All Chapters of Dipaksa Foto Tanpa Busana oleh Suami: Chapter 121 - Chapter 130

260 Chapters

121. Khawatir

“Sudah dapat kabar dari Luisa?” tanya Pak Darmono pada istrinya. Nisa melihat ke layar ponselnya, lalu menggeleng.“Udah coba telepon? Ini sudah satu jam. Tumben belum ngabarin. Katanya begitu udah naik kereta, Luisa mau kabari kita,” kata pria itu dengan perasaan cemas. Nisa menurut. Gadis itu menekan kontak anak sambungnya, tetapi tidak tersambung. “Kenapa gak bisa ya, Pa?” tanya Nisa ikut kebingungan.“Apa mungkin ponselnya mati? Ya sudah, besok pagi telepon lagi saja.” Pak Darmono terpaksa menyerah karena putrinya tidak bisa dihubungi. Sejak siang, ia mencoba mengusir rasa gundah tentang Luisa. Namun, rasa cemas semakin kuat setelah Luisa berangkat dengan taksi online.Di sebuah rumah, tempat Luisa dibawa untuk sementara, sudah ada lelaki tua yang tidak tahu diri, tengah memandangi wanita cantik berkerudung yang tengah lelap di ranjangnya. Cadar wanita itu ia buka, tetapi kerudung besarnya tetap terpasang, walau sudah tidak rapi lagi. Pria itu terus mengagumi kecantikan
Read more

122. Strategi

“Mana? Kata kamu Luisa mau datang ke sini?” tanya Levi pada Rana. Wanita itu mengecek ponselnya, lalu mencoba menelepon Luisa.“Harusnya pagi ini sampai, Tuan. Kemarin Non Luisa bilang ke saya akan balik ke Jakarta, naik kereta api sore. ini sudah jam sembilan pagi dan harusnya sudah sampai di sini. Apa Tuan punya nomor Non Luisa yang laon? Coba telepon. Non Luisa bahkan menunjukkan nomor tiket kereta, ini!” Rana memberikan bukti screenshoot percakapannya dengan Luisa kemarin siang. Levi mengirimkan bukti chat itu ke ponselnya. “Terima kasih, Rana. Saya akan cek langsung di keberangkatan.” Rana mengangguk. Ia sama sekali tidak keberatan dengan apa yang ia lakukan, karena memaksa Levi untuk menikahinya sama saja seperti ia tengah menggali gunung Himalaya dan itu mustahil. Rana sudah memutuskan ia cukup bersikap baik pada Levi dan semua orang yang baik padanya.Levi masuk ke ruang kerjanya. Lalu ia mencatat nomor keberangkatan serta nomor kursi yang ada pada tiket kereta milik Luisa
Read more

123. Strategi Part2

isa hanya bisa diam saat menyadari bahwa ia sedang diculik oleh seseorang. Namun, ia tidak begitu yakin yang melakukan ini adalah Levi karena ia akan mendatangi Levi, kenapa harus diculik? Semua kalimat tayang bersliweran di kepalanya. Luisa terus mengingat siapa lagi musuhnya selain Levi. Ada Edmun, tetapi Edmun dipenjara dan belum waktunya bebas. Cklek! Cklek! Suara anak kunci diputar dua kali. Seorang lelaki memiliki postur tubuh tinggi dan besar masuk ke dalam kamar yang ditinggali Luisa. Wanita itu sibuk mencari keberadaan cadarnya, tetapi tidak ada. Terpaksa dengan tangan kanannya ia menutup sebagian wajahnya, yaitu bagian hidung dan mulut. “Siapa kamu? Saya gak kenal kamu? Kenapa saya ada di sini?!” tanya Luisa dengan ketus. “Biasa saja bicaranya, Nona. Saya hanya orang suruhan pria yang tergila-gila dengan Nona. Mungkin hari ini dan besok dia masih sibuk, tetapi lusa, bersiaplah untuk berpetualang bersama bos saya. Orangnya baik dan doyan perempuan pastinya, ha ha ha ….
Read more

124. CCTV Rumah Sakit

“Tomi, saya akan berangkat malam ini ke Thailand. Saya titip kamu urus calon istri saya. Jangan sampai dia kesusahan dan juga kelaparan. Jangan lupa pastikan kamarnya selalu terkunci. Ada masalah sedikit dengan putri saya. Semoga lusa saya bisa balik ke Indonesia.”“Baik, Juragan. Serahkan semua pada saya. Saya pastikan calon istri Juragan tidak akan kelaparan. Paling bosan saja karena TV di kamar rusak.”“Beli yang baru! Saya akan kirim uangnya untuk membelinya. Beli yang paling besar sekalian. Jangan coba korupsi uang untuk calon istri saya kalau kamu masih mau kerja sama saya!”“Siap, Juragan!”Juragan Andri sudah mendapatkan tiket untuknya dan juga untuk dua ajudannya Samuel dan juga Dedi. Mereka akan berangkat pukul sembilan malam ini. Juragan Andri terbang dahulu ke Jakarta agar ia bisa berangkat bersama dua ajudannya yang lain. Luisa memandang pintu kamar dengan tatapan nanar. Ia mencoba membukanya, tetapi tidak bisa. Ia juga mencoba membuka jendela kamar, nyatanya
Read more

125. Rana Mendapatkan Informasi

Levi pun melakukan hal yang sama. Ia juga mengerahkan semua orang suruhannya untuk mencari jejak Luisa, tetapi hingga tiga hari berlalu, wanita pujaan hatinya belum juga ditemukan. Pria itu begitu cemas dan sangat takut sesuatu yang buruk terjadi pada Luisa. Rana bisa merasakan kekhawatiran suaminya akan wanita lain. Ia tidak marah apalagi cemburu. Toh, hubungannya dengan Levi memang sebatas kerja sama saja. Kurang lebih dua bulan lagi, bayi perempuannya akan lahir dan kontraknya pun selesai. Ia harus meninggalkan putrinya nanti dengan Levi. Drt! Drt!Getar ponsel miliknya membuat Rana tersentak dari lamunannya. Ia merogoh saku dan melihat ada nama bapaknya di layar ponsel. Sekilas ia melirik suaminya yang masih melamun menatap halaman rumah yang sedang dirapikan oleh beberapa tukang kebun, lalu memilih masuk ke kamar untuk mengangkat telepon itu."Halo, Pak.""Halo, Rana, gimana kabar kamu?""Rana sehat, Pak. Bapak dan Mbak Adis apa kabar?""Mm ... Bapak mah sehat, Mbak Adis yang l
Read more

126. Hujan Deras yang Berkeringat (21+)

Beda Levi, beda pula dengan Jelita yang hampir mati kebosanan di dalam kamar apartemen sederhana. Bolak-balik ia melihat ke arah jendela, khususnya menjelang sore hari karena ada banyak orang lalu-lalang. Memang apartemen yang ia tinggali terletak di daerah sedikit kumuh dan padat penduduk, tetapi suasana sore hari yang ramai cukup membuat seorang Jelita sedikit terhibur."Sampai kapan kita seperti ini? Aku bosan," tanya Jelita sambil berdecak kesal. "Sabar, Non, baru juga berapa hari. Belum setahun." Syabil tertawa. "Setahun di kamar ini berdua kamu, bisa-bisa aku hamil anak kamu dan itu gak mungkin. Kamu bukan seleraku." Syabil tertawa remeh."Saya sudah ada calon istri di kampung. Baik, manis, sederhana, dan yang paling penting adalah masih gadis. Saya suka yang original alami. Bukan hasil operasi plastik." Jawaban Syabil membuat Jelita memutar bola mata malas. "Lelaki itu, lain di mulut, lain di hati." Jelita naik kembali ke ranjang. Hanya itu yang bisa ia lakukan di apartemen.
Read more

127. Menerima

Nonton di bioskop, makan es krim, makan makanan enak di restoran, serta membeli beberapa perlengkapan bayi. Usia kandungannya sudah tujuh bulan dan sudah tiba saatnya untuk menyiapkan persalinan. Levi tidak bisa protes karena ia butuh info Luisa. Pria dewasa itu hanya ikut ke sana-kemari sesuai dengan langkah kaki Rana. "Kamu gak capek? Belanjaan ini sudah banyak," tanya Levi sambil mengangkat empat paper bag di tangannya."Sebentar lagi, Tuan. Kita belum beli botol susu dan alat untuk mensterilkan botol.""Untuk apa botol?" tanya Levi bingung. Rana tertawa."Masa Tuan lupa? Saya cuma jadi istri sampai melahirkan dan pasti untuk seterusnya bayi kita pakai botol untuk minum dan makan. Karena kontrak saya habis. Saya harus pergi, bukan begitu?" Levi terdiam. "Apa perjanjiannya seperti itu?" tanya Levi lagi. Ia tidak ingat betul point apa saja yang tercantum dalam kontrak."Iya, Tuan yang buat, masa Tuan lupa? Udah, ini bagus kayaknya. Saya bawa ke kasir ya." Rana berjalan ke arah kasi
Read more

128. Luisa Memohon

"Mas, kenapa saya ditahan di sini? Kenapa tidak bebaskan saya? Saya salah apa sama Mas dan majikan Mas?!" Teriak Luisa histeris dari kamarnya. Namun, Tomi tidak mau menyahut. Tugasnya hanya menjaga, serta memastikan bahwa calon istri majikannya tidak kabur. Ia tidak punya wewenang untuk mencampuri urusan rumah tangga majikannya."Mas, tolong saya! Saya lagi hamil. Apa Mas gak punya orang tua? Mas gak punya ibu? Mas gak punya adik atau kakak perempuan? Saya hamil, Mas, tolong saya keluarkan dari sini!" Luisa masih terus berteriak dari kamarnya. Meskipun ia tahu sia-sia, paling tidak dengan berteriak, ia bisa meluapkan emosi. Tidak ada sahutan seperti yang ia inginkan, membuat Luisa akhirnya menyerah. Tengah malam, tidak tahu jam berapa, wanita itu memutuskan untuk mengambil wudhu dan solat. Ia menggunakan mukena yang memang dipinjamkan lelaki yang menyekapknya. Ia tidak mampu membebaskan diri, maka ia minta pada Tuhan untuk membebaskannya dari orang jahat yang hendak mengganggu, serta
Read more

129. Dilarikan ke Rumah Sakit

Dua orang ajudan itu terus mengetuk pintu kamar apartemen Juragan Andri. Karena sampai malam hari, bos mereka tidak juga keluar kamar. Di telepon pun tidak aktif. Keduanya takut sesuatu yang buruk terjadi pada Juragan Andri.Brak!Mereka berdua mencoba mendobrak pintu kayu kokoh itu, tetapi tidak bisa. Denis akhirnya memutuskan pergi ke bagian resepsionis untuk meminta bantuan. Ia tidak berani mendobrak pintu kamar karena khawatir menimbulkan masalah. Seorang petugas keamanan dan juga salah satu petugas resepsionis menggunakan kartu khusus untuk membuka pintu kamar tanpa mendobrak. "Juragan, ya ampun, pingsan." Satrio dibantu oleh Denis dan satu petugas keamanan membawa Juragan Andri turun dengan lift darurat. Denis mengendarai mobil yang disewa oleh juragan untuk membawa bos mereka itu ke rumah sakit. Juragan Andri langsung masuk IGD rumah sakit. Dengan menggunakan translator di gugel, Satrio menceritakan hal yang terjadi pada majikan mereka. Tentu saja bukan dengan bahasa Thailan
Read more

130. Adis Sampai di Yogyakarta

Luisa memperhatikan seluk-beluk kamar yang ia tiduri. Untungnya CCTV kamar tidak ada, tetapi wanita itu yakin, ada CCTV di luar kamarnya. Luisa berjalan ke jendela untuk melihat apakah ia bisa mendobrak jendela itu. Namun, sangat disayangkan jendela itu sudah dipaku mati. Belum lagi teralis yang ada di setiap bingkai jendela. Luisa terduduk lemas di ranjang. Tidak ada celah untuk ya keluar, sedangkan ia sudah tidak tahan ingin keluar dan kembali bersama suaminya.Suara anak kunci diputar dua kali. Tandanya prianya yang biasa datang membawakan makanan, akan masuk untuk mengambil piring kotor, bekas makan siangnya. "Mas, sampai kapan saya di sini? Saya lagi hamil. Saya perlu periksa ke dokter," cecar Luisa dengan begitu memohon . Tomi tidak menyahut. Ia hanya melihat sekilas, lalu segera keluar dari kamar Luisa. Tidak lupa ia meletakkan satu gelas yang isinya berwarna kuning. Aromanya seperti jus mangga."Mas, jawab saya! Sampai kapan...."Brak!Pintu kamar ditutup keras, lalu terdeng
Read more
PREV
1
...
1112131415
...
26
DMCA.com Protection Status