"Enggak ada masakah kok, Bapak sama Ibu mau punya putra berapa?" tanyanya masih tersenyum mesem."Loh, memangnya kenapa, dok?" tanyaku."Ibu tuh, kalau mau punya putra empat lagi juga bisa, karena Ibu subur!" sahut dokter berkulit gelap berlogat Jawa yang kental itu masih tersenyum."Benarkah, dok?" tanya suamiku."Menurut yang saya lihat, ya begitu!" jawabnya duduk di kursi dinasnya."Saya seneng kalau bisa punya anak banyak, penginnya tujuh, dok!" kata suamiku tersenyum simpul."Waduh, Pak! Kasihan istrinya turun mesin terus!" kekeh dokter sambil menulis resep untukku."Kamu aja yang melahirkan, Bang!" candaku."Santai aja, Sayang! Itu kan cuma kepengenan aja, gak harus diturut, kok! Anak itu kan takdir tuhan, gimana dikasihnya aja, ya kan, dok?" "Benar Ibu, jangan panik dulu, walaupun menurut saya Ibu subur, tetap saja tang menentukan Tuhan, bukan saya!" sahutnya."Saya kan kasihan sama anak saya, dok! Masih kecil juga!" sahutku."Saya tuh sudah gak aneh, nerima pasien yang sudah
Baca selengkapnya