Home / Urban / KUKIRA MISKIN, RUPANYA CEO / Chapter 111 - Chapter 120

All Chapters of KUKIRA MISKIN, RUPANYA CEO: Chapter 111 - Chapter 120

149 Chapters

BAB 111_KEYAKINAN

Mandala dan Belinda semakin dekat. Tatapan Belinda dan Dahlia beradu tajam. Ada kemarahan dan kebencian yang memancar dari manik mata Belinda yang ditutupi softlense mirip bola mata kucing. Gadis itu sama sekali tak berkelip kala langkahnya terhenti tepat di depan Dahlia. Ia bahkan bisa mencium aroma parfum Dahlia dan ia tahu, itu parfum mahal. Hatinya semakin membenci.  “Suatu kehormatan bagi Martha Bumi, seorang CEO dari perusahaan besar sedang menghadiri acara kecil-kecilan seperti ini.” Mandala menyapa dan mengulurkan tangannya. Aditya menyambut dengan tegap.  “Kita perlu bicara secara pribadi,” ucap Aditya menggenggam telapak tangan Mandala dengan erat. Mandala mengendikkan bahu dan mengangguk sembari senyum yang terus terukir di bibirnya. Laki-laki itu sengaja membawa Dahlia dan Aditya ke ruangan tamunya yang mewah. Nuasa klsik minimalis berwarna putih dengan d
Read more

BAB 112_NYONYA MARTHA

Dahlia menatap lekat pada rumah besar yang memiliki pilar-pilar tinggi berwarna putih dengan ukiran berwarna emas. Fasad_tampilan luar yang berwarna dominan putih tulang, menonjolkan kemewahan dengan bangunan kokoh dua lantai. Nampak dari depan, dua balkon yang terlihat lengang namun menjadi penegas sebuah hunian yang megah. “Cari siapa, ya Mbak?” tanya seorang laki-laki yang menggunakan baju satpam. “Bu Martha. Saya sudah ada janji.” Satpam itu mengangguk. Majikannya memang sudah memesannya bahwa seseorang wanita muda berhijab akan menemuinya pagi itu. “Mobilnya gak dimasukkan, Mbak? Biar saya bukakan gerbang.” “Saya ke sini pakai grab, Pak.” Laki-laki itu sedikit heran. Nyonya besarnya akan bertemu dengan wanita biasa yang kendaraan pun tak punya. Jauh dari kebiasaan, dimana yang menjadi tamu nyonya adalah wan
Read more

BAB 113_TERCIDUK

Suara Martha meninggi. Mandala cukup terkejut pasalnya ia tidak menyangka, istrinya akan tahu lebih cepat. Ia juga membatasi wartawan untuk meliput.  "Dari mana kamu tahu, Sayang? Kamu main medsos lagi? Kan kamu harus jaga imunmu." "Alah, itu hanya alasan Papi. Produk apa yang kamu keluarkan tanpa sepengetahuan aku?" Mandala meraih jemari istrinya. Meski hati dan pikirannya sedang dipenuhi oleh Belinda, tapi egonya ditundukkan oleh istrinya.  "Maafkan aku Mami, Sayang. Aku gak bermaksud menyembunyikan apapun. Aku hanya fokus saja. Kamu jangan berpikiran melebar. Itu hanya sejenis kripik kentang." "Tapikan kita akan bekerjasama dengan Central Glori, kenapa bisa memproduksi sendiri?" Senyuman merekah dari bibir Mandala. Ia menjentikkan jarinya di depan wajah istrinya.  "Jika kita bisa mendapatkan senjatanya secara gratis, ken
Read more

BAB 114_ULTIMATUM

Belinda dan Mandala langsung berdiri tegak dengan wajah ketakutan. Mereka langsung melepaskan diri satu sama lain. Tiba-tiba wajah Belinda yang tadinya cantik merona, sekarang berubah menjadi merah pucat. Meski dia tak pernah bertemu sosok yang berdiri di depan pintu itu, dia tahu, wanita itu bukan orang lain. Fotonya ada di sisi kiri meja kerja bosnya, bersama dengan tiga orang anak mereka. Jangan bayangkan bagaimana ekspresi wajah Mandala saat tahu istrinya sudah ada di depannya saat itu. Seketika pucat basi wajahnya bagai mayat. Ia ingin bicara tapi bibirnya bergetar bahkan kakinya yang masih kokoh menjadi tak berengsel. Mandala menoleh kiri kanan kebingungan. Tatapan mata istrinya membuatnya seperti kehilangan arah. "Mentang-mentang aku sakit, kamu tega saling tindih di kantor yang ayahku bangun, Mas! Tega kamu memang. Gak ngotak!" "Martha! Dengarkan aku. Ini tidak seperti yang kamu pikirkan." Mandala menghampiri Martha dengan jantung hampir lepas. Ia menoleh pada Belinda.
Read more

BAB 115_BERITA YANG DITUNGGU

"Ta-tapi, Mi!" seru Mandala tercekat.  "Kalau perintahku diabaikan, maka semua kru yang terlibat akan dirumahkan secara sepihak. Perusahaan ayahku tak butuh produk kloningan!" Martha membungkam mulut semua karyawan yang ada di sana. Mandala hanya bisa menggerak-gerakkan kakinya tak tenang. Ia bertekad akan mengajak istrinya bicara empat mata saat di rumah. Perusahaan sudah mengeluarkan banyak modal dan ultimatum itu tak bisa dilakukan begitu saja.  "Satu lagi, hari ini aku menemukan ada lintah di kantorku. Seorang gadis yang tak seharusnya berada di sini karena dia pun dibuang dari kantor sebelumnya." Seeerrr ....  Aliran darah yang menuju jantung Belinda serasa terhenti. Gadis itu bahkan tak berani bernafas. Yang sedang dibicarakan oleh wanita yang di depannya itu adalah dirinya. Ia bisa memastikan, hari ini akan menjadi yang terburuk dalam hidupnya. 
Read more

BAB 116_REDUP

Mandala menelpon Martha namun tak terhubung. Ia kembali ke dalam ruangannya untuk mengambil kunci mobil. Saat ia akan melewati pintu, Belinda mengejutkannya dengan tiba-tiba menerobos masuk. Kedua bola mata gadis itu merah dengan urat-urat kecil yang terlihat ikut berwarna merah.  "Bel-belinda ...." "Bagaimana statusku, Pak? Apa benar aku sudah dipecat?" tanya Belinda terisak. Bahunya berguncang karena tak mampu menahan kesedihannya. Wajah ibunya terus di depan matanya. Ia takkan tega mengatakan bahwa dirinya sudah tak bekerja lagi di tempat yang ibunya bangga-banggakan.  "Aku gak bisa berbuat banyak, Bel. Maafkan aku." "Tapi Bapak yang memulainya. Aku sudah menolak, tapi Bapak terus memaksaku. Sekarang aku kehilangan pekerjaan dan diguyur tatapan sinis dan direndahkan. Aku harus gimana, Pak?" "Kamu tenang dulu, Bel. Aku akan tetap kasih kamu uang b
Read more

BAB 117_INGIN MENYERAH

"Tak perlu kamu bicara begitu, Gunawan. Lagi pula, kamu tak mungkin menerimaku yang pesakitan ini." "Meski yang tersisa dari tubuhmu hanyalah tulang, asal hatimu tulus mencintaiku, aku akan melayanimu sampai aku atau kamu yang dipanggil-Nya lebih dulu. Percayalah padaku, Martha. Cintaku dari 30 tahun yang lalu masih sama dengan saat ini. Aku tak butuh uangmu. Kamu bisa membuat perjanjian hitam di atas putih bahwa aku takkan menyentuh uangmu walau serupiah pun." Martha berkaca-kaca mendengar ucapan Gunawan. Laki-laki itu mengusap air matanya yang jatuh begitu saja. Berkali-kali selama bertahun-tahun, Gunawan menjadi pelipur laranya karena kerap kali Mandala menyakiti perasaannya.  "Apa kau mau menghabiskan waktu di sisa umurmu bersamaku, Martha?" Sejenak hanya hening di antara mereka. Klip potongan-potongan peristiwa perselingkuhan Mandala, penyelundupan uang perusahaan yang berkali-kali dilakuka
Read more

BAB 118_JEMPUT AKU

"Lebih cepat lagi!" teriak Belinda mencubit pinggang Dareen. "Kamu kok ngatur?!" Tangan kiri Dareen melepas stang motornya dan memukul tangan Belinda yang sedang mencubitnya. "Bodo'! Pokoknya ngebut! Kalau bisa biar lepas kepalaku juga gak apa-apa, Dareen! Berat sekali masalahku ini!" "Sinting," desis Dareen memutar gas motornya dengan kencang. Belinda memeluk pemuda itu dengan kencang. Gadis itu membiarkan air matanya dibawa angin. Bulir bening itu terus mengalir dan pecah di udara, bersamaan dengan rambut tebalnya dibiarkan terbang bebas. Ia benar-benar berada pada titik nadirnya yang terendah. Dia sudah kehilangan pekerjaannya dan menjadi pengangguran. Ia tak sanggup membayangkan jika ibunya sampai tahu. Belinda menangis sejadi-jadinya di atas motor besar yang sedang membawanya melesat kencang. "Pakai helmmu!" teriak Dareen. Ddduuuugh! Bukannya menuruti ucapan Dareen, Belinda justru melempar helm kecil bulat yang di tangannya. Benda itu terbang dan jatuh ke jurang yan
Read more

BAB 119_MEMBUNCAH

Belinda langsung memutuskan panggilan. Ia tersenyum kecil.  "Kamu gila! Aku takkan membiarkanmu bertemu Aditya. Sikapmu ini akan menyakiti Dahlia, Bel!" hardik Dareen berdiri dari motornya lalu mendekati Belinda.  "Ya jangan kasih tahu Dahlia lah. Lagian juga aku gak ada apa-apa sama kakak angkatmu itu," ujar Belinda santai seolah menegaskan pada Dareen bahwa dia bukan putra kandung Hadi Pratama.  Dareen meraih tangan Belinda.  "Ayo kita pergi. Jangan bertemu Aditya. Jangan kau manfaatkan rasa simpati Aditya untuk menyakiti Dahlia!" "Aku juga berhak bahagia, Dareen! Lepaskan!" teriak Belinda memberang.  "Aku tak peduli. Kamu tak boleh bertemu Aditya! Kau wanita ular!' Tanpa ragu, Dareen mengangkat tubuh Belinda dan meletakkannya di atas bahunya. Bertubi-tubi pukulan dari tangan Belinda mendarat ke punggung Dareen
Read more

BAB 120_TINGGALLAH

Dareen langsung melepaskan helmnya dengan begitu saja tanpa peduli benda bulat itu menggelinding jatuh karena ia tidak menyantelnya dengan baik. Pemuda itu berlari masuk menuju kamar Aditya. Ia yakin, Dahlia berada di sana. Namun nihil. Ia langsung mencari ke kamar lukis. Di sana, nampak Dahlia sedang meringis kesakitan dengan kepalanya yang tertutup sarung yang tak sempurna.  "Dahlia! Kamu kenapa?" "Sakit sekali perutku, Dareen." "Aa-ayo ke dokter!" seru Dareen kebingungan. Dahlia bukanlah Belinda yang dengan mudahnya untuk disentuh kulitnya. "Sakit banget perutku ... ya Allah ...!" Meski ragu, Dareen mencoba memapah Dahlia.  "A-aku butuh hijabku," ringis Dahlia mencoba menutup kepalanya dengan sempurna.  "Sebentar. Aku carikan!" Mata Dareen berkeliling mencari. Dahlia menunjuk tas yang dipojok kamarny
Read more
PREV
1
...
101112131415
DMCA.com Protection Status