Dareen sedang menghisap rokoknya sembari menikmati secangkir kopi bersama Cantika. Kini, gadis itu tinggal bersama adiknya. "Kalau kerjanya Mbok Micum gak bagus, kasih tahu saja aku. Dia saudara Mbokku di rumah. Aku yakin, dia juga telaten seperti kakaknya, Romlah.""Iya, Bang. Terimakasih," jawab Cantika.Hari itu, Dareen mengantarkan seorang art untuk adiknya itu. Namun Cantika tak banyak bicara. Gadis itu bahkan tak ingin menatap Dareen. "Bersabarlah atas apa yang menimpa kita, Cantika. Waktu tujuh tahun itu cukup setimpal untuk hukuman baginya," sindir Dareen. Cantika hanya diam saja. Ia sudah siap dengan yang dialaminya sekarang karena ia tahu, ayahnya memang sering melakukan tindakan kriminal"Dan juga, kubur dalam-dalam perasaan cintamu. Aku pun sudah melakukan hal yang sama sepertimu.""Dusta! Mudah bilang begitu karena kamu tak cinta padaku," sergah Cantika membuang wajah. Sulit sekali bibirnya memanggil Dareen dengan panggilan Abang. "Meski bukan kamu, tapi aku yakin, per
Baca selengkapnya