Home / Pernikahan / Mertua Bengis dan Pilih Kasih / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Mertua Bengis dan Pilih Kasih: Chapter 41 - Chapter 50

81 Chapters

Akhirnya Pergi

"Abang konfirmasi dulu sama temen Abang, kalau sudah fix, kita kasih tahu Papa tentang rencana kita, bilang aja sama Papa gak udah kasih tahu ibu atau bapak." Ungkap suamiku. "Kenapa kita harus melarikan diri, Bang?" tanyaku menatap wajahnya. "Karena kalau mereka tahu, semua itu percuma! Mereka bakal mencari kemana aja kita pergi. Malahan Abang pikir mau ganti nomor juga biar gak bisa dihubungi lagi." Kupikir suamiku sudah benar-benar ingin memberi keluarganya pelajaran. Sebenarnya aku setuju saja, tapi ada yang kukhawatirkan, yaitu Papa. "Aku setuju aja sama kamu, Bang! Tapi Papa?" aku mulai bimbang. "Papa sudah ada yang urus, ada Abi juga di rumah, Kak Lana gak bakal diem aja. Kamu gak usah khawatir." Tutur suamiku mengusap punggunggku. "Kalau begitu, kita gak usah bilang juga sama Papa, kita kasih tahu kalau kita udah ada disana aja, kalau aku bilang takutnya gak dikasih izin." Suamiku mengangguk, aku rasa kami sudah benar-benar positif untuk pergi. Karena jika sumber masala
Read more

Berhasil Melarikan Diri

"Bang! Aku kayak denger suara gerbang dibuka lalu ditutup lagi. Siapa ya? Kita bakal ketahuan gak ya?" tanyaku cemas."Sudahlah, gak usah dipikirkan. Kita harus fokus, lebih baik kita berdoa untuk kemudahan dan keselamatan kita. Abang janji akan hubungi Papa jalau sudah pas waktunya." Tutur suamiku memegang tanganku.Dalam perjalanan aku teringat Papa, raut wajahnya seolah mengikuti kemana pun aku pergi. Kurasa, perjalanan kali ini adalah perjalanan yang penuh resiko. Aku harus mengabaikan keluargaku sementara waktu. Demi kebaikan semua, aku pergi."Maafkan aku, Pa! Aku pamit ya. Semoga Papa sehat selalu, jangan khawatirkan aku dan Ishana, kami bertiga baik-baik saja. Suatu saat aku akan katakan semuanya sama Papa." Aku mengirim pesan pada Papa, agar beliau tidak terkejut saat aku tak kembali ke rumah."Aku kirim pesan sama Papa, Bang! Gak apa-apa ya, soalnya aku ngerasa gak tenang aja kalau gak bilang apa-apa." Aku menangis menyandarkan kepalaku ke bahunya."Iya, gak apa-apa, bilang
Read more

Siapa Arman?

"I-ini, Papa! Aku lupà ganti nomor!" kataku berbisik tepat di rungu suamiku-Bagaskara. "Angkat aja, gak perlu takut, kita jelasin sama-sama." Jawab suamiku. "Nanti saja, kalau sudah sampai rumah, disini gak enak ada Mas Albert." Sahutku lagi. Akhirnya panggilang dari Papa aku lewatkan begitu saja, aku belum siap menghadapinya. Tapi aku berjanji akan menjelasjan semuanya padanya. "Kanaya! Jawab telepon Papa! Kenapa kamu gak mau angkat teleponnya?!" Bahkan pesan dari Papa masih dalam keadaan terbuka, selepas melihat histori panggilan darinya rupanya belum kututup. "Nanti malam Naya telepon Papa, tunggu Naya ya, Pa!" Azan Magrib berkumandang, suasana malam pun mulai terasa, waktu di awal malam ini memberitahu kami untuk rehat sejenak, melaporkan diri pada Yang Maha Kuasa atas kewajiban kami seperti biasanya. Nampaknya cukup sampai di sini saja acara berkeliling kami hari ini. Kami perlu mengistirahatkan tubuh kami setelah perjalanan kami seharian ini. "Gimana, Gas? Mau lanjut a
Read more

Perjalanan Melelahkan

"Oalah! Disini rupanya, kenapa harus lari? Saya bukan orang jahat. Saya dititipi Om Albert untuk jagain Mbak dan Masnya. Tuh! Suami Mbak dan anak'e lagi di toko, beli jajanan untuk anaknya." Ujarnya menunjuk ke arah dimana Bang Bagas dan Ishana berada."Ya Tuhan, Mas! Bilang dong dari tadi, saya jadi takut, soalnya saya bukan orang sini, udah gitu ... maaf, wajah Mas serem juga!" kekehku mengusap dadaku pelan sambil menghela nafasku panjang."Oalah Mbak, maaf kalau saya bikin Mbaknya takut, ayo saya antar ke tempat parkir!" ajaknya menyerahkan tas milikku yang sedari tadi dipegangnya.Aku berjalan menuju halaman parkir, Bang Bagas meminta maaf padaku karena sudah meninggalkanku karena Ishana."Abang gimana sih! Malah tinggalin aku!" ketusku membuang muka."Maafin Abang ya, tadi Ishana nangis, karena takut mengganggu yang sedang solat, Abang ajak aja ke warung klontongan sana. Abang bilang sama Mas Albert, akhirnya dia titip sama penjaga keamanan daerah sini, disini Mas Albert dikenal.
Read more

Ada Apa Dengan Bagaskara?

"Kenapa, Bang? Kok langsung murung begitu?" tanyaku."Enggak apa-apa." Jawabnya meletakkan ponselnya di atas ranjang."Pasti kenapa-napa kalau jadi murung kayak gitu, bilang aja, kalau akunbisa bantu pasti bantu, Bang! Kita kan suami istri, kita janji gak akan saling menutupi, ya 'kan?" sahutku mendekati suamiku."Iya, maafin Abang. Itu tadi ibu yang telepon, sesudahnya Kak Hana kirim pesan." Jawabnya."Pesan apa?" tanyaku semakin penasaran."Dia tanya, aku kemana? Semua orang di Bandung pada sibuk cariin kita, dan Kak Hana bilang, sebentar lagi Arkan mau nikah, dia minta patungan untuk biaya nikahannya, katanya sih anak terakhir harus didukung." Ungkapnya tiba-tiba lemas."Ya sudah, gak usah dijawab aja, besok kamu pergi ke counter HP, ganti nomornya ya! Aku juga mau ganti nomor." Jawabku santai."Iya, aku ganti aja nomornya, harus buru-buru sih ini!" jawab suamiku setuju."Kali ini kita mesti bisa tegas, kan gak setiap hari. Kita abaikan dulu mereka sementara saja, kita gak akan mem
Read more

Siapa Yang Melempar Batu?

"Mbak Naya! Maaf ini Mas Bagas kecelakaan tadi sepulang dari kantor, kebetulan dia ada di depan saya, jadi daya memihat persis kejadiannya. Tapi menurut dokter tidak ada luka yang serius hanya perlu istirahat yang cukup daja sambil berobat jalan." Kata Mas Albert memapah suamiku yang berjalan sedikit pincang. "Ya Tuhan, Bang! Pantes aja dari tadi aku gak enak hati, rupanya ini yang terjadi." Aku segera ke dapur membuatkan dua cangkir teh manis hangat. "Mas Albert, makasoh banyak ya, sudah antar Bang Bagas ke dokter, pasti ngerepotin nih. Minum dulu, Mas!" "Sama-sama Mbak Naya, emggak ngerepotin kok, saya justru khawatir sama Bagas." sahut Mas Albert menoleh pada suamiku yang sedang meringis. "Bang, diminum dulu tehnya, jangan lupa istirahat dan minum obat!" titahku. "Mbak Nay! Aku pulang dulu ya, tolong jaga suaminya. Besok saya minta izin Bos biar Bagas bisa kerja di rumah untuk sementara." Kata Mas Albert penuh perhatian. "Baik, Mas! Terima kasih banyak, besok kesini lagi, k
Read more

Sakit Yang Aneh

"Mungkin itu cuma kelakuan orang iseng aja kali, gak sengaja, Yang! Sekarang yang lenting, Ishana selamatin dulu, tangan dia kena pecahan kaca. Cepetan, sayang!" titah suamiku khawatir.Aku buru-buru membawa putriku ke pangkuanku, lalu mengobati lukanya. Hati ini, aku benar-benar sibuk sekali, hampir tak bisa kuhendel sendirian, karena Bang Bagas juga sedang tak sehat. Kakinya masih memakai pembalut."Ishana, sayang! Maafkan ibu ya, Nak! Sekarang kamu sudah ibu obati, nangisnya sudah dulu ya." Kataku mengusap-usap punggungnya sambil kuayun agar ia tidur.Beberapa hari berlalu, Bang Bagas masih bekerja di rumah, dengan fokus ia menyelesaikan pekerjaannya, tanpa banyuan Mas Albert. Aku bersyukur, ilmu pengetahuan yang didaoatnya semasa kuliah akhirnya terpakai."Gimana kakinya sekarang, Bang?" tanyaku memeriksa kaki sebelah kanannya."Cukup membaik, dua hati lagi kayaknya Abang sudah pulih, dan bisa kerja di kantor lagi." Jawabnya tersenyum sambil fokus ke layar laptopnya."Abang! Bukan
Read more

Hal Aneh Apa Lagi?

"Hey, kenapa kamu nangis?" tanya suamiku yang tiba-tiba membuka matanya saat ia tak sengaja melihatku tengah berderai air mata. "Enggak apa-apa, apa sebaiknya kita pulang aja ke Bandung? Disini kamu sakit aneh terus kayak gini, udah cek dokter, gak tahu sakit apa?" "Disini aj, Abang gak apa-apa kok, kamu tenang aja, besok-besok juga sembuh." Katanya menenangkanku. Setelah itu kami tertidur, berharap esok hari keadaan akan jauh lebih baik. Kami coba memejamkan mata walau sulit, setiap malam, Bang Bagas selalu merasakan hal aneh. Sejak kejadian itu, Si Pelempar batu tidak diketahui kemana rimbanya, mereka sudah tidak mengganggu kami lagi, tapi suamiku malah menjadi semakin parah sakitnya. Entah apa yang harus kulakukan. "Benar kata Mama, selama kita masih bernafas, ujian itu akan selalu hadir dalam hidup kita, selesai masalqh yang satu datang masalah lainnya yang tenru saja berbeda di setiap episodenya. Maka aku harus kencangkan lagi ibdahku." Batinku seraya membentangkan sajadah.
Read more

Sempat Tak Percaya

"Ya Tuhan! Siapa yang berani masuk ke rumah ini? Perasaan aku udah kunci rumah sebelum pergi, dan barusan aku buka kuncinya 'kan?!" aku keheranan dengan sesuatu yang terjadi. Jendela yang pecah kemarin, sudah kami ganti yang baru, dan sepertinya seseorang sudah masuk lewat jendela karena kunci jendela terbuka dan gak rapat lagi. Sebenarnya apa yang mereka cari di rumahku yang gak punya apa-apa ini? "Apa sebaiknya aku hubungi Bang Bagas?" batinku. "Ah gak perlu, yang ada dia nanti khawatir dan buru-buru pulang." jawab batinku. Senja pun telah tiba, seseotang yang kutunggu sudah tiba. Bang Bagas pulang diantar Mas Albert, sebelumnya ia sudah telepon kalau dia mau pulang sama Mas Albert, itulah sebabnya aku tidak menjemputnya. Kuberikan dia ruang dan waktu sejenak untuk rehat dari kelelahannya, setelah santai ku ceritakan semua yang kualami hari ini. Dan benar saja, dia menjadi khawatir meninggalkan aku dan Ishana di rumah. "Kayaknya bener apa katamu, Sayang! Abang harus terapi Ruq
Read more

Gara-gara Hamil Lagi

"Boleh, kita kesana bulan depan, sambil bayarin uang Kak Lana ya. Gak usah nunggu Lya bayar. Anggap aja kita udah ketipu banyak, kita tutup cerita kita tentang uang yang sudah dipakai keluargaku, cicilan bekas operasi Bapak juga sudah lunas, kok! Kamu gak usah overthinking, Sayang!" suamiku memelukku sambil mengusap kepalaku."Iya, Bang! Kita buka lembaran baru, kedepannya kamu atau aku, jangan pernah jadi orang bodoh lagi. Kita harus waspada dan cerdas. Kewajiban kita kasih uang bulanan sama Ibu gak alan oernah aku lupain, apalagi kalau lagi ada. Hanya aku tidak mau kalau mereka memanfaatkan kita lagi. Kamu ngerti kan, Bang?!" "Iya, Abang faham banget soal Lya. Kita sama-sama saling mengingatkan aja, ya!" Hari demi hari kami lalui dengan ketenangan, tidak ada bentakan, hinaan, hasutan dan rengekan keluarga Bang Bagas padaku. Aku akan fokus menabung untuk berbisnis. Jadi wanita harus mandiri, gak boleh berpangku tangan pada suami, semua itu untuk jaga-jaga kalau Bang Bagas pergi, sa
Read more
PREV
1
...
34567
...
9
DMCA.com Protection Status