Share

BAB 13

Penulis: irma_nur_kumala
last update Terakhir Diperbarui: 2023-03-25 18:15:23

Pukul satu malam, Abigail menyeret kakinya melangkah menjauhi kamar yang dia huni bersama para pelacur itu. Rambutnya tergerai, jubah tidur yang menutup seluruh tubuhnya, bersentuhan dengan lantai marmer, berjalan di antara temaramnya bangunan. Membiarkan sinar bulan di kejauhan menuntunnya entah kemana. Anehnya, tidak terlihat penjaga di mana pun membuat Abi mengeryit heran. Kemana mereka semua?

Sampailah dia di dekat jalan setapak, di balik bayang-bayang kebun bunga yang tertata rapi, jauh dari kamarnya berada. Abigail terdiam sejenak, merasakan semilir angin berhembus, dingin yang pekat memaksanya untuk kembali ke kamar dan berlindung di balik selimut hangatnya, namun tubuhnya seakan memiliki pikiran sendiri. Abigail berjalan memasuki area taman bunga yang tingginya mencapai lebih dari tubuhnya sendiri, memiliki beberapa belokan dengan ruas jalan yang bisa dijadikan pilihan hingga membawanya berputar dan sampai ke area tengah di mana ada air mancur dengan hiasan patung wanita bers
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Kikiw
curiga dibius setelah itu
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • SANG PENAKLUK MAFIA   BAB 14

    Seharusnya tidak ada yang perlu dicemaskan Abigail. Toh, pertemuannya dengan Lucca hanya sebatas mimpi. Meskipun ada sebagian dari dirinya yang merasa kalau itu nyata. Abigail mencoba mengelak karena tidak ada alasan bagi Lucca untuk melakukannya. Abigail masih ingat jelas perkataan Lucca kalau dia tidak tertarik pada tubuhnya. Lagipula, semalam dia pasti sedang bersenang-senang dengan pelacurnya yang entah akan seperti apa bentuk tempat tidur di ruangan itu pagi ini. Abigail bergidik mengenyahkan bayangan dalam kepalanya. Pikiran-pikiran tidak menentu itu membuat Abigail memilih sebisanya tidak berinteraksi dengan Lucca. Cara aman supaya dia sedikit tenang menjalani kesehariannya seraya memikirkan cara melarikan diri, jika memungkinkan. Tapi, bayangan ciuman Lucca masih tertinggal dalam ingatannya yang samar. "Apa kau baru saja berciuman dengan seseorang sampai memegangi bibirmu seperti itu?" Abigail tersentak kaget, menurunkan tangan yang tidak disadarinya berada di bibir dan men

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-25
  • SANG PENAKLUK MAFIA   BAB 15

    Tempat di dalam mimpinya memang nyata. Abigail berdiri di depan patung wanita bersayap yang di sekitarnya terdapat bunga mawar hitam yang merekah sempurna. Meski hitam tapi terlihat berkilau akibat terpaan cahaya matahari yang membuatnya begitu cantik. Abigail menelan salivanya, mengedarkan pandangan dengan tatapan nanar, hingga tanpa sadar meraba bibirnya. Sial! Apa ciuman itu nyata? "Apa yang kau lakukan di sini?" Abigail tersentak, berbalik dan berhadapan dengan Serafine yang berdiri tidak jauh darinya. "Kau tidak seharusnya berada di sini." Abigail berniat pergi, tidak mau mencari gara-gara. Untung saja bukan Lucca yang memergokinya sedang terkesima dengan hitamnya kelopak mawar miliknya. Seperti mimpinya tadi malam. "Aku sedang dalam perjalanan ke kamar untuk membangunkan Bellatrix tapi aku tidak sengaja melihat labirin ini hingga membawaku kemari." Serafine mendekat, berdiri beberapa meter darinya dengan tatapan menyelidik, "Tidak perlu, Dia sudah kembali ke kamarnya

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-26
  • SANG PENAKLUK MAFIA   BAB 16

    "Ini namanya tanda cinta." Bellatrix memperlihatkan bekas merah di pahanya sembari menghabiskan saladnya. "Tuan Lucca begitu bersemangat bahkan tanpa perlu melakukan foreplay--" Bolehkah Abigail muntah saat ini ketika mendengar semua kebahagiaan yang disampaikan Bellatrix tentang bagaimana Tuannya memperlakukannya. Tanda merah dipahanya jelas memperlihatkan kebrutalan Lucca dalam hal sex. "Bahkan setelah permainannya yang pertama, Tuan Lucca kembali menegang setelah permainanku dan bermain dengan bringas setelahnya. Betapa bahagianya diriku bisa memuaskannya semalam." "Kau pikir dia seperti itu hanya padamu,"cibir Berta. "Berhentilah mengatakan semua itu karena kami juga mengalaminya." "Biarkan saja dia," decak Brianna. "Tidak usah dengarkan sekalian." "Kau mungkin beruntung tadi malam tapi jangan terlalu senang dulu karena aku pernah tiga hari-hari berturut-turut melayaninya tanpa digantikan," cebik Kendra. Bellatrix memutar bola matanya, "Itu sudah lama sekali." "Tapi jelas,

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-26
  • SANG PENAKLUK MAFIA   BAB 17

    POV LUCCA ALONZO Flashback On "Tuan—" "Katakan saja apa yang ingin kau tanyakan sejak tadi." Lucca tahu, Serafine menyimpan keheranan akan keputusannya membawa Abigail ke mansion. Ketika ada kesempatan, pengawal pribadinya itu langsung bertanya meski tahu jawabannya tidak akan memuaskan. Lucca bukan jenis orang yang akan menceritakan segala hal secara mendetail, bahkan jarang berbicara. Tidak ada bawahannya yang berani menanyakan keputusan yang dibuatnya kecuali Serafine. Baginya, menjadi lunak itu kelemahan dan berbahaya karena di luar sana banyak yang mencari cara untuk membinasakannya. Meski dia juga terkejut dengan sikap implusifnya membawa Abigail menjadi tawanan alih-alih langsung saja membunuhnya bersama Erick Brigton tadi malam. Abigail memiliki kalungnya yang bodohnya dia berikan pada seseorang yang sekarang entah berada di mana. Pilihan apa yang Lucca miliki selain menawan Abigail untuk mendapatkannya kembali. Lucca menegak whiskey-nya, duduk di balik meja besar di r

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-26
  • SANG PENAKLUK MAFIA   BAB 18

    Ada tamu tidak diundang yang datang ke mansionnya tanpa rasa takut. Lucca memperhatikan lelaki itu dengan seksama, menilai nyalinya yang patut diperhitungkan karena berani datang menemuinya. Dalam ingatannya yang tajam, mereka jelas tidak pernah bertemu sebelumnya. "Lucca Alonzo," sambutnya saat melihatnya berjalan mendekat. "Senang bisa bertemu langsung denganmu." "Siapa kau?" "Perkenalkan, aku Thomas Gratt. Kekasih Abigail." Lucca menaikan alisnya, berhenti beberapa meter dari tempat di mana Thomas berdiri. "Kekasih?" "Ya, kekasih." "Apa yang membawa kekasih Abigail sampai sejauh ini ke Napoli?" Tanyanya, duduk di kursi tunggal dengan santai tanpa menghiraukan uluran tangan Thomas yang terlalu percaya diri. "Tentu saja karena Abigail." Thomas duduk bersebrangan dengannya. "Kau membawa kekasihku begitu saja." "Dia tidak pernah menyinggung memiliki kekasih bahkan sekedar untuk meminta petolonganmu karena berurusan denganku." Thomas tersenyum, "Maybe, dia marah denganku kare

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-26
  • SANG PENAKLUK MAFIA   BAB 19

    "Tidak cukupkah kau membuatku menderita seperti ini," ucap Abi disela tangisannya. Seperti berusaha menahan emosinya yang ingin meledak. Lucca tidak tahu bagaimana wanita itu bisa sampai ke rumah utama. Padahal Serafine pasti sudah memberitahukan semua larangan yang harus dipatuhinya. Nanti Lucca akan memperingatkannya lagi, meski harus dengan cara keras, karena wanita itu tidak boleh terlihat oleh orang di luaran sana. "Aku berharap, tidak pernah mengenalmu dalam hidupku. Dasar bajingan!!" Lucca menyandarkan pipi kanannya pada kepalan tangannya, memperhatikan keduanya. Kemarahan Abi tidak menakutkan sama sekali bahkan terkesan imut. "Kau memang pantas membenciku, Abi," balas Thomas. "Tapi aku sudah tidak memiliki apapun lagi saat ini. Aku harap kau mau memaafkanku." "Memaafkan bajingan sepertimu?" Ucapnya penuh penekanan, Lucca duduk tegak saat melihat genggeman erat Abi pada botol di tangannya. Matanya merah, tangisannya tertahan, napasnya naik turun, dan terlihat begitu terl

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-27
  • SANG PENAKLUK MAFIA   BAB 20

    Keputusan awalnya untuk seminim mungkin berinteraksi dengan Lucca harus dia urungkan. Ada satu alasan mendesak yang mengharuskannya menemui The Black Rose setelah tidak bisa menemukan keberadaan Serafine. Abigail harus menghubungi Letisha dan Thita untuk memberitahukan kalau dia sudah sampai dan baik-baik saja. Abigail tidak mau mereka menanyakan dirinya melalui Shine. Demi apapun, Shine tidak boleh mengkhawatirkannya jadi Abigail harus berusaha menjaga kebohongannya tetap aman. Abigail akan minta satu kesempatan pada Lucca untuk menghubungi sahabatnya dan mengatakan dia baik-baik saja. Hanya itu. Kalau saja kalung milik Lucca yang dia temukan di dermaga tidak dia berikan ke Riley sebelum lelaki itu pergi entah kemana karena terlalu takut menyimpannya sendiri, mungkin dia bisa bebas pulang ke Indonesia. Tidak ada yang bisa dilakukannya selain menunggu Riley datang melalui surat rahasia yang dia titipkan pada Letisha seandainya Riley muncul. Namun, apa yang dia dapatkan di rumah ut

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-27
  • SANG PENAKLUK MAFIA   BAB 21

    "Abigail dibebas tugaskan malam ini!" Tegas Serafine. Abigail memeluk lututnya sendiri yang terasa menggigil di atas tempat tidur dengan tatapan menerawang. Tidak bisa melupakan bayangan Thomas yang tergeletak bersimbah darah. Mengabaikan semua orang yang ada di sekitarnya."Sebenarnya apa yang dia lakukan bersama Tuan Lucca di rumah utama?!" suara kesal Bellatrix mendominasi. "Dia seharusnya tidak boleh berdekatan dengan tuan. Posisinya di sini hanya sebagai pelayan jadi dia tidak pantas mendapatkan perhatian Tuan. Sekarang, aku ingin dilayani, tidak peduli dia sedang menderita, bersedih ataupun kesakitan, dia harus melakukannya!!""Untuk sementara, kau bisa memanggil pelayan yang lain. Dia akan bekerja kembali seperti biasanya mulai besok pagi. Terserah kalian mau menyuruh apapun padanya. Apa ucapanku belum jelas?!" balas Serafine."Kenapa dia dibebastugaskan?!" Bella semakin kesal. "Astaga, apa dia mencoba untuk menggoda Tuan Lucca hingga mendapatkan hukuman." Abigail memalingkan

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-27

Bab terbaru

  • SANG PENAKLUK MAFIA   BAB 190

    Perlahan matanya terbuka, retinanya mencoba menyesuaikan dengan sekitar hingga perlahan semua panca indranya mulai berfungsi kembali. Dadanya terasa panas dan di perutnya terasa sakit. Lucca mengerjapkan mata dan menyadari jika dia sedang berada di sebuah ruangan. "Thanks God." Bisikan lembut itu membelai indra pendengarnya. Suara seseorang yang akan dia respon dan dengar di manapun dia berada. Nada suaranya terdengar sarat dengan kekhawatiran dan juga kelegaan. Sentuhan tangannya membuat Lucca perlahan mencari keberadaan istrinya yang berada tepat di sampingnya. Menatap dengan lembut meski nampak merah akibat dari menangis. "Kau membuatku hampir jantungan," ocehnya, mengelus permukaan telapak tangannya dengan tangannya sendiri. "Aku sampai tidak bisa melakukan apapun dengan benar." Lucca tersenyum, untuk satu-satunya wanita yang bisa melihat senyumannya di dunia ini. "Aku berhasil membunuhnya." Kenyataan bahwa dia sendiri yang sudah membunuh Ravel membuat Lucca sangat puas. Lela

  • SANG PENAKLUK MAFIA   BAB 189

    Entah kenapa, Lucca tidak terlalu suka mendengar kata-kata itu meskipun benar kalau Serafine hanya pengawalnya. Tapi dia lebih dari itu. Bagi Lucca sendiri, dia sudah seperti sosok teman yang sudah lama sekali menemaninya melakukan banyak kejahatan. Kesetiaan wanita itu padanya membuat Lucca kagum. Meskipun tidak pernah mengatakannya ataupun memikirkannya, keberadaan wanita itu begitu berarti. Bukan dalam arti berarti seperti Abigail yang dia cintai tapi perasaan lain yang sulit sekali dia jelaskan. Tapi dia tidak akan memberikan orang kepercayaanya itu untuk Mike yang pastinya akan menjualnya nanti dengan harga tinggi. "Dia sudah tidak bersamaku. Jadi, kalau kau tidak menginginkan hal yang lain dan tetap bersikeras seperti ini. Aku akan pakai cara kasar untuk membuka mulutmu itu!!" Lucca menghunuskan tatapan membunuhnya membuat Mike nampak terlihat waspada. "Kalau begitu lupakan tentang Ravel Brigton." Tidak ada rasa takut sedikitpun dalam suara Mike yang wajahnya nampak serius. "

  • SANG PENAKLUK MAFIA   BAB 188

    Washington DC, New YorkMike Lawson bukanlah orang yang bisa ditemui dengan mudah. Memiliki beberapa club yang tersebar di negara bagian Amerika dan memiliki jaringan prostitusi skala besar untuk kalangan elit. Mike Lawson jelas tidak akan mudah diintimidasi tapi bukan Lucca Alonzo namanya jika dia tidak bisa mendapatkan informasi yang dibutuhkannya."Wah, ini pertama kalinya kita bertemu." Mike yang duduk di sofa mewah di dalam ruangan di salah satu club malamnya tertawa ketika melihatnya masuk, tanpa undangan tentunya. Seseorang berkulit hitam yang sukses membesarkan namanya di Amerika karena kemampuan bisnisnya. "Aku jadi penasaran, apa yang diinginkan seorang Lucca Alonzo dariku." Tatapannya tidak memperlihatkan jika dia takut. "Seorang wanita perawan seksi yang bisa diperlakukan sesuka hati?"Lucca berhenti beberapa meter darinya, memberi jarak dan berdiri dengan santai tapi waspada."Hanya satu hal, aku ingin tahu di mana bajingan Ravel Brigton bersembunyi saat ini.""Ravel--" M

  • SANG PENAKLUK MAFIA   BAB 187

    "Kau mau main-main dengan Lucca Alonzo,hmm?""Ti-dak-- Erggh."Lelaki yang berada di bawah kakinya mengerang tertahan saat Lucca semakin menekan kepalanya ke lantai. Duduk di kursi dalam ruang tertutup yang gelap, hanya di sinari cahaya matahari yang menembus melalui satu-satunya ventilasi udara yang ada di sana. Mengelus permukaan pistol di tangannya, tidak peduli lelaki di bawah kakinya sudah tergeletak tidak berdaya."To-long--" ucapnya terbata. "Le-pas-kan a-ku."Lucca mengalihkan tatapan ke bawah, tersenyum miring penuh nafsu membunuh."Melepasmu?" Lucca tertawa sarkas. "Kau pikir bisa lolos setelah memata-matai keluargaku. Kau jangan bermimpi!!""A-ku ti-dak--"BUKK!"Uhuukk..Uhuuukk..."Satu hantaman kaki Lucca di punggungnya membuat lelaki itu langsung batuk darah. Lucca berdiri, mendorong tubuh di lantai itu agar terlentang menghadapnya. Satu matanya sudah buta tertembus timah panas, lengan tangannya bengkok dan darah keluar dari sela hidung dan bibirnya. Dihunuskannya mata p

  • SANG PENAKLUK MAFIA   BAB 186

    "Baguslah kalau kau suka. Lucia juga sepertinya senang sekali."Abigail mengangguk, mengelus pipi bayi perempuannya yang tertawa melihatnya."Tapi kenapa tiba-tiba kita kemari? Aku tidak ingat kau pernah bilang akan membawaku ke sini."Lucca tersenyum miring, begitu mencurigakan. "Nanti kau juga akan tahu."Abigail menyimpitkan mata, "Kau menyembunyikan sesuatu ya?"Lucca tersenyum, "Tentu saja tidak."Abigail mendesah, kembali memalingkan wajah ke depan menikmati leindahan yang terhampar di depannya. Yacht membawa mereka berkeliling kota dari sungai dan Abigail sudah tidak sabar untuk menjelajah di sekitar kota dengan berjalan kaki. Kota impian yang seperti negeri dongeng. Membuat siapapun betah berada di sini meski Swiss mendapat predikat kota yang mahal."Aku membawamu ke sini sesuai permintaanmu," ujar Lucca membuat Abigail langusng menoleh dengan wajah bingung."Aku?""Ya." Lucca mencium pipi Lucia. "Aku hanya mengabulkannya saja seperti jin dalam dongeng."Abigail tertawa, "Oh,

  • SANG PENAKLUK MAFIA   BAB 185

    Air laut membasahi baju renangnya, pelukannya semakin menguat, tatapannya lurus ke depan dan rasa kebebasan itu semakin menguat. Untuk sedetik saja dia ingin melupakan hal-hal yang mengganggu pikirannya. Saat ini hanya ada mereka berdua, hanya dua manusia biasa yang memimpikan kebebasan yang sama. Just Abigail dan Lucca. Tanpa nama Alonzo di belakangnya. "Berteriaklah Abi!" Teriak Lucca, melakukan beberapa kali manuver ke sana kemari. Abigail perlahan melebarkan senyumannya, mulai menikmati sampai akhirnya berteriak kencang dan suaranya diterbangkan angin laut. Hingga mereka berteriak dan tertawa bersama. Beginikah rasanya kebebasan itu? Mesin perlahan memelan, riak air yang terciprat tidak sekencang sebelumnya, hingga jetski bergerak pelan mengikuti arus di lautan. Mereka berada jauh dari bibir pantai tapi bisa melihat sosok kecil di kejauhan. "Kau senang?" Lucca memegang lengannya dengan satu tangannya. Abi menyandarkan dagunya di bahu Lucca."Rasanya menyenangkan." "Lucia ya

  • SANG PENAKLUK MAFIA   BAB 184

    "Abi, kau siap?"Abigail menyambut uluran tangan Lucca yang menunggu di dermaga di mana ada jetski yang akan mereka gunakan berada."Hmm, entahlah." Abigail melihat ke arah lautan luas yang terbentang di depannya. "Rasanya sudah lama sekali aku tidak pernah melakukan ini."Lucca menatapnya dalam, penuh arti. Menarik tubuh mereka merapat dan mengelus pipinya."Aku selalu membuatmu kesulitan ya hingga kau sepertinya lupa bagaimana caranya bahagia seperti orang-orang lainnya."Perkataan Lucca tidak salah. Berurusan dengannya membuat hidup Abigail tidak lagi mudah seperti dulu."Sebelum bertemu denganmu, aku tidak perlu mewaspadai apapun yang ada disekitarku," ucapnya jujur. "Melewati banyak kejadian mengerikan yang mempertaruhkan nyawa membuatku tidak lagi bisa menikmati hal-hal yang dulu membuatku bahagia.""Kau seharusnya membenciku karena membuat hidupmu seperti itu," lirih Lucca, tatapan bersalahnya membuat Abigail tidak bisa memalingkan wajah. Memandangi mata hijaunya, menatap bayan

  • SANG PENAKLUK MAFIA   BAB 183

    Abigail tertawa dan Lucca bahagia melihat senyuman itu. Sesuatu yang menjadi motivasinya, penyemangatnya juga alasan eksistensinya di dunia ini. Sama seperti dia yang tidak bisa membayangkan Serafine sehidup semati dengan seseorang, wanita itu pasti juga tidak membayangkan jika dia akan berada di titik ini.Lucca menarik Abigail ke depan tubuhnya, memeluknya dari belakang dan menatap kejauhan. Mereka masih berada di Paris dan besok sore akan pulang dan berlayar menggunakan kapal pesiar ke Spanyol."Apa yang akan kau lakukan jika bertemu kembali dengan adik tirimu?"Pertanyaan Abigail menyentaknya sesaat. Sesuatu yang tidak pernah terpikirkan olehnya sebelum ini karena dia memang tidak peduli pada wanita itu. Hanya Aldrick satu-satunya yang mungkin akan mencari wanita itu hingga keujung dunia karena lelaki itu menyukai adik tirinya yang dia bela bahkan dengan tubuhnya sendiri yang tidak peduli sekalipun Lucca melubangi jantungnya dengan senjata api. Bukan alibi untuk tidak saling menya

  • SANG PENAKLUK MAFIA   BAB 182

    Dua bulan kemudian, "Bukankah semua baik-baik saja sekarang?" Lucca yang sedang bermain dengan Lucia diatas tempat tidur mereka di dalam kapal pesiar mewah yang sedang melaju di tengah Samudra menuju ke Spanyol mengalihkan tatapannya ke Abigail. "Tidak. Selama Ravel masih bersembunyi, dia masih menjadi ancaman." Abigail terdiam sesaat, "Aku takut dengan hal yang dia rencanakan di belakang kita selama membiarkan kita bahagia saat ini." "Aku akan menangkapnya. Tenang saja, sayang." Lucca menepuk-nepuk pelan paha Lucua. "Kau tidak perlu mengkhawatirkan apapun." Abigail diam, tersenyum saat Lucca mengelus pipinya lembut. Perasaan takut itu tidak hilang karena Ravel yang menjadi sumber masalah belum berhasil tertangkap. Lucca beberapa kali hampir berhasil menangkapnya namun selalu gagal karena kelicikan lelaki itu. Abigail tidak akan pernah tenang meski beberapa bulan ini, tidak ada hal mengerikan yang terjadi. "Aku rindu Shine," desah Abigail. "Kau bisa menemuinya nanti. Aku janj

DMCA.com Protection Status