Home / Urban / KUKIRA MISKIN, RUPANYA CEO / Chapter 101 - Chapter 110

All Chapters of KUKIRA MISKIN, RUPANYA CEO: Chapter 101 - Chapter 110

149 Chapters

BAB 101_MARTHA BUMI

Baru saja Aditya membuka pintu, tongkat kayu Hadi Pratama sudah melayang, memukul kepalanya hingga terdengar suara yang cukup keras. "Papa! Sakit!" teriak Aditya marah. "Kamu apakan adikmu, ha?!" Kepluuuuuk! Tongkat kayu itu kembali mendarat di bahu Aditya. "Aku ... aku ...!" Aditya kebingungan karena ia bertekad akan menyembunyikan perbuatan Dareen yang sudah membantu Belinda. "Kamu mau ajari adikmu atau kamu mau siksa dia? Ha?! Jawab Papa!" Lagi-lagi tongkat Hadi beraksi. Tak tanggung-tanggung, cukup membuat Aditya terpaksa berlari mengitari ruangannya sendiri untuk menghindar. "Memangnya Dareen bilang apa sama Papa?! Dasar tukang ngadu!" umpat Aditya meringis, mengusap kepala juga sikunya yang terasa seperti disetrum. "Dia gak ngadu! Semua juga bakalan nanya. Pipi adikmu sudah seperti disengat ratusan lebah, memar begitu! Kamu sungguh keterlaluan, Dit! Masak latihan boxer kayak lagi tarung?! Jahat kamu!" omel Hadi terengah-engah. Aditya memilih diam dan mendengar o
Read more

BAB 102_PRINSIP YANH SALAH

"Untuk apa kamu ajak aku ketemu? Kalau gak ada sangkut pautnya sama duit, jangan habiskan waktuku," ketus Belinda pada Dareen yang duduk di atas motornya. Belinda dan Dareen bertemu di pinggir jalan. Namun bukan jalan biasa, di tempat itu adalah jalur pariwisata. Jalur itupun diapit oleh lautan dan perbukitan. Agak jauh dari kota tapi menjadi pilihan bagi banyak orang untuk menjadi tempat menyegarkan mata. Pemandangan pantai dari atas jalan raya membuat pinggir jalan itu menjadi tempat parkiran motor dan mobil. Para pengendaranya asik menikmati suasana sembari makan jagung bakar dan jajalan lainnya. "Aku hanya ingin bertemu saja. Kenapa? Wajahmu ketus begitu padahal kamu punya banyak salah padaku," ujar Dareen mengembuskan asap rokoknya. "Apa maksudmu? Jangan bertele-tele. Di sini bukan tongkronganku." Belinda terlihat tak nyaman karena ia biasa menikmati pemandangan pantai jika menginap di hotel atau villa. Dia akan menikmati aneka kudapan hotel yang bersih, mewah dan mahal. Ti
Read more

BAB 103_FITNAH

Dahlia bersinar. Ia langsung menegaknya dengan semangat. Rasanya begitu nikmat karena ada cinta ayah mertuanya di dalam minuman itu.  "Akhir-akhir ini kamu sibuk sekali belajar, aku tidak memaksamu, Dahlia. Maksudku, pelan tapi pasti. Kamu juga harus menjaga kandunganmu." "Aku ingin masuk ke dalam Central Glori, Pa. Mas Aditya harus kutemani saat dia bekerja agar para dedemit yang suka menggoda suami orang bisa kuhempas," ujar Dahlia terlihat serius.  Hadi Pratama tertawa. Ucapan menantunya itu sangat menggelitik baginya.  "Terus kuliahmu gimana? Aku lihat kamu gak keluar minggu ini." "Entahlah, Pa. Aku cuti aja kali ya?"  Dahlia merasa sungkan tapi ia tak ingin, Belinda berkesempatan mendekati suaminya dengan alasan urusan pekerjaan.  "Oke. Santai saja. Papa tak masalah asal kamu serius sama pelajaran bisnissmu."
Read more

BAB 104_SIASAT

"Ada berita hari ini yang langsung menggemparkan dunia medsos, Pak. Ada yang sedang menfitnah produk terlaris kita. Slice Potatoes Chips kita diberitakan mengandung minyak babi!" Aditya seketika menjadi kosong. Yang barusan dia dengar itu adalah kemustahilan. Dia tak mungkin mengeluarkan produk yang mengandung minyak haram itu. Itu pasti adalah fitnah! "Jangan bawa informasi yang tidak benar, Ton! Central Glori tak mungkin menggunakan minyak babi dalam bahan pembuatan produknya!" "Beritanya benar ada, Pak tapi isi beritanya yang saya yakini juga tak benar. Anda bisa melihatnya, silahkan." Kedua bola mata Aditya melebar dan naik turun men-scroll artikel-artikel terkait. *Tim Sidak Temukan Kandungan Minyak Babi Pada Produk Best Seller Central Glori* *Potatoes Chips Central Glori Mengandung Minyak Babi? Ini Buktinya!* *BPOM memastikan Potato
Read more

BAB 105_SLICE POTATOES CHIP

“Bagaimana Pa? Berkunjung langsung ke rumah Allah, aah pasti akan sangat menyenangkan. Kalau gak keburu hamil. Aku sudah berencana akan berangkat,” lirih Dahlia.   “Baiklah, Papa setuju. Papa akan ajak Suparman dan Parjo sekaligus. Kamu gak apa-apa ditinggal?”   “Waaah … Gak apa-apa dong, Pa. ini pasti berita gembira buat Pak Man dan Pak Parjo! Aku panggil mereka dulu ya!”   Dahlia segera menuju depan meminta kedua pelayan mertuanya itu masuk. Mendapat berita itu langsung dari mulut majikannya, Suparman dan Parjo kompak menangis sampai tersedu-sedu.   “Ap-aaapa ini nyata, Tuan?” tanya Suparman mengusap air matanya yang tiba-tiba jatuh.      Hadi Pratama mengangguk pasti. Melihat respon kedua pelayannya, hatinya semakin membuncah.   Romlah yang baru muncul, keheranan melihat suami dan kawannya menangis. Parjo langsung menghambur memeluk istri
Read more

BAB 106_MENAHAN AMARAH

Suasana menjadi sangat tegang. Semua karyawan tegang karena takut dituduh sebagai musuh dalam selimut. Aditya menatap semua karyawannya dengan pandangan tajam. Mereka tertunduk, takut pemimpin mereka mengambil keputusan yang menyulitkan mereka. "Sekarang, kembalilah bekerja. Apapun yang terjadi, tetap berikan loyalitas yang terbaik pada perusahaan. Semua akan baik-baik saja. Percayalah," ujar Aditya. Setelah mengucapkan kalimat itu, CEO Central Glori itu langsung meninggalkan aula. Nyoman dan Dareen mengikutinya. "Bawa sampel produk itu ke BPOM dan pastikan, produk itu mengandung minyak babi atau tidak," ujar Aditya pada Nyoman. "Baik, Pak Aditya. Saya akan langsung pergi sekarang." Nyoman Abirama membawa kedua produk itu dengan wajah gusar. Laki-laki itu melihat ke bawah dari ruangannya. Banyak wartawan yang sedang menunggu di parkiran. "Aku harus segera mendapatkan jawaban kebenaran dari kandungan produk ini." Ia lalu melangkah cepat, menuruni lift lalu keluar dengan waja
Read more

BAB 107_KEMASAN BERBEDA

"Kamu jangan belagu ya, mau ngancam-ngancam aku! Kamu bukan siapa-siapa!" teriak Belinda meruntuhkan harga diri Dareen.  "Kamu kira aku juga nyaman ketemu sama perempuan penyihir seperti kamu hah! Dasar psikopat!" Dareen mengangkat tangannya ingin melayangkan pukulan pada Belinda. Namun perlahan ia turunkan karena tak tega juga melihat gadis itu mengerjapkan matanya sembari tertunduk karena takut.  "Isssh! Awas ya kamu kalau pukul aku beneran! Kubawa kamu ke penjara!" Kembali Belinda memukul dada Dareen. Pemuda itu mundur dengan wajah merah padam. Hati dan pikirannya mengumpat Belinda yang terus menyerangnya sedangkan dia tak tega memukul balik.  "Berhenti! Stop! Sekarang aku yang bicara! To the point, kamu kan, yang membuat skandal fitnah produk potatoes chipsnya Central Glori?! Ayo ngaku kamu, Bel!" "Kamu punya bukti apa hah? Seenaknya kamu m
Read more

BAB 108_CINTA

"Sebelum potatoes chips Martha Bumi lounching, produk Central Glori harus diguncangkan. Nanti, produk kita akan menjadi oase di tengah gurun kehausan masyarakat karena kehilangan kepercayaan pada Potatoes Chip milik Central Glori," ujar Mandala dengan wajah bersinar.  Belinda bagai terpasung. Bukan itu yang dia inginkan. Itu terlalu fatal. Biar bagaimana pun, ia tak ingin teman-temannya di Central Glori terancam.  "Ta-tapi i-ini di luar rencana kita, Pak. Maksudku, kita akan memodifikasi resep itu dan menjualnya dengan harga lebih murah. Menghancurkan nilai produk lawan tidak termasuk dalam planning." "Karena akulah yang memikirkan strateginya, Sayang. Kau pasti sudah melihat bagaimana media menggiring opini. Aku juga membayar beberapa wartawan untuk membuat artikel yang menjatuhkan. Ini sangat menyenangkan, beby. Sebentar lagi, kita akan meraih keuntungan yang luar biasa." Kedua tangan Man
Read more

BAB 109_PRODUK KLONINGAN

Aditya menyentil kepala adiknya dengan jari telunjuk dan ibu jarinya karena merasa Dareen bak pujangga. “Bocah ingusan bicara cinta, belajar dulu cara kencing yang benar.”  Aditya tersenyum kecil. Dareen juga tersenyum tipis. Di mata Aditya, ia memang masih bocah meski usianya sudah menginjak umur 26 tahun. “Papa akan umroh. Mungkin besok langsung berangkat menggunakan jalur pariwasata. Dia akan berkeliling melewati beberapa negara seperti Turkey dan Mesir.” “Alah, bilang saja dia mau liburan,” ketus Dareen menekan beberapa tombol di layar ponselnya. Perutnya sedang keroncongan dan dia sedang memesan layanan antar. “Biarkan saja, yang penting dia sudah membuat perjanjian dengan Dahlia, takkan tersambung dengan informasi bisniss. Semoga saja semua berjalan lancar. Kau tahu, perusahaan benar-benar dalam keadaan terpuruk sekarang. Masal
Read more

BAB 110_TAK DIUNDANG

Aditya terkejut luar biasa. Seolah, pendengarannya sedang merampas kasar udara yang akan masuk ke rongga hidungnya. Laki-laki itu menopang tubuh di atas meja kerjanya. "Apa aku tidak salah dengar, Nyoman?" Nyoman Abirama hanya bisa mengangguk samar. Tiba-tiba terdengar suara pintu diketuk. Nyoman membukanya. Ia cukup terkejut melihat seorang wanita berhijab di depannya. “Assalamualaikum,” sapa wanita yang tak lain adalah Dahlia. “Salam sejahtera untuk Anda juga, Nyonya,” jawab Nyoman. Mengertilah Dahlia, lelaki di depannya itu bukan seorang muslim. Ia hanya menyulam senyum yang hampir tak terlihat. Aditya yang masih tercengang makin kaget melihat Dahlia tiba-tiba ada di ruangannya. Ia berusaha mengembalikan kesadarannya. Berita yang barusan itu sungguh di luar penyangkaannya. “Untuk apa kamu ke sini?” tanya Aditya pada Dahlia yang semakin dekat. “Sudah seminggu kamu gak pulang, Mas. Aku mengkhawatirkanmu. Apa kamu sudah sarapan? Aku bawain kamu bekal.” Tak sanggup Aditya meny
Read more
PREV
1
...
910111213
...
15
DMCA.com Protection Status