Home / Pernikahan / Mempelai Pria yang Tertukar / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Mempelai Pria yang Tertukar: Chapter 21 - Chapter 30

100 Chapters

21. Sandiwara Dunia Maya.

"Saya belum tidur, Mas! Tapi saya tidak berisik. Suara-suara apa yang Mas dengar dari luar? Jangan... jangan... kamar saya ada makhluk halusnya ya?" Arimbi dengan cepat membuka pintu. Ia ketakutan. Ia bahkan belum mengganti pakaian tidurnya dengan piyama yang lebih sopan. Saat ini ia hanya mengenakan celana pendek dan tank top bertali satu.Ganesha tidak langsung menjawab. Sejenak ia seperti kehilangan orientasi. Ia terpesona pada kecantikan alami Arimbi yang natural. Saat ini Arimbi tidak mengenakan kosmetik sama sekali. Istimewa Arimbi juga mengenakan pakaian tidur yang lumayan seksi. Ganesha adalah seorang laki-laki normal. Pemandangan seperti ini membuat fantasinya langsung melayang-layang. "Ehm. Suara-suara yang saya dengar bukan suara yang berasal dari ragamu. Tapi dari hatimu. Kamu membatin macam-macam tentang rencana balas dendam saya bukan?" Setelah oleng sejenak, Ganesha mampu menjawab pertanyaan ngeri Arimbi."Iya, Mas. Saya bingung. Anu... bagaimana mengatakannya ya?" Mas
Read more

22. Aksi Ganesha.

Arimbi meringis saat Ganesha membuangnya ke atas ranjang begitu saja. Ganesha ini tidak ada lembut-lembutnya sama sekali. Walaupun kemesraan ini hanya pura-pura, setidaknya jangan setidakberperasaan itu juga. Penampakan sih, panas-panas membara. Tapi kenyataannya malah pegal-pegal patah. "Tugas saya sudah selesai sekarang. Silakan kembali ke kamarmu. Saya mau beristirahat." Setelah melentik bangun dari ranjang, Ganesha berkacak pinggang. Gayanya menyerupai seorang tuan tanah yang tengah mengusir penduduk yang tidak mampu membayar sewa lahan. "Santai, Mas. Saya juga tidak kepingin lama-lama di sini." Arimbi berguling dan ikut bangkit dari ranjang. Melihat sikap seenak perut Ganesha, ia sekarang paham mengapa Menik meminta putus. Perempuan mana yang tahan setiap saat diketusi alih-alih disayangi."Baguslah," imbuh Ganesha singkat. Arimbi tidak menanggapi kalimat Ganesha. Daripada sakit hati sendiri lebih baik ia meninggalkan manusia songong ini sendirian. Ganesha menyingkir kala Ar
Read more

23. Obrolan dengan Menik.

Semakin ke sini Arimbi kian mengenali pribadi Ganesha. Satu yang paling Arimbi perhatikan adalah Ganesha tidak pernah lari dari apapun. Walau terkesan dingin dan datar, tapi Ganesha menghadapi semua masalahnya dengan kesatria. Ganesha tidak pernah berkelit ke sana ke mari seperti Seno. Arimbi mengapresiasi karakter Ganesha yang satu ini.Sebenarnya Arimbi ingin sekali membaca pesan-pesan di ponselnya. Ia penasaran setengah mati. Namun di sisi lain, ia juga takut mentalnya tidak kuat membaca reaksi dari para netizen. Sejurus kemudian Arimbi duduk di ranjangnya. Ia memutuskan akan membaca pesan yang masuk daripada ia tidak bisa tidur karena penasaran."Tarik napas... buang napas. Tenang Arimbi. Baca saja pelan-pelan. Belajarlah menghadapi keadaan. Orang boleh mengatakan apapun. Tapi kamu juga berhak tidak mendengarkan mereka." Arimbi menyemangati dirinya sendiri. Selanjutnya Arimbi meraih ponsel di samping ranjang. Menarik napas panjang dua kali dan mulai membuka ponselnya. Dugaannya b
Read more

24. Kemunculan Seno.

Setelah memberi struk dan kembalian pada customer, Arimbi berkali-kali memindai jam di pergelangan tangannya. Masih pukul 14.30 WIB. Ada kurun waktu setengah jam lagi sebelum shiftnya berakhir. Itu artinya pertemuannya dengan Menik harus menunggu sekitar setengah jam lagi. Padahal Arimbi sudah sangat kangen pada Menik. Sahabatnya itu dimutasi ke Surabaya hampir setahun lamanya. Tepatnya setelah Menik putus dengan Ganesha. Bukan hanya Menik yang penasaran ingin mengetahui kehidupannya. Arimbi pun demikian. Setahun telah berlalu. Bisa saja saat ini Menik telah mempunyai gebetan baru. "Kamu kenapa sih, Rimbi? Sudah tidak sabar ingin bertemu suami?" Lita yang akan menggantikan shift Arimbi menggoda rekannya. Ia melihat rekannya ini gelisah karena bolak balik memelototi jam. Setelah menyaksikan penampakan Ganesha, suami Arimbi, Lita maklum. Wajar kalau Arimbi ingin cepat pulang. Laki-laki menawan lahir batin seperti Ganesha itu memang rugi kalau diangguri. "Nggak, Ta. Aku akan bertemu te
Read more

25. Kamu Bukan Siapa-Siapaku Lagi.

"Aku jalan dulu ya, Ta? Selamat bekerja. Ayo, Sen?" Arimbi berpamitan pada Lita seraya mengode Seno agar mengikutinya. Lita yang sedang menghitung belajaan customer mengacungkan jempolnya. Banyak customer yang sedang antri.Arimbi memang berupaya membawa Seno menjauh. Ia tidak ingin ada telinga lain yang ikut mendengar kalau Seno mengoceh-ngoceh. Satu hal yang membuat Arimbi kesal adalah Seno tidak mau bekerjasama. Seno sengaja membuatnya kelimpungan dengan memperlihatkan air muka membangkang."Kamu ke sini Mbak Nina tahu tidak?" Arimbi melancarkan ancaman terselubung. Memangnya cuma Seno yang bisa melakukan perang urat syaraf dengannya?Seno tidak menjawab. Namun sinar matanya menguarkan aura kekesalan. Arimbi telah memegang kartu As-nya. Sialan!"Oh kayaknya belum tahu ya? Baiklah." Arimbi merogoh tas slempangnya. Ia mengeluarkan ponsel."Baik! Kita bicara di luar. Kamu tidak perlu mengancam Mas dengan menelepon Nina." Seno menggeram kesal. Ia segera mengekori langkah Arimbi yang le
Read more

26. Interogasi Menik.

"Banyak sekali pertanyaan yang ada di kepalaku, Rim. Sampai-sampai aku bingung. Pertanyaan yang mana dulu yang harus aku tanyakan padamu." Menik menghempaskan pinggulnya pada kursi Sunday to Monday kafe. Kafe ini adalah kafe langganan mereka sejak SMA. Sampai sekarang tiada perubahan yang berarti di kafe ini. Kecuali bangunannya yang tambah modern dan juga ketersediaan wifi untuk pengunjung. Pak Barus, sang pemilik kafe ternyata cukup piawai mengikuti perkembangan zaman."Ya, apa yang terlintas di kepalamu saja. Tenang, bertanya apapun padaku tidak perlu bayar kok." Arimbi ikut duduk di hadapan Menik. Tas slempangnya ia letakkan di kursi sampingnya. Dengan begitu ia akan lebih leluasa mengobrol. Pengalamannya mengobrol dengan Menik itu tidak pernah sebentar. Istimewa mereka tidak berjumpa cukup lama. Akan banyak cerita dan gossip-gossip terbaru yang sudah ada di ujung lidah masing-masing. "Baik. Kita pesan minuman dulu. Setelahnya kita akan berbincang sampai mulut kita berbusa." Men
Read more

27. Curiga.

"Sebenarnya aku tidak begitu suka kamu menikah dengan Esha. Bukan, aku bukan cemburu, Rim." Menik menggeleng."Aku hanya merasa kamu itu tidak cocok dengan Esha. Aku berpacaran dengan Esha dua tahun lamanya. Sebelum itu aku juga sudah mengenalnya hampir dua tahun juga. Ingat, aku ini sekretaris ayahnya. Jadi total aku berada di ruang lingkupnya hampir empat tahun." "Lanjutkan, Nik," pinta Arimbi. Arimbi mencium sesuatu dalam kalimat ambigu Menik."Baik. Aku mengenalmu nyaris separuh usiaku. Kita berteman sejak berseragam putih merah. Aku mengenalmu seperti aku mengenali diriku sendiri. Kamu terlalu perasa untuk Esha yang dingin. Aku takut kamu hanya membuang-buang waktumu untuk orang secomplicated Esha. Kamu tahu kenapa aku putus dari Esha?""Karena Mas Esha itu datar, dingin dan tidak banyak bicara," pungkas Arimbi. Menik menggeleng."Sebenarnya masalah utamanya tidak sesederhana itu." Menik tersenyum miris. Ia kemudian meneguk iced matcha boba latte-nya. Arimbi memperhatikan dalam
Read more

28. Kedatangan Teman Lama.

Seminggu telah berlalu sejak pertemuannya dengan Menik. Namun Arimbi sama sekali tidak bisa melupakan cerita-cerita yang Menik sampaikan. Istimewa cerita perihal tentang kemungkinan kalau Ganesha mempunyai orientasi seksual yang menyimpang alias gay. Arimbi sebenarnya masih sulit mempercayai hal tersebut. Jikalau orang lain yang menceritakannya, dirinya tidak akan percaya. Tapi kalau Menik, ia sulit membantah. Menik adalah bestie-nya sejak orok. Arimbi sangat mengenal kepribadian Menik. Menik bukanlah tipe orang yang gemar berasumsi liar apalagi bergosip omong kosong. Integritas Menik, Arimbi berani menjamin. Fakta lainnya, Menik pernah menjadi pacar Ganesha. Itu artinya Menik berbicara berdasarkan teori dan juga prakteknya.Selama seminggu ini juga Ganesha tidak pernah menginjakkan kaki di rumah. Interaksi mereka hanya sebatas telepon saja. Itu pun sudah lima hari yang lalu. Kala itu Ganesha menelepon dan mengiformasikan bahwa ia akan sangat sibuk beberapa bulan ke depan. Perusahaa
Read more

29. Maksud Terselubung.

"Woho, pawangnya cemburu. Sorry... sorry... gue minta maaf." Ibrahim mengangkat kedua tangannya tinggi-tinggi seolah-olah menyerah."Lo sih iseng amat," Bramantyo memelototi Ibrahim."Pengantin baru lo diusik-usik. Ya ngamuklah pawangnya. Ayo kita langsung serbu dapur mereka aja. Gue udah laper soalnya." Bramanyto mengelus-elus perutnya."Kata Esha kamu masak menu nusantara ya, Rimbi?" Bramantyo mengalihkan pandangan pada Arimbi sambil mencium-cium udara. Meniru orang kelaparan membaui masakan lezat. Tingkahnya yang kocak membuat semua orang tertawa. "Iya, Mas Bram. Mari kita langsung ke dapur saja." Arimbi ikut tertawa. Teman-teman Ganesha ini kocak-kocak ternyata. Kecuali Dahlia. Sedari tadi Dahlia hanya mengamati seantero rumah dan sesekali tersenyum kecil mendengar banyolan teman-temannya.Arimbi memandu Ganesha dan ketiga temannya ke ruang makan. Khusus Ganesha, ia pamit sebentar untuk berganti pakaian. "Wuih, ada makanan kesukaan gue. Rendang Padang." Ibrahim menggosok-gosok k
Read more

30. Rahasia Masa Lalu.

"Tinggalkan saja piring-piring kotor itu, Mas. Biar nanti saya yang membereskannya sendiri. Sekarang sudah pukul setengah dua belas malam. Nanti Mas kemalaman di jalan." Arimbi mencegah Ganesha yang bermaksud mengangkat piring-piring kotor ke bak cuci piring. Sementara dirinya sendiri memasukkan sisa makanan ke dalam lemari es. Setelahnya ia membersihkan meja yang kotor. Ada serpihan makanan di sana sini. Sanggahan Arimbi membuat gerakan Ganesha berhenti di udara. Sejurus kemudian Ganesha kembali mengangkuti piring-piring kotor yang ditinggalkan teman-temannya di meja makan. Interupsi Arimbi hanya ia anggap sebagai angin lalu.Arimbi menghembuskan napas kasar. Seperti inilah perangai Ganesha. Keras kepalanya saingan dengan batu. Padahal apa yang ia katakan adalah demi kebaikan Ganesha sendiri. Akhir-akhir ini tingkat kejahatan malam hari di ibukota semakin merajalela. Kalau Ganesha kembali ke apartemen di tengah malam, Arimbi takut kalau Ganesha akan dibegal."Mas, Maksud saya baik.
Read more
PREV
123456
...
10
DMCA.com Protection Status