. Loh kok kamu minta tolong sama Kakak sih? Istrimu kemana aja? Kenapa nggak urus keperluan kamu?" Kak Salma mendel
Read more

Bab 25

Pikiranku bingung. Ingin rasanya aku segera menyusul Vina menuju ke sekolah baru Claudia, tapi di samping itu aku takut juga di sana akan bakalan bertemu dengan Rika. Apa yang harus aku lakukan sekarang?[Apa kamu negur dia, Sayang? maksudku apa kamu negur art-ku?] [Nggak, Mas. Rasanya aku males buat negur. Ntar aku dikira temenan sama ART. Jan nggak lucu] Jawaban dari pesan yang membuat hatiku lega. Setidaknya tidak terjalin komunikasi di antara mereka. Jika mereka berbicara, takutnya Vina memberitahu Rika jika dia adalah kekasihku. Dan akan lebih berbahaya lagi ketika mengetahui ternyata Vina lebih cantik, Rika akan cemburu besar.Karena khawatir aku langsung menelepon Vina."Sayang, kamu nggak usah ladenin dia ya, nggak usah negur-negur juga," ujarku."Lho, kenapa, Mas? Bukannya lebih baik juga kalau aku bisa lebih akrab sama asisten kamu!" Ucap Vina diperseberangan sana."Gini, Vina Sayang, soalnya dia tuh mulutnya rempong, ntar kamu bisa kerepotan sendiri kalau ngeladenin dia ng
Read more

Bab26

"Apaa? Kamu ngobrol sama dia?" Tentu aku kaget dong."Iya, Mas. Biasa aja kali, kedengarannya Mas kaget banget gitu? Aneh."Aku mulai dag dig dug tidak karuan, penasaran dengan apa saja yang sudah mereka obrolkan."Habis kalian obrolin apa aja?" cecarku."Obrolan biasa lah, Mas." Lagi-lagi Vina menjawab."Maaf ya, Vin. Kayaknya Mas gak bisa nyusul kamu ke sana. Mas tunggu di depan gerbang sekolahnya aja, ya!" Aku benar-benar khawatir Rika mencium aroma hubunganku dan Vina.***"Sayang, asisten kamu cantik juga ya. Pakaiannya juga tapi. Kayak bukan asisten aja. Hmm... Apa sehari-hari dia nginep di rumah kamu?" Vina menatapku lekat.Aku menoleh ke arah Vina."Cantik? Dia nggak cantik. Biasa aja sih.""Nggak usah bohong, Mas. Tadi aku perhatiin gerak-geriknya. Dia nggak keluatan kayak pembantu. Jangan-jangan mas nyimpen perasaan suka sama dia." Vina terdengar agak curiga.Apa dia cemburu? Kalau beneran iya, bisa-bisanya Vina cemburu pada wanita seperti Rika. "Mana ada aku ada perasaan
Read more

Bab 27

Aku terkejut bukan kepalang mendengar permintaan Vina. Dia mau tinggal denganku?"Sayang, maksudmu tinggal seatap?" aku memastikan."Iya. Seatap. Emang Mas nggak mau kalo aku tinggal bareng di rumah kamu, Mas? Nggak masalah, kan? Lagian rugi mas, rumah gede kok isinya cuma ART yang nungguin. Lebih bagus kalo ajak aku juga. Dengan kayak gitu kita bisa saling mengenal lebih jauh.""Hitung-hitung aku bisa minta tolong sama ART-mu buat mengurus Claudia. Jujur aja, terkadang aku repot banget ngurusin anak sambil kerja. Kalo aku tinggal di rumah kamu, itu si Rika pembantumu bisa bantu antar jemput Claudia, kan?"Ya ampun, bagaimana ini? Sebenarnya aku sama sekali tidak keberatan jika Vina tinggal serumah denganku. Tapi masalahnya, bagaimana nanti dengan Rika? Bisa ngamuk abis-abisan dia. Apalagi kalo dia tahu jika aku bilang dia adalah pembantu. Aduh, itu benar-benar bencana rumah tangga.Padahal dalam hati aku akan sangat senang tinggal seatap dengan Vina, aku bisa memperlakukannya sebagai
Read more

Bab 28

Aku menutuskan untuk duduk di kantin menunggu pesanan makan siang. Sementara pikiranku masih letih. Inilah definisi luka tak berdarah. Masih kuingat betul percakapanku kepada seorang perempuan di sekolah Clara kemarin.***"Hai, mau daftarin anaknya disini juga?" tanya perempyan itu agak mencibir."Iya, Mbak.""Ooh, kukira gaji asisten rumah tangga nggak bakalan cukup buat ngebayarin biaya sekolah disini. Soalnya mahal. Mending cari sekolah yang lain yang lebih murah aja." Aku benar-benar dibuat kaget. Apa maksud ucapan perempuan ini?"Maaf, maksudnya apa ya?" Aku tak bisa membunyikan rasa penasaran."Ya maksud aku sebaiknya kamu cari sekolah yang sesuai budget lah ya. Ini sekolah bukan sembarang sekolah. Kamu liat kan tuh di parkiran!" Ia menunjuk ke area parkiran yang banyak berjejeran kendaraan roda empat."Kenapa? Ada apa sama parkiran, Mbak?"Wanita itu tertawa."Harusnya kamu liat dong kalo kendaraan wali kelas disini tuh rata-rata kelas Pajero sport. Artinya ini sekolah horang
Read more

Bab 29

"Rika, kamu nampak lesu sekali. Apa kamu lagi sakit?" Pak Rangga menegurku. Meski baru beberapa bulan menjadi atasan di kantor kami, tapi Pak Rangga tidaklah bertindak sok bossy. Malah dia nampak berbaur dengan seluruh bawahan-bawahannya."Tidak, Pak. Aku gak sakit. Cuma kekelahan sedikit." terpaksa aku berbohong. Tidak mungkin juga kan aku menceritakan aib rumah tanggaku padanya."Kalo kondisi badan kamu lagi kurang fit, kamu istirahat aja dulu. Nggak apa-apa." tanggapnya. "Makasih, Pak. Insyaallah aku masih kuat untuk melanjutkan kerja." imbuhku.siang ini, sepulangnya dari kantor, tujuanku adalah rumah Bu Darma, untuk membayar sewa kontrakan kami.kontrakan, listrik, dan air, semua akulah yang harus memikirkannya,Mas Valdi terlalu sayang jika uangnya harus membantu. Tapi tak apa, ini hanya beberapa bulan saja sebelum aku membuang laki-laki yak tahu diri tersebut."Bu, ini aku mau bayarin sewa rumah." Aku berkata setelah berbasa-basi."lho, kemarin kan udah di bayarin, untuk tiga
Read more

Bab 30

"Mas! Gimana ini? Aku beneran hamil, Mas!" Vina terisak.Aku menarik Vina untuk menuju ke dalam pelukanku. Kuekus perutnya yang masih terlihat datar.Sebuah harapan besar muncul di benak. Aku membayangkan bayi laki-laki lucu berada di antara kami. Seperti kata ibu, anak laki-laki adalah penerus keluarga. Oleh karena itu kehadiran anak laki-laki sangat didambakan oleh ibu.Kuharap Vina bisa memenuhi impian ibu. Memberi keturunan laki-laki untukku. Tidak seperti Vina yang hanya mampu melahirkan anak perempuan."Mas, ntar kehamilanku bakalan semakin gede. Bisa maku aku kalo gak keburu dinikahin." Ia meneteskan air mata.Bagaimana ini? Aku juga sangat bingung dibuatnya.Menuntut dinikahi adalah hal wajar untuk vina lakukan. Aku memang harus segera bertanggung jawab. Aku bukan pengecut yang akan melarikan diri dari masalah seperti ini.Tapi, jika aku menikahi Vina, bagaimana dengan Rika? Apa Rika mau menerima takdir? Nanti akan kucoba untuk menjelaskan padanya. "Sayang, sabar dulu. Kamu
Read more
PREV
123456
...
15
DMCA.com Protection Status