Pukul satu malam, Abigail menyeret kakinya melangkah menjauhi kamar yang dia huni bersama para pelacur itu. Rambutnya tergerai, jubah tidur yang menutup seluruh tubuhnya, bersentuhan dengan lantai marmer, berjalan di antara temaramnya bangunan. Membiarkan sinar bulan di kejauhan menuntunnya entah kemana. Anehnya, tidak terlihat penjaga di mana pun membuat Abi mengeryit heran. Kemana mereka semua? Sampailah dia di dekat jalan setapak, di balik bayang-bayang kebun bunga yang tertata rapi, jauh dari kamarnya berada. Abigail terdiam sejenak, merasakan semilir angin berhembus, dingin yang pekat memaksanya untuk kembali ke kamar dan berlindung di balik selimut hangatnya, namun tubuhnya seakan memiliki pikiran sendiri. Abigail berjalan memasuki area taman bunga yang tingginya mencapai lebih dari tubuhnya sendiri, memiliki beberapa belokan dengan ruas jalan yang bisa dijadikan pilihan hingga membawanya berputar dan sampai ke area tengah di mana ada air mancur dengan hiasan patung wanita bers
Read more