Home / Pernikahan / Mertua Bengis dan Pilih Kasih / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Mertua Bengis dan Pilih Kasih: Chapter 31 - Chapter 40

81 Chapters

Mencurigakan

"Nay! Abang pengin makan nasi Padang aja deh. oleh gak? Di restoran yang kamu pilih itu, hidangannya Korea semua, Abang mah yang Indonesia aja deh!" ujarnya menoleh rumah makan Padang di samping restoran yang kupilih."Boleh juga, Bang! Aku sih terserah Abang aja, aku kan cuma follower, jadi gimana leader aja deh!" jawabku tersenyum."Kalau gitu, cap cus kesana, yuk!" ajaknya berjalan menggandeng tanganku.Setibanya di rumah makan Padang itu, Bang Bagas asyik scroll aplikasi jual rumah online. Dia nampak sambil membuka aplikasi yang lain. Kubiarkan saja dirinya yang sedang mencoba menghibur diri. Dia senyum-senyum sendiri saat itu. Lalu dia memberiku pesan pribadi melalui ponselku."I love you so much Kanaya Rahman, I don't know what life would be without you, Darling! So, please don't ever leave me.""I love you too, Bagaskara Aditya."Pesan yang sungguh romantis, pesan yang selama ini tak pernah kuduga datang dari suamiku yang datar itu. Dia memang penyayang, tapi dia cuek. Tidak pe
Read more

Ayah? Siapa sebenarnya lelaki itu?

Papa berangkat sepagi ini, apa perlu aku selidiki siapa yang akan Papa kunjungi?"Bang! Sudah bangun?!""Kamu gak bangunin, Abang! Jadi kesiangan deh." Suamiku berdiri dari duduknya di atas ranjang kemudian berjalan menuju kamar mandi.Aku berjalan menuju dapur, hendak membuatkan sarapan dan secangkir kopi hangat untuk suamiku. Namun, rasa penasaran terus menggelayuti benakku. Tiba-tiba saja terbesit niat untuk menyelidiki Papa."Bikin kopi sambil ngelamun! Gimana kalau air panasnya kena tanganmu!" tegur Kak Lana menuangkan air ke dalam gelas."Eh, Kakak! Aku kepikiran Papa!" sahutku menyiapkan wajan di atas kompor."Memangnya Papa kenapa?""Katanya Papa mau ke Jakarta nengok seseorang yang sakit keras, Papa bilang sih saudaranya." Jawabku."Mungkin bener itu sodaranya, tapi iya juga ya, kok Papa gak mau bilang ya, siapa? Kalau itu om kita atau tante, kita pasti tahu kan! Adik Papa cuma dua Kakaknya cuma satu, mereka gak ada yang tinggal di Jakarta.""Nah, kan? Apa kubilang! Perginya
Read more

Ternyata Papa Punya Putra Rahasia

"Iya Ayah, aku ngerti kok! Yang penting Ayah selalu ingat sama aku!" katanya.Aku dan Kak Lana saling menoleh, tak tahan hanya menguntit dari dalam mobil, aku mengajak Kak Lana masuk ke dalam rumah itu untuk mencyduk Papa."Kak! Daripada diem terus di sini, mendingan kita ke dalam, kita pastikan semuanya biar jelas." Ajakku mengencangkan gendongan Ishana."Kamu serius? Papa gak bakal marah? Gimana nanti kalau Papa kaget lihat kita tiba-tiba ada di sini?!" "Gak apa-apa, aku udah kesel, pingin selesaikan masalah ini! Aku gak peduli apapun reaksi Papa nanti!" Aku terus mendesak Kak Lana untuk masuk ke rumah asing itu."Oke, kalau itu yang kamu mau, kita harus percaya diri, apapun yang terjadi, kamu dan aku harus tanggungjawab, deal!" Kak Lana menatapku tajam, memperingatkanku akan konsekuensi yang harus kuterima."Oke! Deal!" Suamiku hanya diam tidak berkomentar, ia merenung, khawatir Papa sakit atau sesuatu yang buruk terjadi tak terduga.Kami berdua berjalan menuju rumah yang ber
Read more

Mertua Yang Kepo

"Papa punya anak laki, dari perempuan lain!""Papa punya alasan, dan itu juga atas persetujuan Mama, Nay!" imbuh Kak Lana."Tapi, aku masih belum terima, Kak!""Mau nerima atau tidak, kenyataannya sudah terjadi. Mau diapakan lagi, sekarang yang kita lakukan hanya menerima adik se-ayah kita. Biar bagaimanapun Abi anaknya Papa." Jelas Kak Lana.Aku menangis kemudian merenung sejenak. Suamiku mengusap punggungku pelan, dia berkata, "Takdir itu, bukan penawaran. Kamu harus terima semuanya dengan ikhlas. Papa kamu orang baik, bahkan sampai saat Mama meninggal wanita itu tidak muncul di hadapan kita, Nay!""Tapi kenapa harus ditutupi?""Papa udah jelasin semua kan? Suatu saat Papa mah bicara hanya kita sudah mendahului. Gimana kalau sekarang kita nikahkan lagi saja Papa sama Tante Maya? Biar Papa ada yang urus." Kak Lana memberi ide yang aku belum sanggup menyetujuinya. Namun, suamiku justru setuju dengan pendapatnya. Menurut Bang Bagas itu yang terbaik untuk Papa."Oke, aku setuju dengan
Read more

Siapa Wanita Itu?

"Pak! Kayaknya kalian gak pernah berubah ya, Bagas capek! Pinjaman Bagas ke kantor buat operasi Bapak gimana hitungannya? Mereka banyak ngomong, gak ada bukti!" kesal Bagaskara."Nanti bapak bicarakan dengan Hana dsn yang lainnya." Sahut Bapak."Uang Kakaknya Naya yang bekas operasi sesar lya juga apa kabar, Pak? Bagas malu, sudah ditanyain. Kok jadi Bagas yang repot sendiri ya, Pak?!" keluh suamiku melirik ibu mertuaku."Bu, tadi ibu kesini mau apa? Sekarang langsung aja ibu bicarakan, setelah itu bapak mau bicara soal pinjaman Lya dan biaya operasi bapak. Kasihan Bagas, Bu!" ungkap bapak mertuaku, raut wajah sedihnya jelas terlihat.Tak sedikitpun penyesalan dari wajah ibu, beban di pundak suamiku cukup berat, padahal pengorbanan yang dilakukannya hanya untuk kasih sayangnya pada saudara dan orang tuanya.Kami baru memiliki seorang putri, dan tanggungan kami di luar nalar, puluhan juta rupiah dalam setahun, cukup menyesakkan dada."Mulai saat ini, jangan pernah libatkan Bagas dalam
Read more

Menikah Lagi.

"Satria? Kenapa wanita ini memanggil dengan nama Satria? Nama itu ... hanya Mama saja yang biasa menyebutkannya."Kemudian wanita itu menghampiriku sambil tersenyum, sementara ibu dan bapak hanya berdiri saja saling menoleh tanpa mengatakan apapun."Maaf, maksud ibu Rendra Satria?" tanyaku menatap fokus netranya."Ah, iya! Maksud saya Rendra!" sahutnya meralat."Iya, ini rumahnya, maaf ibu siapa? Saya tidak bisa begitu saja menerima tamu tanpa tahu siapa tamunya!" tegasku."Saya Maya!" sahutnya."Maya?" Seketika itu, aku terperanjat, rupanya ini wanita bernama Maya, istri rahasia Papa? Tega sekali wanita ini memanfaatkan kebaikan Mama. Tapi, aku sudah janji untuk tidak membahas masa lalu Papa lagi, semoga wanita ini adalah wanita baik-baik." Ungkap batinku."Nay! Sayang! Kamu bengong? Itu, ajak tamunya masuk! Kok malah berdiri disitu?" suamiku menepuk pelan pundakku."Oh, iya! Silakan masuk, Tante! Saya panggilkan dulu Papa." Ujarku berjalan menuju kamar Papa.Kedua mertuaku masih b
Read more

Tentang Utang Lya

"Itu mertua Naya." Jawabku.Wanita bernama Maya itu tersenyum lalu menganggukkan kepalanya.Setelah percakapan kami, kami semua bersiap mengantarkan Papa ke kantor urusan agama, mereka akhirnya menikah. Kini tak ada lagi kekhawatiran berlebih jika aku pergi meninggalkan Papa sendirian. Tante Maya ternyata baik dan lembut, ia tak pernah kaku padaku walau bukan putri kandungnya. Ia tidak pernah menempatkan dirinya sebagai ibu pengganti, melainkan sebagai ibu yang menghargai mendiang istri suaminya.Sejak saat itu, Abimanyu-adik se-ayahku selalu menjadi teman baik bagi suamiku. Ia sudah mampu menjadi om yang hangat untuk cucu-cucu Papa. Beberapa bulan berlalu, hari demi hari kulalui, seiring berjalannya waktu, Ishana pun bertambah usia. Pekan depan, ia genap berusia setahun. Tante Maya berencana merayakan ulang tahun Ishana di salah satu restoran di Bandung. Namun Papa dan aku melarangnya, karena menurutku itu terlalu berlebihan. "Gak apa-apa dong Naya, sekali-kali kita rayain Ishana
Read more

Urusannya Jadi Panjang

Abi buru-buru menuruni anak tangga, berlari kecil membuka pintu."Kanaya ada?!" raut wajah Kak Hana nampak kesal dan marah."Ada, maaf dengan siapa?" tanya Abi ramah."Saya kakak ipar Kanaya dan ibi ibu mertuanya, kok gak tahu?" ketusnya."Baik, silakan masuk, tunggu sebentar saya panggilkan dulu."Abi melangkah menuju kamarku, ia mengetuk pintu pelan, khawatir memgganggu Ishana yang sedang tertidur.Tok ... tok ... tok,"Kak! Ada Ibu mertua kakak." Volume suara Abi sedikit naik."Iya, sebentar, Bi! Sudah kamu suruh masuk?!" teriakku sambil mengganti pakaian."Sudah, Kak!" teriak Abi berjalan menuju kamarnya.Saat aku keluar kamar lalu melangkahkan kakikh menuju ruang tamu, terdengar suara mereka sedang bergibah tentang Abi."Yang tadi pasti adik tiri Kanaya, ternyata Papanya masih doyan kawin. Gak nyangka, diam-diam Papa Kanaya selingkuh sama sahabatnya, yang tadi itu anak selingkuhannya." Ibu berkata seolah sok paling tahu tentang kehidupanku. Aku mengeraskan suaraku, mereka tiba-t
Read more

Siapa yang Menelepon?

"Gak usah, Bi! Biarkan saja mereka, kakak sudsh biasa mendapat perlakuan buruk dari mereka. Masalah ini gak usah diperpanjang." Aku pergi meninggalkan Abi, tak pernah aku sekesal ini padanya. Aku tahu ia membela harga diriku, akan tetapi aku tersinggung ketika ia menyarankanku untuk bercerai."Kak! Abi minta maaf ya, kata-kata Abi tadi, gak lerku diingat-ingat, Abi nyesel." Katanya mengetuk pintu kamarku pelan. Aku membiarkan Abi berbicara sendiri tanpa kutanggapi. Lama-lama dia bosan menunggu jawabanku. Akhirnya ia pergi menuju kamarnya."Maafin aku, Bi! Kamu terlalu jauh ikut campur dalam rumah tanggaku, biar kuurus mertua dan iparku sendiri." Tutur batinku sambil mengusap air mataku yang terus jatuh membasahi pipiku.Masalah utang yang akhirnya menjadi pelik, dan berbelit-belit seperti benang kusut, membuatku muak dengan semua tingkah keluarga suamiku. Aku ingin membebaskan utang itu, akan tetapi uang sebesar itu mana sanggup kutanggung sendiri? Uang itu bukan milikku, melainkan
Read more

Rencana Melarikan Diri

"Cuma temen!" katanya singkat. Aku sama sekali tidak merasa aneh, lalu aku masuk ke kamar lebih dulu daripadanya. Aku menidurkan Ishana lalu merapikan tempat tidur kami. "Sayang! Ibu sama Kak Hana tadi kesini?" tanya suamiku sambil berganti pakaian. "I-iya!" "Kenapa kamu gak bilang?" tanyanya lagi. "Karena mereka datang kesini cuma mau menghina aku dan memarahi aku, mereka minta aku ikhlasin utang Lya sama Kak Lana, mereka juga menghujat Abi." Ungkapku memasamkan wajahku sambil melipat pakaian Ishana. "Kamu juga gak bilang sama abang kalo kamu nanyain utang sama Lya." Suamiku bertanya seperti menginterogasi. "Iya, aku diam-diam kirim pesan sama dia, tanyain sudah ada apa belum untuk bayar bekas melahirkan? Apa aku salah, Bang?!" ketusku. "Kamu mau belain keluarga kamu 'kan? Wajar aja, aku gak akan keberatan, kok!" sahutku lagi membelakanginya. "Abang cuma mau kroscek, apa bener yang dibilang ibu dengan keterangan dari kamu, abang gak marah, abang cuma kecewa kenapa kamu jadi
Read more
PREV
1234569
DMCA.com Protection Status