"Ini, silakan kamu lihat-lihat album keluarga dan buku tahunan sekolah saya dan Seno. Perhatikan penampilan fisik kami baik-baik. Karena itulah awal mula masalah yang akan saya ceritakan padamu." Album-album pun kemudian berpindah tangan. Arimbi dengan antusias menerima album dan membalik-balik halaman album keluarga Caturrangga. Tiga tahun berpacaran dengan Seno, Arimbi sama sekali tidak pernah disuguhi album ini. Setelah beberapa kali membalik album, ia sudah melihat perbedaan antara antara Ganesha dan Seno kecil. Walau secara garis besar struktur wajah mereka sama, namun ada hal-hal lain yang membuat keduanya tampak berbeda. Hidung Ganesha juga masih sempurna. Belum ada ada bekas patah seperti sekarang.Ganesha kecil berkulit lebih legam dan culun. Sementara Seno berkulit terang dan tampan. Ganesha juga sepertinya pemalu. Karena hampir di semua photo-photo keluarga, Ganesha terus menunduk atau menyembunyikan wajahnya. Sementara Seno tertawa ceria.Lembaran-lembaran berikutnya men
Arimbi memacu motornya lebih kencang dari kecepatan rata-rata. Ibu mertuanya menelepon akan berkunjung ke rumahnya nanti sore. Bukan hanya sendiri. Ibu mertuanya juga akan mengajak beberapa kerabat yang konon katanya ingin mengunjungi rumah pengantin baru. Para kerabat itu ingin berkenalan lebih dekat dengannya, kata ibu mertuanya. Ketika Arimbi menyampaikan kabar tersebut pada Ganesha, tanggapan Ganesha berbeda. Menurut Ganesha para kerabatnya bukan ingin berkenalan lebih dekat. Melainkan ingin menyinyiri dan menjadi agen mata-mata atas keadaan rumah tangga mereka. Mereka pasti ingin menyaksikan dengan mata kepala sendiri kehidupan pernikahan kilat mereka. Ganesha terang-terangan kesal akan dikunjungi oleh para tukang nyinyir, kalau menurut istilah Ganesha. Arimbi tidak menanggapi pernyataan Ganesha dengan pikiran negatif. Menurut Arimbi para kerabat itu adalah bagian dari keluarga besar Catturrangga. Sudah seharus dirinya memperlakukan mereka dengan baik dan hormat. Terlepas apapu
"Wah, semua makanan ini kamu yang memasaknya ya, Rim? Hebat." Sembari mengunyah nasi, Bu Astuti, mengambil sepotong rendang sapi yang di masak oleh Arimbi. Bu Astuti adalah istri dari almarhum Pak Syarief Maulana. Orang yang sangat dihormati oleh keluarga Caturrangga. Karena Pak Syarief almarhum sangat berjasa dalam bisnis keluarga Caturangga. Pada saat pernikahan Arimbi dengan Ganesha hampir dua minggu lalu, Bu Astuti memang berhalangan hadir karena sedang sakit. Ini adalah kali pertama Arimbi bertemu dengan Bu Astuti."Iya, Bu. Maaf, kalau masakan saya tidak sesuai dengan selera Ibu. Saya masih belajar dalam dunia masak memasak," aku Arimbi jujur. Arimbi berusaha bersikap sesopan mungkin pada Bu Astuti. Bu Santi, mertuanya telah memberitahunya tentang siapa sebenarnya Bu Astuti.Saat ini meja makan dipenuhi oleh enam orang. Bu Santi, Bu Ratna, Bu Astuti, Rina anak perempuan Bu Astuti, Nina, dan Arimbi sendiri. Ganesha masih berada di ruang kerja. Ganesha akan menyusul setelah peke
Bu Santi tersenyum haru. Ia tidak menyangka kalau hubungan Ganesha dan Arimbi yang terbuhul karena keterpaksaan, akan berakhir seindah ini. Pepatah Jawa witing tresno jalaran soko kulino ternyata benar adanya. Cinta akan datang karena terbiasa. Alhamdullilah."Pasti kamu menggunakan bagian daging yang salah Rim, makanya keras. Kalau kamu ingin memasak daging rendang, belilah bagian pahanya. Terus dagingnya dipotong agak tipis agar lembek setelah dimasak." Bu Astuti memulai serangan kedua.Astaga, Bu Astuti masih belum puas menyinyirinya rupanya, batin Arimbi."Iya, Bu. Lain kali kalau saya memasak rendang lagi, saya akan mempraktekkan tips-tips dari Ibu ini."Walau baru pertama kali bertemu, Arimbi sudah bisa merasakan aura negatif dari Bu Astuti dan Rina. Sangat jelas terlihat kalau ibu dan anak itu tidak menyukainya. Beda sekali dengan Bu Ratna. Bu Ratna adalah type orang yang tidak banyak bicara. Ia hanya sesekali menimpali obrolan demi basa basi. Jikalau tidak, ia akan memberikan
Sembari membersihkan dapur, Arimbi berulang kali melirik Ganesha. Ia menanti-nanti janji Ganesha untuk menceritakan perihal gay tidaknya dirinya. Arimbi penasaran. Apakah benar Ganesha ini seorang gay seperti yang pernah diceritakan oleh Menik, atau Menik yang salah menduga.Sedari tadi ditunggu-tunggu, namun sepertinya Ganesha tidak sadar-sadar juga. Yang bersangkutan sama sekali tidak merasa kalau dirinya punya hutang cerita. Ganesha anteng-anteng saja di ruang keluarga sambil menonton televisi. Padahal Bu Santi, Bu Ratna dan Nina telah pulang hampir satu jam yang lalu. Dapur juga sudah licin karena dilap terus menerus oleh Arimbi. Kebiasaan Ganesha apabila menginap di rumah ini, sudah tertata. Ia akan membersihkan diri, makan, menonton televisi sebentar, masuk ke ruang kerja kemudian tidur. Bayangkan, kapan berceritanya kalau Ganesha keburu ke ruang kerja dan tidur? Geregetan, Arimbi menguwel-uwel kain lap. Ganesha tidak memanggilnya sama sekali. Padahal tenggorokan Arimbi sudah
"Astaga, Rimbi... Rimbi... akan jadi apa negara ini kalau kamu menjadi salah seorang anggota Badan Intelegen Negara." Ganesha kembali terbahak. Arimbi terpesona. Tiga tahun mengenal Ganesha sebagai kakak Seno, dan dua minggu lebih menjadi istrinya, Arimbi tidak pernah melihat Ganesha bercanda atau tertawa lepas. Dan malam ini melihat Ganesha melakukan keduanya, membuat Arimbi tidak mengedipkan mata. Ternyata Ganesha bisa berkelakar dan tertawa ngakak juga. "Memang saya tidak bercita-cita menjadi anggota BIN kok, Mas. Astaga menjadi Polwan saja saya tidak kepikiran, ini malah anggota BIN." Arimbi ikut tertawa. Suasana tegang akibat berseterunya dirinya dengan Ganesha tadi, terurai sudah dengan sendirinya."Ketahuilah Rimbi. Saya ini laki-laki normal. Saya masih suka dengan perempuan. Saya bersikap dingin pada Menik, bukan karena saya gay. Tapi karena saya menjaganya. Saya tidak mau Menik, Nelly atau siapa pun yang dekat dengan saya dulu tapi belum menjadi istri saya, mengalami hal y
Arimbi melempar selimut ke samping kala alarm di ponselnya berbunyi. Pukul 05.30 WIB. Waktunya untuk menyiapkan sarapan bagi Ganesha. Jikalau Ganesha menginap, Arimbi memang biasa menyiapkan sarapan pagi, sebelum Ganesha ke kantor. Kalau hanya dirinya sendiri, biasanya Arimbi hanya minum segelas susu. Masih menggunakan piyama satin bercorak bunga-bunga, Arimbi mengeluarkan sisa nasi semalam yang ia masukkkan ke dalam lemari es. Ia berencana memasak sarapan yang praktis namun disukai semua orang. Ya, dirinya akan memasak nasi goreng saja. Praktis, enak dan mengenyangkan hingga waktu makan siang. Arimbi tengah memotong-motong sosis dan bakso kala mendengar langkah-langkah kaki menghampiri. Ganesha juga sudah bangun rupanya. Tumben. Biasanya Ganesha baru keluar kamar pada pukul setengah tujuh untuk sarapan dan langsung ke kantor. Ketika bertemu muka dengan Ganesha, barulah Arimbi mengetahui alasannya. Ganesha akan berolah raga. Saat ini Ganesha mengenakan kaos dan celana training berw
"Apa beda Usher dan SPG, Bu Menik?" Arimbi yang masih hijau dalam dunia otomotif bertanya. Dalam suasana formal seperti ini Arimbi memanggil Menik dengan sebutan ibu. "Bedanya, Usher itu pemandu. Sedangkan SPG adalah penjual produk. Job desk Usher lebih ke display atau produk aja. Mereka tidak perlu selling produk dan promosi. Juga tidak ada target penjualan. Mereka itu melengkapi product agar enak dilihat. Makanya pakaian mereka lebih provokatif. Sedang SPG, kebalikan dari mereka. Mengerti?""Mengerti, Bu." Arimbi mengangguk. Sekarang ia mengerti mengapa pakaiannya sebagai SPG relatif lebih sopan dibanding para Usher yang tampil seksi dengan pakaian ketat dan tidak berlengan."Saya tekankan sekali lagi. Perusahaan menggunakan jasa kalian untuk menyampaikan product knowledge dengan baik kepada konsumen secara langsung. Perusahaan menganggap bahwa Sales Promotion Girl bisa menjual unit sebanyak mungkin melalui efek impulsif buying.Untuk itu kalian harus tampil semenarik mungkin baik
"Relakan, Mbak. Tempatkan masalah sesuai dengan masanya. Masa lalu tempatnya memang di waktu lalu. Dewasalah untuk menerima kenyataan bahwa tidak ada yang bisa Mbak lakukan tentang masa lalu, kecuali memutuskan terus hidup di sana dan menderita selamanya atau berubah menjadi lebih baik."Nina tidak menjawab pertanyaan Arimbi. Dirinya sangat mengerti apa yang dikatakan oleh Arimbi. Ia bukanlah orang bodoh. Dirinya hanya seorang pendengki serakah yang tidak bisa melihat kebahagiaan orang lain."Kita pulang ya, Nin? Ayah yakin setelah minum obat dan tidur pasti kamu akan merasa lebih baik. Kalau ada waktu, Rimbi pasti akan menengokmu ke rumah. Iya 'kan, Rim?" Pak Sujatmiko menatap Arimbi sendu dengan pandangan meminta pertolongan.Arimbi langsung tidak menjawab pertanyaan terselubung pamannya. Melainkan ia menatap Ganesha terlebih dahulu. Meminta izin tanpa bicara. Ketika melihat Ganesha mengangguk samar barulah Arimbi berbicara."Iya, Mbak. Nanti kalau ada waktu luang, Rimbi akan menjen
"Kamu di sini saja, Rim. Ingat kamu sedang hamil. Nina itu sedang depresi. Apa pun akan berani ia lakukan." Ganesha menahan bahu Arimbi saat istrinya itu ingin bangkit dari tempat tidur."Tapi saya harus, Mas. Bagaimanapun Mbak Nina itu sepupu saya. Sedikit banyak saya memahami kepribadiannya. Lagi pula ada Mas juga. Saya pasti aman." Arimbi membujuk Ganesha."Ayolah, Mas. Daripada Nina membuat ulah yang mengacaukan acara, sebaiknya kita cegah terlebih dahulu." Arimbi menghela lengan Ganesha. Teriakan histeris Nina makin membahana."Baiklah. Tapi kamu jangan jauh-jauh dari Mas. Mas tidak mau kamu sampai kenapa-kenapa." Kalimat Ganesha ditanggapi anggukan singkat oleh Arimbi. Sesampai di ruang tamu, keadaan mulai kacau. Nina terus menjerit histeris, dan mengatakan bahwa ia tidak terima diperlakukan tidak adil oleh Seno. Sejurus kemudian dua orang Satpam komplek terlihat memasuki rumah. Dengan segera mereka mengamankan Nina. Namun Nina terus meronta-ronta liar dan memaki-maki Seno sera
"He eh," Bu Astuti mengangguk lemah. Mata tuanya berkaca-kaca. Sungguh ia menyesal pernah berbuat tidak baik pada Arimbi, hanya karena ia kesal pada Ganesha. Jika saja waktu bisa diulang, betapa ingin dirinya mengubah sikap judes dan nyinyirnya dulu pada Arimbi. Istri Ganesha ini lembut dan baik hati."Ini minumnya, Bu. Kalau Ibu tidak keberatan saya bantu meminumkannya ya, Bu?" Dengan sopan Arimbi meminta izin Bu Astuti."He eh... he eh..." Bu Astuti mengangguk berkali-kali. Kedua mata tuanya kini membentuk kolam air mata. Bu Astuti menangis tanpa suara."Ayo diminum, Bu. Pelan-pelan saja agar tidak tersedak." Arimbi membungkuk. Ia memeluk bahu Bu Astuti sambil mendekatkan bibir Bu Astuti pada birai gelas. "Sudah, Bu?" tanya Arimbi lagi. Bu Astuti sudah menghabiskan seperempat gelas air putih. Bu Astuti mengangguk. "Sebentar ya, Bu. Saya mengambil tissue dulu." Arimbi menarik selembar tissue dari atas meja. Setelahnya ia mengelap sudut bibir dan dagu Bu Astuti yang basah. "Maaf...
Dua tahun kemudian."Sah!" Arimbi, Ganesha dan beberapa kerabat lain ikut mengucapkan kata sah, saat penghulu menyatakan ijab kabul Seno dan Rina sah. Ya, hari ini adalah hari yang membahagiakan untuk Seno, Rina dan juga Mahesa. Karena keduanya pada akhirnya memutuskan menikah setelah dua tahun berpacaran."Akhirnya mereka menikah juga ya, Rim?" Ganesha tersenyum sumringah melihat sepasang pengantin baru di depannya saling memasang cincin. Ia ikut gembira untuk Seno. Sebagai seorang kakak, ia mengasihi Seno dengan caranya sendiri. Di masa lalu Seno memang banyak sekali melakukan kesalahan. Namun perlahan-lahan ia berubah dan menjadi pribadi yang lebih. "Iya, Mas." Arimbi menimpali kalimat Ganesha singkat. Ia memang selalu hati-hati apabila membicarakan soal Seno. Ia tidak mau Ganesha mengira kalau dirinya masih peduli pada Seno."Seno sekarang sudah banyak berubah ya, Rim? Tepatnya sejak ia tahu kalau dirinya ternyata memiliki Mahes. Sekarang kebahagiaan Mahes adalah prioritasnya, Ma
"Ayo lanjutkan ceritamu di taman belakang saja." Arimbi membawa Menik ke taman kecil kesayangannya. Di sana ia kerap menghabiskan waktu bercocok tanam. Mulai dari berbagai macam jenis bunga hingga tanaman herbal ada di tamannya."Lanjutkan ceritamu, Nik." Arimbi menghempaskan pinggulnya di kursi taman. "Tuh, Mbak Tini juga sudah menyiapkan makanan kecil. Kita mengobrol di sini saja sementara Mas Esha dan Bang Ivan bekerja." Arimbi kian semangat mengorek cerita tatkala Mbak Tini muncul dengan sepiring pisang goreng hangat dan dua gelas sirup markisa."Ya, terus aku membawa Bu Mirna ke rumah sakit. Beberapa saat kemudian Ivan dan Pak Kristov menyusul. Di situ aku baru tahu kalau ibu-ibu yang aku tolong adalah ibunya Ivan. Singkat cerita aku dan Bu Mirna kemudian menjadi akrab. Tidak lama kemudian Ivan pun menembakku. Katanya untuk pertama kalinya ibunya mencomblanginya. Dengan dua mantan Ivan terdahulu Bu Mirna tidak cocok. Ivan juga bilang ia sudah lelah pacaran ala remaja ingusan. Ia
Arimbi termangu menatap televisi. Baru saja diberitakan bahwa Bastian Hadinata yang digadang-gadang akan menjadi walikota telah dilengserkan. Selain dinilai tidak layak menjadi calon walikota, saat ini Bastian juga telah diamankan karena terbukti melakukan gratifikasi terhadap beberapa proyek pemerintah.Televisi juga menayangkan wawancara singkat dengan Bastian dalam seragam berwarna oranye. Di scene-scene lain, terlihat Priska dan Prisila berlarian sambil menutupi wajah mereka dengan syal. Mereka berdua tampak menghindari awak media yang terus memburu saat mereka baru saja keluar dari kantor polisi. Berita tentang korupsi dan gratifikasi yang dilakukan oleh Bastian Hadinata memang tengah menjadi headline di mana-mana. Apalagi semua aset-aset Bastian Hadinata saat ini telah disita oleh negara. Tidak heran kalau Prisila dan Priska sekarang menjadi bulan-bulanan pers. Mereka dikejar di mana pun mereka berada."Kamu percaya dengan karma bukan, Ri? Lihatlah, apa yang sekarang terjadi pa
"Kamu tadi menanyakan bagaimana Mas tahu perihal rumah impianmu bukan? Nah, itu dia orang yang sudah memberitahu Mas. Seno, sini." Ganesha melambaikan tangannya pada Seno. Memanggil adiknya yang tengah mewarnai gambar dengan Mahesa. Semenjak tahu bahwa dirinya telah mempunyai seorang anak, Seno berubah banyak. Ia kini lebih kalem dan bertanggung jawab. Di sela-sela waktu luangnya, ia selalu menyempatkan diri bercengkrama dengan putranya. "Jadi kamu yang membocorkan rahasiaku?" Arimbi berpura-pura marah pada Seno. Ia juga berusaha bersikap wajar pada Seno. Bagaimanapun Seno adalah adik iparnya sekarang."Ampun, Kakak Ipar. Aku terpaksa melakukannya karena diancam Mas Esha. Katanya ia akan membuangku keluar kota kalau aku tidak mau bekerjasama." Seno meringis. Ia menghargai usaha Arimbi yang ingin berinteraksi wajar dengannya. Mereka sekarang telah menjadi satu keluarga besar."Jangan membuat Rimbi memandangku sebagai kakak yang kejam ya, Sen?" Ganesha mengacungkan tinjunya pada Seno.
Arimbi melirik Ganesha sekilas saat laju mobil memasuki hunian mewah kompleks Graha Mediterania. Kompleks perumahan mewah yang baru saja launching minggu ini. Ia mengetahui perihal hunian mewah ini karena memang dibangun oleh Caturrangga Group dan beberapa investor dari Jepang. Selain hotel dan condominium, Caturrangga Group juga membangun kompleks-kompleks perumahan mewah dengan segmen pasar kelas atas atau high end."Kita akan mengunjungi salah satu customer Mas ya? Apa tidak mengganggu kalau Mas menemui costumer di hari Minggu begini?" "Nggak kok, Rim. Tenang aja. Kita semua akan bersenang-senang bersama." Ganesha tersenyum lebar. Ia memahami rasa penasaran istrinya. Arimbi mengerutkan kening. Kita? Bersama? Apa yang Ganesha maksud?Laju kendaraan melambat tatkala melewati rumah demi rumah mewah yang mereka lewati. Sebagian besar bentuknya sama karena memang dibangun seragam. Sebagaian lagi bentuknya sudah berubah karena direhab sesuai dengan selera para pemilik rumah.Tatkala la
Bu Astuti terpana. Ia tidak menyangka kalau Rina bisa bersikap seluwes itu terhadap Mahesa. Biasanya Rina itu tidak menyukai anak kecil. Rina anak tunggal. Ia tidak terbiasa berinteraksi dengan anak kecil. Menurut Rina anak kecil itu rewel dan menyusahkan. Tumben kali ini Rina bersikap begitu kompak pada Mahesa. Syukurlah, berarti tujuannya mendekatkan Rina dengan Seno akan semakin mudah. Mengingat Mahesa adalah darah daging Seno. Mendekati Mahesa artinya mendekati Seno juga."Rina dan Mahesa cocok sekali ya, San? Sepertinya kalau menjadi ibu dan anak pas ya?" Bu Astuti meminta tanggapan Bu Santi."Iya, Tut. Kita sebagai orang tua mendoakan yang terbaik saja. Biar yang muda-muda menentukan jalan hidup mereka sendiri." Bu Santi memberi jawaban netral. Ia memang setuju Rina menjadi pengganti Nina. Selain perilaku Rina yang sekarang membaik, ia juga gembira bisa melaksanakan niat Pak Syarief almarhum yang ingin berbesanan dengannya. Namun ia menyerahkan semuanya pada Seno dan Rina sendir