Home / Urban / KUKIRA MISKIN, RUPANYA CEO / Chapter 121 - Chapter 130

All Chapters of KUKIRA MISKIN, RUPANYA CEO: Chapter 121 - Chapter 130

149 Chapters

BAB 121_DIMANA ISTRIKU?

"Kamu yakin? Aku tak perlu mengabari suamimu?" tanya Dareen untuk mengingatkan pada wanita di depannya itu, bahwa dia masih memiliki suami.  Hanya gelengan kepala Dahlia yang terlihat.  "Dia sedang berasama wanita itu. Aku tahu, Dareen," ujar Dahlia.  Membeliak wajah Dareen karena terkejut.  "Da-darimana ka-kamu yakin?" Dahlia menyerahkan ponselnya dan melihat status wa Belinda. Wajah gadis itu tidak menghadap kamera namun angel yang ditampilkan memenunjukkan dia sedang memeluk seorang laki-laki.  "Itu pakaian Mas Aditya hari ini, Dareen. Aku yang mencucinya, menyetrikanya dan menyiapkannya. Rupanya dia pakai untuk memeluk wanita lain," lirih Dahlia menengadah ke atas menahan air matanya.  "Pantas saja dia tak mau mengangkat telponku, dia sedang bersama wanita itu. Cinta pertamanya. Aku tahu dari foto mereka
Read more

BAB 122_DAHLIA

#Kediaman Martha Sudah puluhan kali Mandala membujuk Martha agar mereka tak bercerai namun hasilnya selalu nihil. Martha sudah seperti batu karang yang kokoh, bergeming tak bergeser sedikit pun. Padahal, biasanya, Martha tak pernah tidak memberikannya kesempatan walau ia pernah menemukan Mandala dalam keadaan telanjang dada bersama gadis muda. "Aku gak sampai ngapa-ngapain lo sama Belinda, Mi. Kok kamu gini banget sih?!" Mandala mencoba untuk sekian ratus kali merayu istrinya. "Kamu pangku dia dengan jarak sedekat itu, bukan ngapa-ngapain? Kamu memang tak ada otak, Mas! Aku masih ingat raut wajah nafsumu menjelajahi gadis itu!" omel Martha. "Percaya sama aku Mi! Aku nggak ada hubungan apa-apa dengan Belinda! Meskipun aku sedikit bersenang-senang. Aku khilaf, Sayang." "Aku sudah capek Mas. Kamu tidak pernah berubah!" Mandala mengusap kasar wajahnya karena hampir frustasi dengan keteguhan sifat istrinya. "Apa kamu sudah lupa dengan janjimu untuk menjaga pernikahan ini? Kamu su
Read more

BAB 123_AMBRUK

Aditya mencoba kembali menghubungi Dareen namun adiknya itu tidak bisa dihubungi. Aditya bingung dengan respon Dareen yang dianggapnya berlebihan. Sudah berulang kali dia masuk dan keluar di kamar lukis yang biasa Dahlia tempati. Laki-laki itu memandang ke sekeliling ruangan itu dan terlihat begitu berantakan baik pakaian dan selimut juga sprei sama sekali bukan seperti biasanya. "Apa yang sudah terjadi? Tak biasanya Dahlia sekeras itu bicara. Mengungkit yang enam bulan dan cerai. Apa dia sadar saat ngomong? Dasar keras kepala. Dia yang salah, dia yang nyolot." Aditya duduk di kasur yang biasa istrinya singgahi.  "Apa tadi, aku salah dengar ya? Seseorang sedang menyebut nama Dahlia dan mengucapkan suntikan? Apa maksudnya? Dahlia mau suntik apa? Atau dia lagi nemenin seseorang begitu? Haiiiss ... wanita itu membuat kepalaku sakit. Kenapa pula aku harus peduli?! Dia sudah marah-marah tak jelas dan membuat masalah fata
Read more

BAB 124_ADA CINTA

Aditya masih termenung kosong meski sudah hampir dua jam Martha meninggalkannya. Bahkan sudah tiga kali, Nyoman keluar masuk ke dalam ruangannya untuk menyerahkan beberapa file yang harus dia tanda tangani. "Tolong bantu aku hari ini, Pak Nyoman. Aku sedang benar-benar tidak bisa berpikir. Rasanya otakku sedang tidak di tempatnya," kata Aditya saat laki-laki dari Bali itu menyerahkan sebuah map untuk ke sekian kalinya.  "Anda harus menandatanganinya sekarang juga, karena ini berisi perjanjian permintaan barang selama satu bulan!" seru Nyoman tanpa ragu. Ia harus mengingatkan pada bosnya bahwa ada hal yang lebih krusial daripada menikmati perasaan yaitu bertahan hidup.  Masih berat, Aditya membubuhkan tanda tangan tanpa membacanya. Suatu hal yang baru pertama kali dia lakukan. Hatinya saat ini sedang berusaha untuk menerima bahwa dia sudah dikalahkan oleh egon
Read more

BAB 125_KALI INI SAJA

"Bagaimana keadaanmu?" tanya Dareen menyuguhkan buah pir pada Dahlia yang sedang asik menonton Youtube.  "Fisikku terasa membaik tapi hatiku masih basah berdarah," ujar Dahlia tanpa ragu.  "Izinkan aku menyembuhkannya. Aku punya obatnya." Dahlia hanya mendecih. Ia tahu arah pembicaraan Dareen dan dia memilih abai. Wanita itu kembali menscroll vidio tutorial membuat makanan rumahan. Ia memang memiliki bakat memasak sebab apapun yang dimasaknya akan selalu terasa enak, meski hanya sayur bening saja.  "Apa kamu tak ingin ibumu terus mengkhawatirkanmu? Sudah empat hari kamu di sini." "Nanti saja saat kita pulang. Berapa hari lagi kata dokter?" tanya Dahlia.  "Tiga hari lagi, cukup untuk kondisi terbaiknya," jawab Daren.  Anggukan kepala Dahlia memperlihatkan keyakinan dan keteguhan hati wanita itu. Setelah tangisan er
Read more

BAB 126_UJIAN

Sejenak pandangan Dareen dan Dahlia terpaut satu sama lain. Namun Dahlia sadar, bukan perkara siapa yang paling mencintai dan dicintai, tapi dengan siapa ia diikat tali yang sakral. Waktu memang tak bisa bisa dikembalikan tapi setiap detiknya adalah kesempatan. Meski demikian, bukan berarti bisa leluasa melakukan kesalahan. Dengan kekuatan penuh, Dahlia merampas kesadarannya. Kedua telapak tangan Dahlia menapik keras tangan Dareen yang sedang mencengkram kepalanya. Ia sudah melakukan kesalahan karena sempat terbuai dengan ketampanan adik iparnya itu. Dia hanya manusia biasa dan hatinya sedang rapuh. "Jangan menjauh, Dahlia. Setidaknya setelah kau mengatakan kejujuran," ujar Dareen setelah tangannya bebas. Plaaaak! Tamparan keras mendarat di pipi Dareen. Pemuda itu menunduk, menikmati rasa panas yang menjalar tidak hanya di area wajah tapi membakar seluruh sisi hatinya. Napas Dareen berat dan kaku. Pemuda itu tak memiliki nyali untuk mengangkat wajah. Ia tahu, Dahlia, wanita yan
Read more

BAB 127_TOPENG?

"Bahkan Martha Bumi akan membayar sejumlah sepuluh milyar untuk kerugian nama Central Glori. Benar kata orang, Nyonya Martha memang pemimpin perusahaan yang sangat bertanggungjawab, Pa," lirih Aditya tak peduli umpatan ayahnya.  "Aku tak mau tau, Dahlia harus kembali ke rumah ini!"  Menggemeletuk geraham Hadi Pratama. Ia sampai tak bisa berucap satu huruf pun. Padahal, banyak kata yang akan ia tumpahkan pada sosok menantu perempuannya yang sudah ia anggap seperti putrinya sendiri. Ia ingin bercerita tentang semua hal yang sudah dia temui selama perjalanan rohaninya. Cukup lama hanya hening yang menelisik di setiap pikirkan ayah dan anak itu hingga terdengar suara langkah Dareen yang keluar seperti membawa sesuatu di tangannya.  "Setelah empat hari menantuku menghilang, kalian masih terlihat biasa saja?! Kalian keterlaluan!" sentak Hadi marah.  "Su-sudah, Pa. Aku bahkan sedang memi
Read more

BAB 128_SKAKMAT

Dareen dan Dahlia kompak menoleh ke arah pintu. Keduanya sedang sangat dekat, karena Dareen sedang membantu Dahlia turun dari kasur. Melihat Aditya, Dareen tampak tenang. Seolah bukan hal yang mengagetkan. Berbeda dengan Dahlia. Wanita itu seperti baru membuka mata setelah mengalami kebutaan. Refleks ia menjauhkan dirinya dari tubuh Dareen.  "Tidak semua yang terjadi itu sesuai dengan yang dilihat, Bang," ujar Dareen nampak tenang membalas tatapan kakaknya.  "Kurang ajar! Kamu benar-benar menikamku. Berengsek!" Aditya langsung melayangkan pukulannya pada Dareen. Dengan sigap, Dareen menghindar. Lagi, Aditya kembali meninju. Dareen menangkap tangan Aditya lalu memelintirnya ke belakang. Aditya mengerang namun kakinya berhasil mengait di antara kedua kaki Dareen hingga keduanya tersungkur bersama. Tubuh mereka berdebum menghantam lantai.  "Hentikan!" teriak Dahlia.  
Read more

BAB 129_RUPANYA

"Kapan kami bisa program anak lagi, Dok?" "Saya sarankan, setelah 3 bulan atau 2 siklus penuh menstruasi. Pasalnya, darah yang keluar saat menstruasi setelah kehamilan ektopik sebenarnya bukan darah menstruasi. Selalin itu, jeda waktu ini juga bertujuan agar mental ibu lebih siap untuk mempersiapkan kehamilan," jawab dokter itu lugas.  Setelah mendapatkan penjelasan dokter, Aditya langsung menuju meja administrasi. Ia menanyakan tentang biaya perawatan Dahlia yang telah memakan biaya sampai 61 juta rupiah dan telah dilunasi oleh Dareen. Tanpa ragu, Aditya langsung mentransfer sejumlah uang pada rekening Dareen. Nampak di layar ponselnya.  Transaksi 80 juta berhasil✅ "Aku takkan membiarkan siapa pun menanam jasa pada istriku, terlebih padamu, adikku. Rupanya kamu sudah menjadi pria dewasa yang sesungguhnya," gumam Aditya memutar-mutar ponselnya sembari menghayati suara Dareen yang kembali te
Read more

BAB 130_MENYESAL

Aditya mengikuti langkah Dareen. Pemuda gondrong itu cukup terkejut saat akan menutup pintu, abangnya sudah di depannya. Dareen menarik gagang pintu namun kaki dan tangan Aditya menahannya keras. Pasrah, Dareen melepaskan pegangan.“Apa lagi? Jangan ganggu aku!”“Maafkan aku,” ucap Aditya datar.“Aku tak mau memaafkanmu,” timpal Dareen membelakangi.“Aku memaksamu untuk memaafkanku. Aku minta maaf!”Dareen mengabaikan kehadiran Aditya yang masuk ke dalam kamarnya, mendekatinya semakin dekat.“Jangan meminta maaf, karena aku ingin membencimu,” ujar Dareen dingin. “Kamu takkan bisa membenciku karena aku ini adalah Abangmu! Aku lah orang pertama yang akan menjadi tameng untukmu jika ada tombak yang akan menusuk tubuhmu, Dareen! Kamu tahu itu dan aku seringkali membuktikannya!”Dareen mendecih sinis. Ia sama sekali enggan melihat Aditya. Amarahnya masih meluap-luap bersamaan dengan lukanya yang berdenyut-denyut.“Maafkan aku yang tak bisa mengendalikan diriku. Aku sangat marah karena ras
Read more
PREV
1
...
101112131415
DMCA.com Protection Status