Home / Urban / KUKIRA MISKIN, RUPANYA CEO / Chapter 131 - Chapter 140

All Chapters of KUKIRA MISKIN, RUPANYA CEO: Chapter 131 - Chapter 140

149 Chapters

BAB 131_DEEEGH!

Aditya memegang bahu istrinya yang sedang merajuk. Ingin rasanya ia mengunci pintu dan menikmati momen suami istri. Meski ia tahu Dahlia pasti menolaknya, tapi ia selalu berhasil meredam semua emosi jika sudah menyatu bersama. Namun sekarang sayang, istrinya itu dalam kondisi nifas pasca keguguran. Aditya hanya bisa mencoba meraih tangan Dahlia dan benar saja, langsung ditepis kasar oleh wanita itu.  "Ayo dong, Dek. Harus berapa kali aku minta maaf?! Aku juga sudah minta maaf pada Dareen. Kalian kenapa sih kompak sekali. Aku mengakui, semuanya itu karena cemburuku yang luar biasa. Aku benar-benar ...." Aditya diam sejenak. Tangannya menggenggam dan berkeringat. Dahlia terlihat abai. Bahkan wanita itu memejamkan matanya sembari menunduk, menopang kepalanya di atas lututnya.  "Aku ... aku benar-benar mencintaimu, Dahlia. Aku mencintaimu. Aku sangat mencintaimu!" seru Aditya dengan wajah merah pias. &
Read more

BAB 132_PAYAH

Dahlia menyenderkan bahunya menatap ke kendaraan yang berlalu lalang. Ia mengembuskan napasnya berat. Akalnya mengatakan bahwa dia melakukan hal yang salah. Tak sepatutnya dia sekeras kepala itu. Bisa jadi, suaminya akan benar-benar berubah. Selalu ada maaf untuk orang yang benar-benar dicintai, bukan?  ''Entahlah ...," bisiknya pasrah.  Sibuk dengan segala pikirannya yang berkecamuk tak tentu arah, Dahlia disadarkan dengan jalan raya yang ia lewati berubah sepi, melewati bukit-bukit yang sisi kanannya jurang yang di bawahnya lautan. Ia bingung sekaligus pias. Itu bukan jalan ke rumahnya.  "Maaf, kita mau ke mana ya? Rumah saya gak lewat sini, Pak!" seru Dahlia memperbaiki posisi duduknya dengan perasaan was-was menyusup cepat.  Pengemudi itu hanya diam saja. Dahlia segera mengecek hpnya. Terlihat di aplikasi, mobil yang ia pesan sudah kehilangan jejak karena aplikasi sudah memutu
Read more

BAB 133_DIANCAM

"Eeeh jangan! Aku mau kasih kamu helm yang sama dengan yang kubuang tempo lalu!" seru Belinda melengking.  "Tak perlu!" "Aku sudah membelinya. Eeeh sebentar.Ooh Sayang, ya. Tentu. Kapan? Baiklah. Aku akan segera bersiap-siap. Hallo, Dareen?! Kamu masih di sana?! Aku mau kita ketemu di jalur simpang empat tak jauh dari rumahmu. Aku akan berikan helmmu! Cepat. Sebentar lagi aku jalan! Jangan buat aku menunggu!" Panggilan terputus. Dareen hanya mendecak kesal. Tapi ia pun menyayangkan jika benar-benar helm itu hilang. Setidaknya ketika dia menggonceng Cantika, gadis itu memiliki pengaman.  "Dasar wanita gila," umpat Dareen malas sembari melihat ke bawah. Ia sudah tak melihat Aditya. Dareen turun dan melajukan mobilnya. Pemuda itu benar-benar menunggu untuk helmnya. Sudah 15 menit ia menunggu dan hampir akan meninggalkan tempat itu hingga sebuah mobil mewah terparki
Read more

BAB 134_TERENGGUT

"Jangan, Pak!" Belinda menggeleng keras berkali-kali. Gemetar sekujur tubuhnya sembari terus beringsut mundur. Selangkah, dua langkah, hingga tubuhnya berhenti karena tersentak dinding. Ia merasa seperti sedang berada di dalam kobaran api yang sebentar lagi akan meluluhlantakkan hidupnya hingga menjadi abu. "Kenapa tidak mau?! Lalu selama ini kamu anggap apa hubungan kita?!" "Te-te-terserah, Bapak! Aku kan juga sudah kasih ...." Belinda tak mampu melanjutkan ucapannya. Sekarang ia merasa benar-benar sangat takut. Takut yang tak pernah ia alami sebelumnya. Tangannya mengepal karena rasa dingin menjalar begitu sangat cepat ke sekujur tubuhnya. "Sekedar untuk menyusuri wangi tubuhmu melalu lehermu itu, aku sudah tak bisa puas lagi, Belinda. Kita lakukan lebih ya, Sayang. Kujamin, kamu akan menikmatinya." Kraaak! Suara benturan besi dari sabuk Mandala yang dijatuhkan membuat Belinda terkinjat hebat. Nanar matanya melihat celana hitam laki-laki itu jatuh dan menyisakan celana dala
Read more

BAB 135_TAMU

Mandala segera memungut pakaiannya dan mengenakannya kembali. Ia mengusap keringatnya yang bagai hujan dengan baju Belinda yang terserak. Mandala melemparkan jaket kulitnya pada Belinda yang masih melipat diri. "Pakailah lagi bajumu, Sayang! Akan ada tamu yang akan datang. Mungkin kamu akan senang bertemu dengannya. Tutupi tubuh indahmu dengan jaket ini!" Reflesks Belinda menatapnya. Senyum seringai di wajah laki-laki itu membuat Belinda semakin benci seolah-olah rasa sakit yang dia rasakan sekarang tidak berarti apa-apa.  "Kau tak perlu bertanya, nanti juga kamu lihat sendiri!" Meski pakaiannya acak-acakan karena lipatannya yang banyak mengkerut, Mandala membuka pintu. Rupanya laki-laki itu menaruh kunci di dalam sepatunya yang dia letakkan begitu saja di pojok dinding. Benar-benar licik! Belinda tak berkedip menatap laki-laki itu dan makin benci. Ia segera mengenakan bajunya yang beberapa sisi
Read more

BAB 136_KEYAKINAN

Dahlia meronta-ronta mencoba melonggarkan ikatan tangannya. Ia sangat yakin, Belinda terlibat.  "Jangan menatapku sekeji itu. Aku di sini adalah korban," ucap Belinda mengerti arti tatapan Dahlia padanya. Dahlia terus saja mundur, meronta tak sudi Belinda dekati. Terlihat urat-urat kecil di bola mata Dahlia yang merah karena menahan amarah. Belinda memutuskan untuk berhenti. Ia menatap Dahlia dengan rasa sedih yang tak berperi. Bagaimana tidak? Dahlia pastilah sudah memberikan kehormatannya sebagai wanita kepada suaminya. Sedangkan dia, baru saja terjamah tanpa ampun.  "Kamu tak usah takut. Aku lebih dulu disiksa di sini," lirih Belinda yang disambut sorot mata tajam Dahlia.  Belinda membuka jaket kulit yang dipakainya. Langsung terlihat beberapa robekan baju gadis itu dengan kulitnya yang memerah di berbagai sisi. Belinda menahan air matanya kala maniknya
Read more

BAB 137_BERTAHANLAH!

Dahlia sudah bersiap di pojok dinding dengan wajahnya yang sudah tertutup oleh hijab, selayaknya cadar. Ia akan mengerahkan segala kekuatan dan berat tubuhnya di kaca itu. Berharap kaca itu akan pecah berserak. Belinda berlari, menarik tangan Dahlia.  "Kita cari jalan keluar lain! Aku takut, ini mengancam nyawamu, Dahlia!  "Kita tak punya jalan lain. Kebebasan ini harus diperjuangkan!" Belinda menggeleng.  "Mungkin kita bisa mengadakan negosiasi dengan mereka," ucap Belinda.  "Di otak Mandala dan anak buahnya, tidak ada kesepakatan kecuali urusan lendir. Aku tak akan memberikan mereka kesempatan," ucap Dahlia datar.  Lagi-lagi Belinda menggeleng.  "Kamu harus tahu, Bel. Tidak semua orang berangkat dari yang indah-indah, seperti dalam sebuah dongeng putri raja dan pangeran. Faktanya, jauh lebih banyak kisah ra
Read more

BAB 138_MALAM MENCEKAM

"Berhenti!" Dahlia semakin kencang mengayunkan langkah. Tapi sayang, Belinda sudah tak sanggup lagi. Gadis itu langsung ambruk dan ikut membuat tubuh Dahlia terjatuh. Mereka berada di kaki bukit yang cukup curam untuk dituruni dan itu membuat kedua tubuh wanita itu menggelinding jatuh. "Aaaarghhh!" teriak Dahlia ketika dadanya terbentur batu gunung. Untung saja organ dalam manusia terlindungi tulang rusuk yang amat keras, jika tidak, bisa dipastikan, ia sudah tak memiliki jantung. Kedua tangan Dahlia langsung mengusap wajahnya yang tertutup debu. Ia mencari keberadaan Belinda dan melihat tubuh gadis itu sedang tertahan oleh pohon yang dikelilingi semak. Dahlia langsung berlari meski dadanya terasa berdenyut nyeri. "Bel!" teriak Dahlia menepuk Belinda yang pingsan. Dahlia benar-benar dalam ketakutan yang luar biasa karena Mandala dan anak buahnya sedang mendekat dan semakin dekat. Mereka terlihat tertawa gelak dengan wajah berkeringat. "Belinda!" Di tengah rasa paniknya, Da
Read more

BAB 139_TERIAKAN BATIN

Tanpa berucap apa pun, Munir langsung mengangkat tubuh Dahlia dengan kasar. Munir, preman yang memiliki otot besar dan memang terlihat lebih kuat dari kawannya. Dahlia oleng kiri kanan saat tubuhnya dipapah di atas pundak Munir. Wanita itu tak tinggal diam. Kembali dia memukul-mukul punggung Munir bahkan Dahlia mencakarnya dengan brutal.  Buughh!  Toyor langsung memukul tengkuk Dahlia hingga wanita bergeming, tak sadarkan diri.  "Aku akan membunuh Mandala kalau sampai dia tak memberikan kita upah yang besar atas tugas sialan ini!" seru Munir mulai terengah-engah karena harus menaiki kaki bukit dengan membawa beban tubuh manusia dewasa.  "Nanti di pertengahan, aku gantikan," ucap Toyor datar.  Pucuk bangunan villa itu sudah terlihat, sebentar lagi mereka sampai. Munir menurunkan tubuh Dahlia yang masih pingsan. Toyor sudah bersiap akan membawa wanita itu n
Read more

BAB 140_CUKUP JAUH

Beberapa Jam Yang Lalu Aditya segera turun dari mobil lalu menuju kamar Hadi Pratama. Ayahnya harus tahu, Dahlia sedang diculik. Namun belum sampai dia masuk, terlihat seorang dokter sedang bicara dengan Parjo dan Suparman di depan kamar Hadi. Aditya langsung berlari kecil mendekat.  "Apa yang sedang terjadi?"  "Tuan Besar drop, Tuan. Dadanya tiba-tiba terasa sakit dan sempat pingsan," tutur Parjo panik.  Aditya langsung mengusap wajahnya kesusahan. Gamang hatinya. Ia menoleh pada dokter yang baru saja menyerahkan resep pada Suparman.  "Beliau sepertinya sedang memikirkan hal yang berat. Tensinya tak aman. Jika tak ada perubahan sampai besok pagi, tolong langsung dibawa ke rumah sakit. Kami akan mengecek kondisi jantungnya dan akan cek darah. Saya tunggu," ucap dokter itu. Secara tak sengaja, Dareen pun mendengar ucapan dokter itu. Pandang
Read more
PREV
1
...
101112131415
DMCA.com Protection Status