"Iya, HIV. Makanya tugas kamu hanya memantau saja dari sini. Kamu gak perlu masuk dan gak boleh masuk, meskipun dipanggil oleh adik saya. Semua harus atas izin saya. Kemudian, kamu wajib menginformasikan kepada saya semua yang terjadi pada adik saya. Kamu juga wajib bertanya secara rinci pada dokter. Apapun itu perkembangan adik saya harus diinformasikan pada saya serinci mungkin.""Jadi saya tugasnya duduk di sini saja?" tanya Syabil memastikan kursi tunggu yang ada di dekatnya. Bu Gina mengangguk. "Jika kamu mau, saya akan berikan sebagian bayaran kamu sebesar tiga ribu bath. Seribu lima ratus saya berikan di awal karena mungkin mahasiswa seperti kamu perlu uang saku untuk makan." Syabil menimbang-nimbang dengan matang. Jawabannya pun pasti mau saja karena ia harus tahu kondisi juragannya. "Setuju, Bu. Kapan saya mulai kerja? ""Hari ini. Maksud saya, kamu langsung saja bekerja hari ini. " Bu Gina mengeluarkan uang rupiah senilai seribu lima ratus Bath untuk ia berikan pada Syabil
Sambungan telepon terputus. Syabil hanya bisa menghela napas berat dengan perasaan sedih. Sebenarnya ia ingin segera menikahi Rinai, tetapi iansedag bekerja dan tidak tahu kapan urusannya akan selesai. Jika diminta buru-buru, maka ia tidak bisa. Ting! Sebuah pesan dari Jelita masuk ke ponselnya. Jangan lama-lama pulangnya. Aku sendirian di rumah. Kalau nanti aku diculik gimana? Syabil tertawa membaca pesan lebay majikannya. Masih lama saya pulangnya Non. Nanti kunci saja pintu kamar ya. Mungkin saya balik jam dua belas. SendSejak ia duduk menunggu di kursi, belum ada dokter yang datang memeriksa Juragan Andri. Hanya ada perawat yang masuk ke ruangan isolasu itu sambil membawa makanan dan juga untuk mengecek suhu tubuhnya. Setelah itu, sampai ia bosan menunggu, tidak ada terjadi hal yang aneh lagi. Pukul dua belas malam pun tiba, Syabil mengirimkan pesan pada Bu Gina bahwa sejak sore sampai malam tidak ada dokter yang visit. Semua dalam keadaan ama terkendali. Setelah itu baru
Ada suara minta tolong di rumah besar yang jaraknya dua rumah dari rumah kita, Pa. Bukan sekali, tapi berkali-kali. Hanya malam saja yang tidak. Pak Darmono membaca pesan masuk dari istrinya dengan kening berkerut. Mungkin kamu salah dengar, Sayang. Udah, setel musik atau orang mengaji biar gak dengar yang aneh-aneh. SendBalasan pesan itu langsung ceklis dua biru. Ucapan suaminya benar sekali. Bisa saja memang halusinasi, sehingga ia harus banya mengaji. Oke, Papa. Pak Darmono berdiri dari duduknya untuk bertemu dokter yang baru saja memeriksa Abdi. "Bagaimana menantu saya, Dok? Sampai sekarang tidak ada perubahan atau tanda apapun. Apa tidak ada obat atau terapi untuk mengembalikan alam bawah sadarnya?" tanya Pak Darmono hampir putus asa. Ini hari ke sepuluh Abdi dirawat di rumah sakit dan tidak ada perubahan sama sekali. "Terapinya hanya stimulus dari keluarga. Bapak sering ajak bicara kan? Istri Pak Abdi ke mana? Saya jarang lihat. ""Sedang ada urusan, Dok, tapi saya past
Rinai melihat ponselnya yang sepi dari pesan dan panggilan Syabil. Niat hati hanya ingin mengancam saja pacarnya itu, tetapi ia malah benar diabaikan. Apakah Syabil punya pacar di luar negeri? Tidak tenang dengan perasaanya sendiri, Rinai memutuskan pergi menemui Udin. Udin adalah teman dekat Syabil. Gadis itu berharap bisa dapat informasi yang benar tentang kekasihnya itu."Rinai, ada apa?" tanya Udin terheran saat melihat Rinai naik motor dan berhenti di depannya. Gadis itu membuka helemnya."Aku mau tanya tentang Syabil," nata Rinai dengan wajah masam."Tanya apa? Syabil bukannya lagi di Thailand, emangnya kamu gak tahu?" "Aku tahu, tapi kenapa Syabil berubah, Din.""Berubah, serius? Syabil berubah kelamin? Operasi di sana? Masa, kamu jangan sembarangan Rinai!" Udin terkejut bukan main."Bukan operasi kelamin, Din, mana aku tahu, orang aku gak pernah lihat langsung ha ha ha ...." Udin pun ikut tertawa."Terus berubah apanya?" tanya Udin bingung."Berubah sikapnya. Bapak sama ibuku
Tiga hari sejak pernyataan cinta Jelita, membuat Syabil tidak tenang bekerja. Ia banyak melamun karena ia baru kali ini ditembak oleh wanita. Intensnya mereka dalam keseharian, membuat getar cinta itu hadir. Bukan dirinya tidak suka, bukan ia juga tidak cinta, tetapi ia hanya belum siap saja. Jelita mencintainya, bahkan pagi-pagi sekali wanita itu sudah memasak untuknya, sebelum Syabil pergi ke rumah sakit. Jelita sudah melakukan aktifitas layaknya istri yang melayani suami dan juga mengurus rumah. Apartemen menjadi rapi, bersih, dan wangi saat Syabil pulang kerja. Hal itu tentu saja sangat disukai oleh Syabil. Majikan manjanya sudah banyak berubah. Jelita sudah lebih mandiri dan juga peduli akan lingkungan sekitar. Jelita juga sudah tidak pernah berkata kasar atau sengaja buang-buang uang untuk membeli barang tidak guna. Ia juga sudah tidak sibuk ke rumah sakit untuk kontrol jahitan bedah wajahnya. Pertama karena takut, kedua karena ia sudah tidak peduli.Kring! Kring!Suara dering
Tomi mengikuti nasihat teman-temannya. Ia belanja banyak makanan ringan, termasuk roti, dan kue. Di dalam kamar yang ada Luisa di dalamnya, ada kamar mandi, kulkas, dan ada teko listrik untuk membuat air panas. Tomi bahkan membawakan rice cooker dan juga beras untuk Luisa. Ia juga meminta saudaranya untuk membumbui ayam agar tinggal goreng saja. Ada beragam rasa mi instan kuah dan juga goreng. Luisa yang lelah karena pikirannya, tidur begitu pulas. Wanita itu tidak tahu kapan Tomi membawakan aneka makanan dan juga rice cooker serta beras.Pagi hari ia terbangun saat azan subuh berkumandang. Ia tidak tahu juga bahwa kamarnya sudah dipenuhi makanan, karena lampu kamar yang padam. Luisa berwudhu, lalu solat subuh. Tanpa sengaja kakinya menendang bungkusan plastik. Luisa terkejut, langsung menyalakan lampu. Ia melihat ada banyak makanan di dalam kamarnya. Di atas meja dan juga di lantai. Ada juga rice cooker dan beras. Apa ini? Pikir Jelita terheran. Wanita itu bergegas membuka kulkas d
"Anunya bau kali ya, masa baru tiga hari nikah udah ditinggal begitu saja. Mana katanya juragan pergi ke Yogyakarta dan belum balik.”“Eh, malah pas disusulin gosipnya gak bisa masuk rumah suami sendiri. Sama aja kayak nikah bohongan ya kan? Cuma ngangkang dua kali karena keburu datang bulan, terus ditinggal pergi suaminya yang tukang kawin itu. kalau saya sih, pasti malu banget karena jadi istri gak dianggap. Sombongnya kemarin dinikahi juragan, tetapi gak dapat apa-apa. Dua puluh juta bisa buat beli apa sih, hari gini? Apalagi bapaknya gak kerja, maunya juga banyak.”“Emang, yang bagus doang itu nasibnya Rana. Walau nikah komtrak, tapi kayaknya bahagia loh. Status Rana sama mertuanya lagi di Bali. Wah, aman harta warisan kalau bisa sampai disayang mertua.” Adis hanya bisa menggeram saat tanpa sengaja ia mendengar percakapan ibu-ibu tetangga yang membicarakan nasib dirinya. Gadis itu mungkin akan tahan saat dibilangmacam-macam tentang pernikahannya, tetapi ia langsung terusik
"Aku hamil, Sya." Suara Jelita pelan. Wanita itu masih lemah karena ia terus saja muntah saat makanan masuk ke dalam mulutnya. Syabil tidak bisa berangkat untuk menjaga Juragan Andri kemarin dan hari ini, ia tidak berniat izin lagi, tetapi kalau tidak izin, ia tidak tega juga dengan Jelita."Iya, kemarin dokter udah bilang. Saya udah nebak karena kita gak pernah pake pengaman. Tapi saya gak tahu juga secepat ini karena di pernikahan Non sebelumnya, dua tahun setengah menikah belum juga dapat anak. Ternyata selain enak, saya juga kudu siap kalau jadi anak. Terus sekarang gimana? Non emangnya mau nikah sama saya?" "Mau." Syabil menepuk keningnya. "Saya bisa dibunuh juragan kalau begini ceritanya. Ya sudah, nanti kalau udah enakan, kita pulang ke Indonesia aja deh. Mudah-mudahan itu penjahat gak menangkap kita." Syabil berdiri dari duduknya. "Saya berangkat kerja gak papa ya?" Jelita hanya mengangguk saja. "Saya sudah siapkan bubur dan ada buah pisang di atas meja. Buah mangga juga s