Share

Cemas

Penulis: saffaghania
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Kata Papa mereka itu Ibu dan Kak Hana." Jawab suamiku.

"Kenapa Papa gak bilang aja gak tahu sih?!" ketusku.

"Papa sudah bilang gak tahu, malah Papa berbohong kalau Papa sendiri lagi cari kita." Jelas Bang Bagas.

"Gimana dong? Mereka mau lapor polisi? Bisa berabe kalau bosku tahu, mereka akan berpikir kalau Abang kerja disini tanpa seoengetahuan siapapun, gimana kalau Abang dipecat?" suamiku khawatir dengan ancaman Ibu dan Kak Hana.

"Kita mesti pulang dulu ke Bandung, kita selesaikan masalah kita, sebelum mereka melaporkan ke polisi, soalnya Papa bilang sama Ibu 'silakan saja lapor polisi, kalau saya sih lebih baik mencari sendiri, karena saya khawatir informasi kehilangan mereka disalahgunakan oleh orang yang tidak bertanggungjawab'. Begitu katanya."

"Bagus! Papa memang bisa diandalkan." Sahutku tertawa kecil.

"Iya, tapi kita tetap harus bertanggungjawab, dan selesaikan masalah kita ini." Sahut Bang Bagas.

"Itu pasti, Bang! Dan kamu gak perlu khawatir, aku akan mendukung kamu sepenu
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Mertua Bengis dan Pilih Kasih   Siapa Ami?

    "Menurutku sih sebaiknya begitu, Bang! Supaya gak ada salah faham." "Tapi kan itu sebenarnya masalah pribadi, dan rasanya gak ada hubungannya dengan kwrjaan Abang." "Betul itu masalah pribadi kita, tapi kalau atasan Abang sampai tahu, bisa jadi dia pikir kita itu jelek, gak respek, apalagi kalau diketahui lewat informasi orang hilang, bisa kacau semuanya. "Bener juga ya, kerjaan Abang yang jadi jaminannya. Karena mereka juga gak mau repot sama urusan pribadi kita." Hari demi hari masih terus berjalan, kami masih khawatir dengan laporan hilang kami oleh Ibu dan Kak Hana. Kami masih bimbang apakah memilih pulang dan menyerah? Atau memilih bertahan dengan resiko kehilangan pekerjaan? Suamiku semoat berpikir untuk berterus terang pada sahabat sekaligus seniornya-Mas Albert, tapi ia masih ragu, suamiku tidak mau melibatkan urusan pribadinya pada siapapun. Tapi suamiku takut kehilangan pekerjaan, walau sebenarnya belum tentu itu bisa menjadi masalah. Sebaiknya kami jalani saja seperti

  • Mertua Bengis dan Pilih Kasih   Perempuan Macam apa dia?

    Tak lama setelah panggilan itu berhenti, suamiku keluar kamar mandi dan memakai pakaiannya. Tak menunggu lama, aku segera memberitahu bahwa beberapa saat yang lalu seseorang intens menelepon."Bang! Ada telepon tuh, dari Ami! Sampai 16 kali panggilan, kayaknya ada perlu mungkin!" ujarku."Ami? Kenapa gak kamu angkat aja teleponnya?!" sahutnya sambil memakai kaos oblong."Enggak, aku takut gak sopan! Kan kamu tahu kalau gak disuruh angkat pastinya aku diemin." Jawabku ketus."Terus kenapa kamu ketus begitu?" tanyanya duduk disampingku."Enggak, kok!" "Kopinya mana, Yang? Kok Abang gak dikasih kopi?" protesnya mengambil ponselnya di dalam tas."Sebentar, aku buatin dulu. Tadi aku lupa." Jawabku berjalan menuju dapur.Selesai membuatkan kopi, aku membawakannya ke kamar dan kuletakkan secangkir kopi cappucino di atas nakas. Setelah itu, aku merebahkan tubuhku di atas ranjang di samping Ishana, tak kepedulikan suamiku yang sedang asyik berbicara di telepon. Namun, ketika kudengar dia meny

  • Mertua Bengis dan Pilih Kasih   Bertengkar Terus

    "Kenapa perempuan ini berani minta jèmput dan antar dia pulang ke rumahnya?" batinku penasaran. "Mas! Besok jemput aku lagi ya, kalau gak keberatan anterin aku pulang juga, project ini mesti kita selesaikan segera, kita bisa kerjakan di rumahku kalau di kantor gak keburu." Itulah kalimat yang wanita itu tulis di pesan pribadinya, aku heran dan terkejut. Berarti tadi suamiku jemput dia di rumahnya? Hal macam ini gak bisa aku biarkan, aku harus bertindak sebelum Bang Bagas bertindak terlalu jauh. "Kamu masih marah, Yang?" tanya suamiku. "Iya, aku kecewa sama kamu, Bang! Kenapa kamu jemput Ami pergi boncengan ke kantor!" ketusku membelakanginya. "Memangnya kalau jemput salah? Kan sekalian pergi, Yang!" sahutnya. "Kamu jadi aneh, Bang! Masa jemput perempuan lain berangkat bareng ke kantor kamu bilang gak apa-apa! Sebelumnya kamu gak pernah kayak gini, loh! Kamu kan sudah punya istri! Memangnya kamu mau jadi bahan fitnah dan gunjingan orang?!" marahku. "Terus Abang harus gimana?" per

  • Mertua Bengis dan Pilih Kasih   Suamiku dan Ami?

    Aku segera menghubungi suamiku yang masih berada di kantor, dan aku memintanya untuk segera pulang. "Bang! Perutku sakit, mules banget! Bisa gak Abang pulang dulu?" "Mules kenapa, Sayang?" "Gak tahu, pokoknya Abang anterin aja dulu aku ke klinik!" "Abang gak bisa, Sayang! Abang lagi banyak kerjaan yang harus diselesaikan sekarang!" "Yaah, Abang kok jadi kayak gitu sih!" "Gini aja deh, kamu tunggu dulu di rumah, bisa atau enggaknya Abang kabarin 5 menit lagi!" Akhirnya, mau tidak mau aku menunggu Bang Bagas memberiku kabar walaupun perutku semakin mulas dan sakit. Tak lama kemudian, suamiku menghubungiku. "Yang! Kamu tahan dulu ya, bakal ada temen Abang yang anterin kamu ke klinik, Abang sudah bicara dan minta izin sama bos, tapi gak dikasih karena penting banget! Untung ada temen Abang yang mau antar kamu, tunggu sebentar, cuma kali ini aja, gak apa-apa, ya!" "Ya udah deh, gak apa-apa kalau memang beneran gak bisa!" Aku mengikuti perkataan suamiku untuk menunggu temannya datan

  • Mertua Bengis dan Pilih Kasih   Tertangkap Basah

    "Apa aku gak salah lihat? Mereka? Bang Bagas mampu berbuat begitu?" tanya batinku mebuka kebar sepasang netraku yang tanpa sengaja mendapati suamiku dan Ami saling melekatkan labium mereka.Aku tak menyangka, suamiku yang baik dan selalu melindungiku mampu berbuat begitu padaku, jangankan bersahabat dengan wanita lain, genit pun tidak, sampai akh merasa aman dan nyaman padanya. Tapi ... apa yang kulihat malam ini sangatlah berbanding terbalik, seolah suamiku bukan dirinya."Ehem!" aku memberi pertanda ada mereka dan mereka terperanjat hingga saling melepaskan diri."Sayang? Kamu ... kenapa berdiri disitu? Kamu kan harus istirahat?" tanya Bagaskara mengusap bekas lipstik di labiumnya.Ami nampak gugup dan tak bicara sepatah kata pun, yang dia lakukan hanya melihat Ishana yang tengah tidur di sofa, mencoba mengalihkan perhatian."Kamu kaget ya, Bang?! Jangan khawatir, aku sudah merekam perbuatan kalian tadi disini!" ketusku memperlihatkan ponselku."Apa!" suamiku terkejut dam tak bisa b

  • Mertua Bengis dan Pilih Kasih   Ada Keributan Apa di Depan Rumah?

    Mereka hampir saja mendaoatibaku disini, dan aku bersyukur, bis yang kutumpangi pun akhirnya melaju. Aku pulang drngan membawa kesedihan. Mulai saat ini, aku akan membiarkan suamiku disana bersama pelakor itu, aku tidak akan kembali lagi ke rumah itu.Sehari semalam perjalanan yang kutempuh, akhirnya aku tiba di Bandung. Aku berjalan keluar dari terminal bis, tanpa sengaja aku bertemu dengan teman lamaku, dan dia mengahtarkanku pulang sampai ke rumah.Setibanya di rumah, aku buru-buru membuka pintu gerbang rumah. Saat itu rumah nampak sepi, di halaman tak ada siapapun. Kubuka pintu rumahku, dan aku mendapati Papa sedang menonton televisi."Papa!" panggilku pelan."Iya," Papa menoleh lalu terkejut melihatku."Naya! Itu beneran kamu?! Kaoan datang? Kok gak salam dulu?" Paoa terus bertanya."Iya, Naya mau kasih surprise sama Papa," jawabku."May! Maya! Kanaya pulang!" teriak Papa senang.Tante Maya berjalan dari dapur, ia menangis memelukku, Kak Lana pun segera menghampiri dan mengambil

  • Mertua Bengis dan Pilih Kasih   Pertengkaran Ibu

    "Ada apa di depan, Bi?!" tanyaku pada Abi. "Aku juga baru mau lihat kesana, Kak!" sahut Abi. Aku berjalan bersama Abi, kemudian kami saling menoleh, kami terkejut karena yang ribut di depan itu adalah Ibu mertuaku dengan tetanggaku. Entah apa yang membuat mereka bertengkar. "Ibu? Kenapa bertengkar di sini, Bu?" aku menegurnya karena malu. "Eh Naya! Syukurlah kamu sudah ada di sini! Ibu sudah lama cari kamu, kemana Bagaskara?" tanyanya. "Ya ampun, kok aku malah keluar, yah ketahuan deh!" batinku terdiam. "Ibu jawab dulu aku, kenapa Ibu bertengkar dengan tetangga Naya? Naya malu, Bu!" aku menegurnya lagi. "Ini semua salah tetangga kamu, Nay! Dia bilang Ibu mau maling, ngendap-ngendap masuk terus ngintip di jendela. Ibu bilang aja kalau Ibu mertua kamu! Dia tambah ngotot!" jelas Ibu. Aku bawa Ibu mertuaku masuk, lalu aku minta ia duduk dan menenangkan diri. Jujur, kejadian tadi sangat membuatku malu. Ibu selalu bertindak memakai kekerasan. Ibu menatapku fokus, ia masih tak menyang

  • Mertua Bengis dan Pilih Kasih   Siapa Yang Datang?

    "Dimana ini? Kayaknya ini bukan di kamar." Kataku membuka mata pelan."Kamu di rumah sakit, Nay! Tadi kamu pingsan, pintu kamar kamu diketuk terus sama Abi terus gak ada suara lumayan lama, Papa khawatir kamu kenapa-napa, Papa tengok dari jendela, bener aja! Kamu pingsan, untung aja jendela kamar kamu gak dikunci." Jelas Papa menoleh pada Abi.Aku terdiam, Papa dan Abi ikut diam. Suasana menjadi hening dan sepi. Aku memiringkan badanku membelakangi Papa dan Abi, tiba-tiba air mataku menetes. Aku teringat perbuatan Bang Bagas, aku tak tahan, bagaimana caranya melupakan semua yang terjadi dalam memoriku. Luka batin ini sudah terlalu dalam."Kamu orang yang selama ini kupercaya, kukagumi, sampai aku merasa aman bersamamu, Bang! Apa aku harus memaafkan kamu? Aku merasa jijik sama kamu sekarang, Bang!" batinku memgusap air mataku.Papa bertanya padaku, "Kamu kenapa, Nay? Papa jadi yakin sekarang, kalau kamu ada masalah sama Bagas. Buktinya kamu gak mau terima telepon dari dia, habis itu ka

Bab terbaru

  • Mertua Bengis dan Pilih Kasih   Wanita Yang Bersama Arkan

    "Aku yang harus mengakhiri semuanya, dan mulai saat ini aku berjanji akan menutup lembaran lama itu, dia sudah ikhlas kehilanganku begitu juga aku, maka tak ada alasan bagiku untuk terus berada dalam bayang masa lalu." Ungkap batinku. Saat malam tiba, suamiku-Bagaskara, pulang membawakan oleh-oleh untuk kami. Raut bahagia nampak jelas di wajahnya, sementara hatiku masih diselimuti perasaan bersalah padanya, aku masih merasa berdosa. "Bang! Bikin kaget aja! Aku kira siapa tadi!" aku terkejut saat suamiku membuka pintu kamar. "Loh! Kok kamu kaget? Kan emang udah biasa Abang pulang ucap salam sambil buka pintu, gak ada yang aneh! Kamu pasti lagi ngelamun, ya!" ujarnya tersenyum melihat raut wajahku. "E-enggak, kok!" dan aku pun menyahutnya dengan senyuman tanpa dosa. "Ini Abang bawakan kamu kalung perak, tadi Abang nukar uang ke toko perak lalu lihat ada kalung yang cakep banget, Abang rasa cocok buat kamu!" ujarnya gembira. Seketika aku merasa terkejut dan kikuk, tak tahu apa yang

  • Mertua Bengis dan Pilih Kasih   Cinta Tak Harus Memiliki

    "Kanaya!" panggil seorang lelaki bersuara berat mirip Rizky.Aku menoleh ke belakangku, dan rupanya ... kekhawatiranku nyata. Dia, yang menepuk pundakku adalah Rizky, seseorang yang selama ini kuhindari."Mau apa kamu kesini!" ketusku."Gak boleh aku kesini?" tanyanya membalas."Jelas gak boleh! Kita sudah bukan siapa-siapa lagi, dan kamu terus saja datang menggangguku!" aku melangkahkan kakiku menuju teras rumah sambil buru-buru menutup pintu ruang tamu."Tunggu!" Rizky menahan dorongan pintu yang kutekan semakin kuat.Rupanya lelaki itu bersikeras ingin menemuiku, apa hendak dikata, aku tak sanggup melawan bantahannya, hingga akhirnya aku menyerah dan memberinya ruang untuk berbincang denganku."Please Kanaya! Kasih aku waktu sebelum aku pergi!" Rizky berteriak sambil mendorong pintu."Ya sudah, masuk! Aku gak punya banyak waktu, to the point aja!" ketusku lagi."Oke," Akhirnya aku dan Rizky berbicara satu sama lain, saling menyalahkan. Ia menjelaskan bahwa saat ia meninggalkanku a

  • Mertua Bengis dan Pilih Kasih   Dia datang lagi dan lagi

    Suamiku segera ambil sikap, memantau dan memgambil ponselku yang tergeletak di atas ranjang. Aku ingin merebutnya dari tangannya, tapi aku tidak mau ia mencurigaiku. Aku tidak ingin menjadi orang bersalah dimatanya, karena jujur saja ... bukan aku yang memulai. "Mamin?" Suamiku mengernyitkan dahi sambil bertanya heran memantau layar ponselku. "Yang! Telepon dari Mamin!" teriak suamiku. "Iya! Sebentar, Bang!" sahutku seolah tak tahu apa-apa. "Sudah kuduga, itu pasti dia! Untung saja aku menamai dia Mamin!" batinku. Ya, Mamin. Itu adalah sebuah nama panggilan akrabku untuk Rizky ketika kami pacaran, nama itu kusematkan tanpa sengaja, mengalir begitu saja, dan aku beruntung, suamiku tidak sampai mencurigaiku karena nama itu. Apa yang akan terjadi jika aku sematkan nama Rizky yang sesungguhnya? Tentu saja ia akan murka. "Nay! Sayang! Biasanya jam segini gak ada yang telepon kamu, kecuali darurat. Lah, yang tadi siapa, Yang? Temen kamu?" tanyanya menoleh ke arahku. "Iya, teman kuliah

  • Mertua Bengis dan Pilih Kasih   Cinta Lama Bersemi Lagi

    "E-enggak kok, Bang! Kami tuh sahabatan bertiga, waktu kita nikah aku gak undang dia karena gak tahu harus hubungin dia kemana, soalnya kontak dia hilang, dianya juga ngilang, gak ada yang tahu dia kemana." Ungkapku menoleh pada suamiku. "Oh, gitu ya!" jawabnya ragu. Suamiku nampak tak bahagia. Raut wajah yang biasanya ramah dan selalu tersenyum, tiba-tiba tanpa ekspresi, seolah ia memikirkan sesuatu, tentang aku dan Rizky. Mungkin sudah saatnya aku jujur padanya, tapi aku ragu apakah aku sanggup? "Yang! Rizky sekampus sama kamu gak?" tanyanya lagi. "Enggak, Sayang! Dia itu beda kampus, aku sama dia kenal karena sempat magang di kantor yang sama." Jawabku. "Kenapa soh, Bang! Tanya-tanya dia terus?" "Abang masih penasaran pengin tahu banyak tentang dia. Waktu dia natap wajah kamu, kok kayaknya ada yang beda, cara dia bicara dan memperlakukan kamu Abang rasa seperti bukan hanya teman." Katanya lagi. "Abang bakal sakit sendiri kalau mikirin dia terus, dan aku gak akan tanggung ja

  • Mertua Bengis dan Pilih Kasih   Dia yang Tiba-tiba Datang

    "Abang gak tahu, Nay!" sahut suamiku. "Siapa malem-malem begini datang bertamu? Gak tahu apa? Kalo aku lagi capek banget pengin ngaso!" aku bergumam sambil berjalan menuju pintu utama. "Ri-rizky?" aku terkejut sambil menutup mulutku yang terbuka dengan telapak tangan kananku. "Hai, kamu masih inget aku, kan?" tanya dia. Aku mengangguk sambil berpikir, benarkah yang kulihat itu? Benarkah dia? Mantan kekasihku yang tiba-tiba pergi dan menghilang kala itu? Antara terkejut dan takut. Takut karena mengkhawatirkan perasaan suamiku dan takut berdosa pada Sang Khalik. "Hei, georgeous! Kamu kok bengong terus sih?" ia bertanya sambil menatap fokus mataku dan melambai-lambaikan tangannya memeriksa sepasang mataku yang tak fokus. "I-iya, silakan duduk! Maaf kita gak bisa ngobrol di dalam ya," aku menjawabnya pelan sambil menengok ke dalam, memastikan suamiku ada di sana atau tidak? "Ka-kamu hamil? This is realy you?" tanyanya. "Iya, aku lagi hamil anak kedua, dan aku bakalan panggil suami

  • Mertua Bengis dan Pilih Kasih   Ibu Marah

    "Maksud Bagas jangan terlalu sering kemari, Bu! Bagas gak enak, kan di sini Bagas jualan, bukan lagi pameran, Bu!" keluh suamiku lagi."Kamu berani bilang begitu sama Ibu? Gak boleh Ibu datang lihat usaha kamu, Gas? Ibu cuma gak mau kamu lupa diri, sudah sukses istrimu makin sombong!" sindir Ibu mertuaku."Bagas belum sesukses itu, Bu! Ini Bagas masih ngerintis, alhamdulillah ramai terus pelanggan, itu juga berkat doa Ibu, tapi Bagas juga kecewa sama Ibu, karena Ibu gak pernah ngertiin Bagas. Dan Bagas mohon sama Ibu, jangan pernah mengatakan Kanaya sombong, karena dia tidak seburuk yang Ibu pikirkan, Ibu sudah kena hasut Si Hana! Maaf kalau Bagas bicara begini sama Ibu." Ungkap suamiku.Sejak saat ibu mertuaku menyinggung namaku dalam perdebatan mereka, aku memilih pergi perlahan membawa Ishana dan Malik ke luar toko, mencari udara segar, daripada mendengar mereka, seakan aku ikut campur. Meski terkadang aku merasa wajib membela diri."Mungkin kamu yang kena hasut istri kamu, Gas! Ib

  • Mertua Bengis dan Pilih Kasih   Ikut Sibuk

    "Abang jamin semua itu, tolong jangan ragukan Abang lagi, Yang!" jelas suamiku."Aku cuma takut, Bang!" ketusku."Abang gak akan banyak bicara, pokoknya mau Abang buktikan aja sama kamu." Jawabnya.Suamiku terus memohon padaku untuk memercayainya. Ia tidak ingin aku meragukannya sedikit pun, tapi seharusnya ia memahami perasaanku, betapa aku trauma. Ada hal yang patut aku syukuri, yaitu dalang pelaku tabrak lari itu sudah diketahui, meski aku tak menyangka siapa dibalik layar drama kecelakaanku saat itu, aku tetap menyimpan sedikit curiga padanya, karena pernah satu ketika, Amy menerorku dengan panggilan selulernya yang tak kukenal, yang kukenal hanya suaranya. Aku sempat menepis semua dugaanku, tapi kali ini aku yakin bahwa penelepon gelap itu adalah Amy."Kanaya! Kamu dari tadi ngelamun terus, gak usah overthinking masalah Amy. Abang benar-benar sudah bertobat." Suamiku memelukku dengan mata yang berkaca-kaca seolah mengisyaratkan pengampunanku.Aku hanya mengangguk tanpa mengatak

  • Mertua Bengis dan Pilih Kasih   Rupanya Pelakor Itu

    Terima kasih, Pak! Saya ingin membuat sebuah pengakuan, saya yakin Bapak dan Ibu tahu siapa saya 'kan?" lelaki itu bertanya sambil menundukkan kepalanya seolah ia enggan mengangkat wajahnya. "Iya, saya masih ingat, anda yang melarikan diri saat saya kejar anda di rumah sakit sat itu!" jawab suamiku. "Uhm, Sa-saya ingin menyampaikan pada Ibu dan Bapak bahwa yang memberi perintah pada saya untuk menabrak Ibu Kanaya adalah Bu Amy." Ungkapnya. "Amy?" gumamku terkejut. "Lalu yang mengirim pesan pribadi pada saya siapa? Yang memberitahu pada saya bahwa anda mendapat perintah untuk mencelakakan istri saya?" suamiku bertanya sambil menajamkan sorot matanya yang memerah menahan amarah. "Yang memberi pesan itu saya, Pak! Saya mohon maaf." Ujar Lelaki itu. "Sebenarnya saya ingin sekali melaporkan anda pada pihak yang berwajib, tapi saya belum punya cukup bukti." Jelas suamiku. "Tolong jangan laporkan saya, Pak! Saya punya anak yang masih bayi, saat itu saya bersedia menerima perintah Bu Am

  • Mertua Bengis dan Pilih Kasih   Menjenguk Berujung Berdebat

    "Mungkin mereka hanya mengira-ngira aja kalau itu mobil Bagas, Kak Hana bilang sama Ibu gak mungkin kalau itu mobil Kak Lana, soalnya di dalam mobilnya banyak barang Bagas dan Naya juga Ishana." "Jadi gitu? Mereka iri sama kamu, Gas! Bapak lihat sekarang kamu maju, jujur sama Bapak kamu kerja dimana sekarang?" tanya Bapak mertuaku. "Bagas buka refil parfum, Pak! Lumayan, sekarang penghasilannya melebihi gaji Bagas kemarin." Jawab suamiku. "Kenapa kamu rahasiakan kerjaan kamu, Gas?" tanya Bapak lagi. "Bagas gak mau, Ibu kak Hana, dan saudara Bagas yang lain, deket sama Bagas kalau ada keperluannya aja, Pak!" suamiku menundukkan kepalanya dengan raut merasa bersalahnya khawatir menyakiti perasaan Bapak. "Bapak tahu, kok! Bapak juga sering nasihatin Ibu sama saudara kamu, tapi mana mereka dengar, mereka malah balik memusuhi Bapak." Ungkap Bapak. "Iya, Pak! Gak apa-apa Bagas juga ngerti posisi Bapak." Jawab Bagaskara. Singkat cerita, acara aqiqah putra kami-Malik sudah dilaksanakan,

DMCA.com Protection Status