Semua Bab Dipaksa Foto Tanpa Busana oleh Suami: Bab 131 - Bab 140

260 Bab

131. Diagnosa

"Ini, makanlah!" Perdana bagi seorang Jelita membuatkan sarapan. Pagi ini di luar hujan. Syabil tidak bisa keluar untuk mencari sarapan. Alhasil, dengan menggunakan bahan yang ada, yaitu mi instan dan juga telur, Jelita berhasil membuat mie goreng ala kadarnya. "Non masak?" tanya Syabil heran. Biasanya, ia yang disuruh masak. Anak bosnya itu mana mau pergi ke dapur, apalagi kalau sampai bau bawang dan kompor."Iya dan kamu harus makan. Ini pertama kali aku masak," jawab Jelita sambil tersenyum."Non gak sakit kan?" tanya pemuda itu lagi. Jelita hanya menyeringai saja. "Nggak, makan dong! Aku udah capek buatnya. Tuh, badan aku sampe basah." Jelita berputar untuk memperlihatkan bagian punggungnya yang tertutup kaus, tetapi basah. "Iyalah, rugi saya gak makan. Non juga makan." Syabil mengambil nasi di rice cooker dan juga mi dalam panci ukuran sedang. Keduanya makan tanpa suara, hanya denting sendok yang beradu dengan piring, lalu suara cecapam keduanya saat mengunyah."Apa gak sebaik
Baca selengkapnya

132. Bagian dari Karma

Suara pekik Bu Gina bisa didengar oleh Denis dan Satrio. Wajah mereka berdua pucat, karena merekalah yang sudah tiga harian ini berhubungan dengan Juragan Andri. Keduanya menghampiri dokter yang tengah berbicara dengan Bu Gina."Dok, bagaimana cara HIV bisa tertular? Karena kami berdua yang terus bersama bos kamu?" tanya Denis dengan panik. "HIV dapat ditularkan melalui cairan tubuh, seperti air liur, darah, air mani, cairan di organ intim wanita, dan juga air susu ibu yang terjangkit HIV. Mas berdua bisa melakukan pemeriksaan lengkap seperti antigen, PCR dan juga NATs. Bisa lewat rekomendasi saya. Jika memang kalian berdua khawatir. Saya akan berikan pengantar pemeriksaannya." Denis dan Satrio mengangguk serentak. "Dok, gabung saja total pemeriksaan dua orang ajudan ini dengan tagihan kakak saya. Saya yang akan bayar semua.""Tidak bisa, Bu, mereka akan tetap menjalani tes masing-masing dengan nota biaya yang masing-masing juga.""Baik, Dok, saya paham." Denis dan Satrio pergi me
Baca selengkapnya

133. Pekerjaan untuk Syabil

Denis dan Satrio dinyatakan negatif HIV. Hasil pemeriksaan darah, antigen, PCR, semua aman dan bagus. Hasil urine pun baik. Tebakan darah juga normal. Keduanya bersih dari virus mematikan itu. Denis dan Satrio terus bersyukur tidak henti-hentinya karena sudah diselamatkan dari penyakit mematikan yang bisa membuat mereka dijauhi keluarga. Kini keduanya sudah berada di depan ruangan isolasi Juragan Andri. Di dong kaca menjadi pembatas karena tidak sembarang orang bisa masuk ke sana. Denis mengangkat kertas bertuliskan 'Kami negatif Juragan dan kami ijin mengundurkan diri. Kami hanya minta upah kerja di sini dan ongkos pulang. Mohon maaf tidak bisa membantu lebih lanjut'Juragan Andri menggelengkan kepala, tetapi adiknya; Bu Gina yang berdiri di depan mereka, mengangguk setuju."Ayo, ikut saya ke depan!" Bu Gina menggiring keduanya keluar dari ruangan isolasi. Duduk di kursi tunggu yang tidak jauh dari lift. "Berapa horor yang dijanjikan adik saya, selama kalian ikut menemaninya di si
Baca selengkapnya

134. Adis Kembali Datang

"Halo, Tom, lu ada di dalam rumah?" "Iya, Den. Lu di mana? Masih di Thailand apa udah balik?""Gue lagi di Jakarta. Di rumah sakit. Satrio dan gue harus periksa lagi.""Loh, kenapa? Terus Juragan Andri gimana?" "Lu punya nomor telepon istri muda juragan gak? Kalau ada, gue minta.""Gak ada. Kenapa emang? Juragan Andri gak suka ditelepon sama bini mudanya. Dia juga larang gue buka pintu rumah ini jika bini mudanya datang.""Waduh, sampe segitunya ya. Ini sih, gue bukan mau nakutin lu. Juragan positif HIV.""Hah? Kena HIV? Kok bisa?""Ya, bisa, orang doyan jajan. Icip ranjang sana-sini. Meskipun berkedok nikah siri, tetap saja aneh. Masa sebulan bisa dua kali. Setahun bisa delapan sampai sepuluh kali, ha ha ha ....""Waduh, gue kudu periksa juga dong! Lu serius nih?""Iya, gue serius. Udah sana lu tes antigen, PCR sama NAts. Minta tambahan biaya sama adik juragan. Nanti gue kasih kontaknya.""Oke, makasih, Den. Semoga lu dan Satrio sehat ya."Tomi langsung bangun dari duduknya. Ia men
Baca selengkapnya

135. Tolong Saya!

Luisa berhenti sejenak mengetuk botol air mineral ke pintu karena tangannya yang pegal. "Tuh, suaranya hilang. Rumah ini karena sudah sangat lama tidak berpenghuni, banyak yang bilang rumahnya berhantu, Mbak. Mungkin suami Mbak sudah tidak menyewa di sini lagi. Setahu saya pemilik rumah ini tinggal di Jakarta dan anak serta cucunya sekali-kali saja melihat rumah ini dan gak pernah nginep di sini juga." Adis pun tidak punya pilihan lain untuk menerima pernyataan para tetangga."Mungkin saja, Pak. Baiklah, saya sepertinya harus pulang ke kampung saja. Makasih atas pengertiannya,Pak. Mari, saya permisi." Adis pun pergi menjauh. Ia berjalan menyusuri trotoar sembari memesan ojek online. Mungkin ia harus menyerah karena memang tidak ada harapan. Perutnya keroncongan, Adis melihat ada warung nasi kucing tidak jauh dari tempat ia berdiri saat ini. Wanita itu memutuskan untuk makan saja sebelum kembali ke penginapan. Sambil memaksakan nasi masuk ke dalam tenggorokannya, meskipun tidak berse
Baca selengkapnya

136. Tamparan

"Kandungannya sehat. Sudah tiga puluh lima Minggu. Pakaian bayi untuk proses persalinan sudah disiapkan?" tanya dokter kandungan pada Nisa. Gadis itu menggelengkan kepala. Begitu banyak masalah silih-berganti menghampiri beberapa Minggu ini, membuatnya lupa kalau ia belum sama sekali menyiapkan keperluan lahirannya."Memangnya sudah boleh beli, Dok?" tanya Pak Darmono. Dokter wanita itu tertawa pelan."Gen-Z jaman old emang apa-apa pamali jika sebelum tujuh bulan ya kan, Pak. Tapi dalam dunia kedokteran boleh-boleh saja. Untuk persiapan juga, siapa tahu lahirnya maju. Tidak tiga puluh sembilan Minggu, tapi tiga puluh delapan. Kalau sudah disiapkan, saat mules, tinggal angkut kopernya. Siapkan saja baju bayi tiga stel, baju ibunya tiga stel. Popok dan bedongan masing-masing empat buah. Jangan lupa kain flanel untuk membungkus bayinya. Boleh bawa lebih atau mau bawa empat juga gak papa. Jaga-jaga dedek bayinya banyak pipisnya. Sama satu lagi, gurita untuk ibunya atau korset juga bisa. B
Baca selengkapnya

137. Ilmu Tenaga Dalam

Levi kembali ke hotel tempat ia menginap. Luka di bibirnya membuat pria itu harus mengompresnya dengan es. Tidak ada es batu di kamarnya, yang ada minuman dingin kaleng dan minuman itu pula yang ia gunakan untuk mengompres.Ia mengira kemunculannya di depan Pak Darmono bisa membuat mereka berdua berdamai, tetapi ia lupa akan Abdi yang sudah ia buat koma. Ia hanya minta orang suruhannya mencelakai Abdi, bukan untuk membuatnya koma.Gila, tenaga wanita itu besar juga. Dua sudut bibirku sampai robek begini. Ck, adik kakak yang sepertinya memang jago bela diri. Batin pria itu.Levi membuka kemeja yang ia kenakan tadi untuk melihat bekas jari telunjuk Nisa. Wajahnya nampak terkejut karena bagian dadanya biru. Itu menunjukkan bahwa istri dari Pak Darmono itu menggunakan tenaga dalamnya untuk menekan dadanya. "Aw!" Pekiknya saat meraba tanda biru itu. Sakit sekali dan pria itu mulai merasakan nafas yang sesak. Ia tidak ingin mati konyol di hotel tanpa ada yang tahu, karena napasnya yang ses
Baca selengkapnya

138. Di sana Sakit. Di sini juga Sakit

Langit malam menyapa, Levi masih merasakan sesak pada napasnya. Jika saja ia punya keberanian, maka bisa saja ia bercerita pada mamanya bahwa ia terluka oleh adik iparnya Luisa, tetapi mamanya tidak tahu bahwa ia juga sudah menyebabkan suami Luisa masih koma sampai saat ini. Ia bisa dipenjara jika mamanya tahu ia bersalah karena sudah mencelakakan orang lain."Apa kita harus pindah rumah sakit di Jakarta yang lebih lengkap? Levi masih sesak napas kuat gitu. Kok bisa sih ya. Levi gak punya riwayat sakit sesek napas dan di keluarga Mama juga gak ada.""Mungkin sesaknya dari lambung atau jantung, Ma. Kalau sudah berat, lambung yang sakit atau jantung maka bisa sesak napas." Bu Hera kembali memandang putranya yang napasnya naik-turun dengan wajah pucat. "Nunggu aja dulu, Ma. Konfirmasi saja ke dokternya." "Sebelum sesek napas, dia ngapain ya?" Bu Hera yang penasaran menghampiri Levi yang masih tidak bisa berkomunikasi dengan baik."Kamu ada makan apa, Nak? Kenapa bisa sesak napas?" Levi
Baca selengkapnya

139. Syabil Bertemu Adik Juragan Andri

"Iya, HIV. Makanya tugas kamu hanya memantau saja dari sini. Kamu gak perlu masuk dan gak boleh masuk, meskipun dipanggil oleh adik saya. Semua harus atas izin saya. Kemudian, kamu wajib menginformasikan kepada saya semua yang terjadi pada adik saya. Kamu juga wajib bertanya secara rinci pada dokter. Apapun itu perkembangan adik saya harus diinformasikan pada saya serinci mungkin.""Jadi saya tugasnya duduk di sini saja?" tanya Syabil memastikan kursi tunggu yang ada di dekatnya. Bu Gina mengangguk. "Jika kamu mau, saya akan berikan sebagian bayaran kamu sebesar tiga ribu bath. Seribu lima ratus saya berikan di awal karena mungkin mahasiswa seperti kamu perlu uang saku untuk makan." Syabil menimbang-nimbang dengan matang. Jawabannya pun pasti mau saja karena ia harus tahu kondisi juragannya. "Setuju, Bu. Kapan saya mulai kerja? ""Hari ini. Maksud saya, kamu langsung saja bekerja hari ini. " Bu Gina mengeluarkan uang rupiah senilai seribu lima ratus Bath untuk ia berikan pada Syabil
Baca selengkapnya

140. Rumah yang Disewa

Sambungan telepon terputus. Syabil hanya bisa menghela napas berat dengan perasaan sedih. Sebenarnya ia ingin segera menikahi Rinai, tetapi iansedag bekerja dan tidak tahu kapan urusannya akan selesai. Jika diminta buru-buru, maka ia tidak bisa. Ting! Sebuah pesan dari Jelita masuk ke ponselnya. Jangan lama-lama pulangnya. Aku sendirian di rumah. Kalau nanti aku diculik gimana? Syabil tertawa membaca pesan lebay majikannya. Masih lama saya pulangnya Non. Nanti kunci saja pintu kamar ya. Mungkin saya balik jam dua belas. SendSejak ia duduk menunggu di kursi, belum ada dokter yang datang memeriksa Juragan Andri. Hanya ada perawat yang masuk ke ruangan isolasu itu sambil membawa makanan dan juga untuk mengecek suhu tubuhnya. Setelah itu, sampai ia bosan menunggu, tidak ada terjadi hal yang aneh lagi. Pukul dua belas malam pun tiba, Syabil mengirimkan pesan pada Bu Gina bahwa sejak sore sampai malam tidak ada dokter yang visit. Semua dalam keadaan ama terkendali. Setelah itu baru
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1213141516
...
26
DMCA.com Protection Status