Home / Urban / KUKIRA MISKIN, RUPANYA CEO / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of KUKIRA MISKIN, RUPANYA CEO: Chapter 81 - Chapter 90

149 Chapters

BAB 81_DILEMA CINTA

Dareen terus membuka beberapa benda yang memungkinkan, namun nihil. Pemuda itu hampir putus asa. Detik terasa begitu sangat lambat. Jantungnya bagai sedang dipecut dengan sangat keras. Pemuda itu mengusap keringat di dahinya. Di saat ia hampir putus asa, matanya menangkap flash disk kuning yang terselip di dalam lubang kalender yang model tegak seperti bangun ruang segita.  "Syukurlah. Maafkan aku Bang. Seperti yang kau katakan, darah lebih kental dari air," desisnya.  Dareen lalu bergegas keluar dengan langkah lebar. Ia Dareen langsung menemui ibunya di hotel. Indri menyambut kedatangan anaknya dengan hati berdebar-debar.  "Ini flashdisknya, Ma!" seru Dareen melempar flash disk itu ke arah ibunya. Ia masih sangat marah dan kecewa namun dia tak memiliki pilihan.  Indri menangkap beda kuning itu dengan sumringah.
Read more

BAB 82_PAPA MERTUA

Dareen menegak air mineral yang ada di atas nakas dekat kasur ibunya. Indri yang melihat tingkah anaknya semakin was-was. "Ada apa, Dareen? Apa yang kamu temui di rumah ...." "Aku menemukan penghuninya. Laki-laki itu sangat kasar dan licik sekali. Aku sungguh tak percaya, aku berasal dari darahnya!" Indri menarik tubuhnya ssndiri agar mampu duduk tegap. Ia menatap pintu, takut-takut suamimya hadir. "Kecilkan suaramu itu, Dareen!" seru Indri dengan suara ditekan. "Aku meminta uang itu kembali justru aku yang ditantangnya. Dan ... Aarrgh!!! Sial!!!Bagaimana bisa Mama melakukan perbuatan asusila hingga dia memiliki bukti?! Aku memang bukan taat agama tapi Mama melebihi batasan Mama sebagai wanita bersuami!" Bibir Indri tiba-tiba memutih ketakutan. Ia sangat takut dengan bayangan jika fotonya itu tersebar luas. Itu adalah bencana di atas bencana. "Te-terus, gimm-gimmana solusinya ini Dareen?! Mama serasa gak bisa nafas lagi ini. Tolongin Mama, Dareen." Tok! Tok! Belum sempat
Read more

BAB 83_PENGKHIANAT

"Tapi kamu tidak setara dan akan sulit mengimbangi suamimu, Dahlia. Jika ditilik, dulu, Mama kandungnya Aditya yang merintis pertama kali perusahaan Central Glori ini. Itu karena dia punya ilmu bisniss yang bagus. Aku akan mempertimbangkan kelanjutan hubungan kalian dengan satu syarat," ujar Hadi bersemangat.  "Apa itu, Pa?" "Masuklah dalam Central Glori. Bawa perusahaan menjadi lebih jaya lagi. Barulah kau pantas menjadi Nyonya di sini." Lemas kaki Dahlia mendengarnya. Ia tak memiliki keahlian apa-apa. Bahkan ia sering merasa kagum saat melihat Belinda seharian di depan laptop dengan tumpukan buku yang menggunung. Apakah dia akan melakukan hal seperti itu? Pantaskah dia?  "Ta-taapi, Pa. Aa-aaku tak punya ilmunya, Pa. Aa-akuu hanya lulusan SMA dan see-sekarang aku kuliah jurusan pendidikan anak TK. Membayangkan kerja di sana, rasanya tubuhku langsung mengempis Pa." Hadi
Read more

BAB 84_MERINDUKAN SARAH

Dahlia meraih kasar hijabnya dari tangan Indri. Ia menatap tanpa rasa takut pada ibu tiri suaminya itu. Wajah Indri yang semula garang tiba-tiba menjadi pias. Meski rambutnya tergerai, Dahlia menggunakan bergonya. Rambutnya yang panjang melebihi panjang hijabnya. Ia melangkah keluar dari kamar itu.  "Dahlia! Tunggu!" "Berhenti. Jangan bicara apapun. Cukup!" Praaank!  Pintu kamar itu tertutup dengan suara sangat keras. Dahlia menghentak masuk ke kamar suaminya. Hadi yang mendengar suara itu segera menuju kamarnya.  "Ada apa, Ma? Kamu marahin, Dahlia lagi?" Hadi melihat ikat rambut yang ia yakini milik Dahlia jatuh di lantai tepat di bawah tangan Indri.  "Kamu apakan dia, Ma? Sampai ikat rambutnya Dahlia ada di lantai." Indri hanya diam saja dengan tubu
Read more

BAB 85_PAPA!

Di sisi lain, Aditya melempar tas jinjingnya dengan nafas memburu. Ia langsung duduk menghempaskan dirinya ke sofa.  "Mas, kamu sudah pulang! Syukurlah. Ada yang ingin aku bicarakan. Hampir meledak dadaku ini, Mas. Makanya kusiram seluruh tubuhku ini," ujar Dahlia menggosok-gosok rambutnya yang basa dengan handuk.  Melihat suaminya diam saja, Dahlia mendekat. Ada guratan kegusaran di wajah Aditya. Perlahan Dahlia menyentuh bahu suaminya.  "Kamu kenapa, Mas?" "Apa yang harus aku lakukan, Dahlia?! Ibu tiriku itu telah berselingkuh. Dia telah mengkhianati ayahku. Maafkan aku, sejujurnya malam itu, aku juga melihatnya dengan laki-laki itu." Dahlia hanya menghela nafasnya.  "Hari ini juga aku tahu sebuah fakta, Mas. Tentang Dareen ...."
Read more

BAB 86_SERANGAN JANTUNG

Aditya berlari sekencang yang dia bisa. Berdebar kencang jantungnya melihat ayahnya sudah tak sadarkan diri bersamaan dengan sebuah kertas di tangan laki-laki tua itu. Tampak Indri sedang meraung-raung, merobek-robek kertas foto menjadi ukuran yang sekecil-kecilnya. “Bertahanlah Papa!” teriak Aditya langsung memapah ayahnya. Parjo yang baru saja terbangun karena semalam ronda masih sempoyongan dengan sarungnya berusaha mengambil kesadaran dengan langsung berlari membuka pintu mobil dan pintu gerbang. Dahlia mengikuti langkah suaminya yang melesat cepat. Mobil melaju dengan sangat kencang bersamaan dengan doa-doa yang terlantunkan dari mulut Dahlia. Di sisi lain, Dareen yang masih terlelap, sayup-sayup mendengar suara teriakan. Dengan kasar ia mengusap wajahnya, merasa itu hanya suara tivi yang biasa ayah tonton pagi-pagi. Ia memutuskan bangkit dan mencuci wajah. Perutnya lapar karena semalam dia mengerjakan proyek sketsa bangunan perumahan pesanan sebuah perusahaan properti. Ia memil
Read more

BAB 87_KEPUTUSAN NEKAT

Dahlia makin terisak. Kini keluarga itu sudah terpisah. Wajah Dareen di depan kelopak matanya. Pastilah pemuda itu akan sangat terpukul. Ia menoleh ke belakang dan benar, dia menemukan Dareen mematung di depan pintu. Pemuda itu tak berkata apa-apa selain tatapan kosong melihat ayahnya yang berbaring sembari menceraikan ibunya. Sempat dia beradu tatap dengan ayahnya, namun Hadi segera membuang pandang.  “Dareen …,” lirih Aditya.  Dengan cepat, Dareen membuka kembali pintu kamar itu dan berlari meninggalkan rumah sakit itu. Suara motornya menggelegar bahkan justru semakin ia gaskan. “Papa, Papa masih anggap Dareen anak Papa kan?” tanya Aditya tak sabaran. Meski ia tahu, mungkin bukan waktu yang tepat untuk membahas ini dengan kondisi ayahnya yang seperti itu. “Ja-jaa-jangan bica-bicarakan itu, aan-daai memo-hon kematian itu bo-boleh, aku ing-ingin ma-mati
Read more

BAB 88_MENCARI JAWABAN

Indri merasakan dunia sedang berguncang hebat lalu dia jatuh ke dalam lubang yang amat dalam dan gelap. Melihat Dareen sesak nafas sembari memegang dada, Indri tak bisa bersuara.  "Da-da-dareeeen!!!" teriak mulutnya sebisa yang dia mampu.  Wanita itu mengguncang-guncang tubuh anak laki-lakinya yang menggelepar. Dingin sekujur tubuh Dareen, perlahan kulitnya memucat. Indri berteriak sangat kencang. Nihil. Wanita itu segera mengambil kesadarannya. Ia menopang lututnya dan berlari keluar. Kakinya berlari tanpa jeda menuruni tangga rumah itu.  Kraaak! Kakinya terpeleset lalu tubuh tua Indri menggelinding melewati anak tangga yang kecil-kecil. Sekuat tenaga dia menahan kepalanya menggunakan tangan. Sakit sekali seperti habis diremuk redamkan namun itu sama sekali tak ingin dia rasa. Nyawa Dareen yang utama. "Tuhan, bantu aku, bantu aku! Demi anakku!"  
Read more

BAB 89_BOOM!

Indri gemetar dengan wajahnya yang sudah bengkak karena terlalu banyak menangis.  "Kenapa dia bisa menelan racun di depanmu?!!! Jawab aku!" teriak Aditya menghempaskan kedua tangannya sendiri. Laki-laki itu meremas rambutnya karena kepalanya sudah tak bisa berpikir lagi. "A-aaku tidak tahu, Aditya! Mungkin kalian terlalu kejam mengabaikannya, mentang-mentang dia bukan anak kandung Hadi Pratama!"  Wushhhh!  "Mas!" teriak Dahlia memperingati suaminya.  Tangan Aditya sudah melayang naik bersiap menampar Indri namun sekuat tenaga dia menahan dirinya.  "Aku kenal sekali adikku. Hatiku ini yakin sekali, tindakan Dareen ada kaitannya denganmu, Bu Indri. Perilakumu yang menjijikan itu pasti membuatnya tertekan dan kau makin menekannya agar terus melindungimu!" Mulut Indri terkunci. Ia memilih kembali menangis. Hatinya sed
Read more

BAB 90_KARMA

"Sarah! Sarah, ibumu yang telah meminum racun itu, Aditya!"Hening. Tidak ada perkataan apapun dari mulut Aditya. Wajahnya yang merah padam tadi tiba-tiba menjadi kosong. Seperti ringan rasa tubuhnya. Kakinya yang kokoh tak mampu menopang raganya. Tangannya meraba mencari pegangan, namun kosong. Meski sedetik, ia tak mampu berdiri lagi. Aditya merunduk, kedua tangannya menggapai lantai agar tak ambruk tubuhnya. "Mas!" teriak Dahlia meninggalkan Indri begitu saja. Mantan mertuanya itu hanya terus menangis meratapi nasib baiknya yang sudah berakhir. Baru saja Dahlia menyentuh suaminya, terlihat ayah mertuanya sedang berusaha menarik nafas dengan tersendat-sendat. Hadi Pratama yang mendengar ucapan Indri tiba-tiba merasakan nyeri dadanya yang merambat hingga bahu, leher, rahang, dan punggung. Semua menyentak begitu sangat cepat hingga membuat napas juga terasa berat sekali. Hadi mendongak ke atas, mencari udara yang terasa lebih menyakitkan daripada ditusuk ribuan jarum. Dahinya mengelu
Read more
PREV
1
...
7891011
...
15
DMCA.com Protection Status