Share

BAB 19

Penulis: irma_nur_kumala
last update Terakhir Diperbarui: 2023-03-27 07:49:27

"Tidak cukupkah kau membuatku menderita seperti ini," ucap Abi disela tangisannya. Seperti berusaha menahan emosinya yang ingin meledak.

Lucca tidak tahu bagaimana wanita itu bisa sampai ke rumah utama. Padahal Serafine pasti sudah memberitahukan semua larangan yang harus dipatuhinya. Nanti Lucca akan memperingatkannya lagi, meski harus dengan cara keras, karena wanita itu tidak boleh terlihat oleh orang di luaran sana.

"Aku berharap, tidak pernah mengenalmu dalam hidupku. Dasar bajingan!!"

Lucca menyandarkan pipi kanannya pada kepalan tangannya, memperhatikan keduanya. Kemarahan Abi tidak menakutkan sama sekali bahkan terkesan imut.

"Kau memang pantas membenciku, Abi," balas Thomas. "Tapi aku sudah tidak memiliki apapun lagi saat ini. Aku harap kau mau memaafkanku."

"Memaafkan bajingan sepertimu?" Ucapnya penuh penekanan, Lucca duduk tegak saat melihat genggeman erat Abi pada botol di tangannya. Matanya merah, tangisannya tertahan, napasnya naik turun, dan terlihat begitu terl
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Shan
msh bingung menghayatinya..
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • SANG PENAKLUK MAFIA   BAB 20

    Keputusan awalnya untuk seminim mungkin berinteraksi dengan Lucca harus dia urungkan. Ada satu alasan mendesak yang mengharuskannya menemui The Black Rose setelah tidak bisa menemukan keberadaan Serafine. Abigail harus menghubungi Letisha dan Thita untuk memberitahukan kalau dia sudah sampai dan baik-baik saja. Abigail tidak mau mereka menanyakan dirinya melalui Shine. Demi apapun, Shine tidak boleh mengkhawatirkannya jadi Abigail harus berusaha menjaga kebohongannya tetap aman. Abigail akan minta satu kesempatan pada Lucca untuk menghubungi sahabatnya dan mengatakan dia baik-baik saja. Hanya itu. Kalau saja kalung milik Lucca yang dia temukan di dermaga tidak dia berikan ke Riley sebelum lelaki itu pergi entah kemana karena terlalu takut menyimpannya sendiri, mungkin dia bisa bebas pulang ke Indonesia. Tidak ada yang bisa dilakukannya selain menunggu Riley datang melalui surat rahasia yang dia titipkan pada Letisha seandainya Riley muncul. Namun, apa yang dia dapatkan di rumah ut

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-27
  • SANG PENAKLUK MAFIA   BAB 21

    "Abigail dibebas tugaskan malam ini!" Tegas Serafine. Abigail memeluk lututnya sendiri yang terasa menggigil di atas tempat tidur dengan tatapan menerawang. Tidak bisa melupakan bayangan Thomas yang tergeletak bersimbah darah. Mengabaikan semua orang yang ada di sekitarnya."Sebenarnya apa yang dia lakukan bersama Tuan Lucca di rumah utama?!" suara kesal Bellatrix mendominasi. "Dia seharusnya tidak boleh berdekatan dengan tuan. Posisinya di sini hanya sebagai pelayan jadi dia tidak pantas mendapatkan perhatian Tuan. Sekarang, aku ingin dilayani, tidak peduli dia sedang menderita, bersedih ataupun kesakitan, dia harus melakukannya!!""Untuk sementara, kau bisa memanggil pelayan yang lain. Dia akan bekerja kembali seperti biasanya mulai besok pagi. Terserah kalian mau menyuruh apapun padanya. Apa ucapanku belum jelas?!" balas Serafine."Kenapa dia dibebastugaskan?!" Bella semakin kesal. "Astaga, apa dia mencoba untuk menggoda Tuan Lucca hingga mendapatkan hukuman." Abigail memalingkan

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-27
  • SANG PENAKLUK MAFIA   BAB 22

    Abigail terdiam sesaat, mengamati ekspresi Dom yang nampak sendu. Mengingatkannya pada Arsen, sahabatnya yang sekarang pasti berusaha menjaga adiknya, seperti yang selama bertahun-tahun ini dia lakukan. Abigail hanya bisa berdoa, lelaki itu tidak bodoh dengan terus-menerus menutupi perasaannya. "Apa dia tidak memiliki sedikit saja kebaikan hati?" "Tidak mudah menjadi seseorang dengan kedudukan sepertinya, Abi. Dengan latar belakangnya, sejarah keluarganya, musuh-musuh yang berharap bisa menjatuhkannya dan semua yang telah dia alami, sejak dulu dia sudah belajar mengeraskan hati. Kalau mau aman, ikuti saja apa yang dikatakanya." "Aku tidak mau membayangkan kehidupan apa yang dimilikinya. Berdekatan dengannya saja membuatku takut. Seandainya saja kami tidak bertemu dan aku tidak bodoh memungut kalung salibnya, mungkin aku tidak ada di sini." Meski masih samar bagi Abi, mungkin saja dia malah berakhir di tempat mengerikan lainnya. Tapi dia jelas tidak mau berada di tempat yang dia t

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-27
  • SANG PENAKLUK MAFIA   BAB 23

    "Untuk apa kau begitu khawatir aku akan menggodanya," balas Abi dengan suara pelan. "Apa kau tidak merasa percaya diri bersaing dengan seorang pelayan sepertiku. Lagipula, kau belum menjadi Nyonya rumah di sini jadi tolong, jangan bersikap selayaknya pemilik seorang The Black Rose. Kalian harus sadar apa fungsi kalian di sini—" Abi menatap mereka bertiga bergantian yang melotot marah. "Semata-mata hanya pelacur."Bella jelas langsung marah meski pada kenyataannya memang begitulah statusnya. Abigail terkesiap saat Bella mencengkram lehernya kuat dengan amarah yang menggelegak."Aku akan menjadi nyonya di rumah ini," desisnya penuh penekanan. "Kau akan jadi yang pertama aku tendang keluar dari sini. Jangan berani macam-macam denganku!"Abigail tidak bisa bersuara, mencoba melepas tangan Bella dari lehernya."Bella, hentikan!" Seru Brianna. "Kau bisa menyakitinya.""Memangnya siapa yang peduli," cibirnya, makin mencengkram erat. "Dia benar-benar harus diberi pelajaran.""Hentikan Bell."

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-28
  • SANG PENAKLUK MAFIA   BAB 24

    Ruangan besar bernuansa navy dengan semua perabotnya yang serba mahal tidak membuat Abigail merasa nyaman. Untuk pertama kalinya, Abi berada di area terlarang yang menjadi kediaman pribadi Lucca. Bangunan yang di desain dengan nuansa maskulin itu berbeda dengan semua ruangan yang ada di sekitar mansion. Benar-benar menunjukkan dengan kuat karakter seorang the Black Rose yang didominasi warna gelap navy bercampur gold dan campuran warna netral seperti putih. Mengisyaratkan kalau pemiliknya tidak suka warna cerah dan kedudukannya di simbolkan dengan nuansa gold.Kalau di rumah mewah lainnya dihiasi dengan bunga mawar aneka warna agar terlihat lebih indah, lain halnya dengan kediaman Lucca. Mawar hitamlah yang menghiasi setiap vas bunga yang mungkin diletakkan di setiap ruangan. Benar-benar mengesankan hidup yang penuh kegelapan.Abigail berdiri diam seraya meremas telapak tangannya sendiri di bawah tatapan intens The Black Rose. Balas memandang tanpa gentar meski didera rasa takut yang

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-28
  • SANG PENAKLUK MAFIA   BAB 25

    Mereka bertatapan untuk beberapa saat, menyelami ke dalam manik mata masing-masing. Semuanya bercampur jadi satu di kepala Abigail. Bagaimana Lucca bisa begitu tampan, mempesona, memikat dengan semua yang dimilikinya saat dilihat dari jarak begitu dekat. Aroma maskulinnya menguar kuat memberikan sensasi yang tidak akan bisa ditolak wanita manapun meski di baliknya, dia begitu mematikan dan berbahaya. Lucca memajukan kepalanya, hidung mereka bahkan hampir bersentuhan, membuat Abigail mendadak kaku tidak bisa bergerak. "Aku benarkan, Abi?" Abigail terdiam sesaat, tidak bisa berpikir. Lalu dia tersadar, mundur menjauh beberapa langkah membuat Lucca kembali menegakkan punggungnya disertai seringaian. "Jika kau berpikir demikian, maka di saat kau merasakan sentuhan magic dari cinta, itulah hari dimana akhirnya kau mengalami kejatuhan yang sempurna. Penyerahan total yang tidak pernah kau bayangkan sebelumnya," ucapnya dalam dan penuh penekanan agar Lucca mengerti maksudnya. Lucca berge

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-28
  • SANG PENAKLUK MAFIA   BAB 26

    Abigail menggenggam erat setangkai mawar hitam yang dia petik dari taman Lucca secara diam-diam dipinggir tebing tinggi tidak jauh dari mansion yang ditutupi pepohonan lebat. Tidak peduli tangannya terluka dan berdarah akibat duri yang menembus lapisan kulitnya, Abigail menangis memandangi laut dengan ombaknya yang kuat di bawah sana, tempat di mana jasad Thomas dibuang begitu saja. Betapa kejinya seorang the Black Rose. "Maaf—" Banyak hal yang ingin dia utarakan untuk Thomas yang dulu memberinya banyak rasa sebelum kekacauan hubungan mereka terjadi tapi hanya kata maaf yang terlontar dari bibirnya. Kalau banyak orang akan mengingat keburukan seseorang yang mengecewakan mereka, Abigail malah mengingat semua kebaikan yang Thomas lakukan. "Maafkan aku." Abigail menangis di sana dengan dada yang terasa sesak. Untuk seseorang yang pernah dia cintai dengan segenap hati. "Abi, kita harus kembali," Dom mengingatkan. Abigail mengangguk, mengusap air matanya dan maju selangkah mendekati

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-28
  • SANG PENAKLUK MAFIA   BAB 27

    Abigail tidak tahu sampai kapan dia sanggup bertahan di dunia Lucca yang mengerikan. Dalam hati mengharapkan pertolongan seseorang yang bisa membawanya pergi jauh dari sosok The Black Rose. Siapapun terserah begitu juga imbalan apapun yang diminta agar dia bisa kembali hidup tenang.Untuk beberapa saat, Abigail dihinggapi rasa bingung dengan tubuh kaku dan ekspresi tercengang saat menerima tatapan amarah yang dilayangkan Lucca. Menahan napasnya saat pistol tepat di depan wajah, siap untuk dilepaskan dan dalam hitungan detik, dirinya hanya tinggal nama."Berani sekali kau menantang The Black Rose!" kuncian pistolnya di lepas. Bukan ketakutan yang memenuhi pikiran Abigail saat dihadapkan pada malaikat pencabut nyawanya tapi rasa khawatir akan adik dan Mamanya. Apakah dia memang tidak akan pernah memiliki kesempatan untuk pulang dan berjumpa dengan mereka?"Bunuh saja dia, Tuan," sela Bellatrix. "Wajahnya saja yang lugu tapi hatinya penuh dengan tipu muslihat. Luka di tangannya jelas mem

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-29

Bab terbaru

  • SANG PENAKLUK MAFIA   BAB 190

    Perlahan matanya terbuka, retinanya mencoba menyesuaikan dengan sekitar hingga perlahan semua panca indranya mulai berfungsi kembali. Dadanya terasa panas dan di perutnya terasa sakit. Lucca mengerjapkan mata dan menyadari jika dia sedang berada di sebuah ruangan. "Thanks God." Bisikan lembut itu membelai indra pendengarnya. Suara seseorang yang akan dia respon dan dengar di manapun dia berada. Nada suaranya terdengar sarat dengan kekhawatiran dan juga kelegaan. Sentuhan tangannya membuat Lucca perlahan mencari keberadaan istrinya yang berada tepat di sampingnya. Menatap dengan lembut meski nampak merah akibat dari menangis. "Kau membuatku hampir jantungan," ocehnya, mengelus permukaan telapak tangannya dengan tangannya sendiri. "Aku sampai tidak bisa melakukan apapun dengan benar." Lucca tersenyum, untuk satu-satunya wanita yang bisa melihat senyumannya di dunia ini. "Aku berhasil membunuhnya." Kenyataan bahwa dia sendiri yang sudah membunuh Ravel membuat Lucca sangat puas. Lela

  • SANG PENAKLUK MAFIA   BAB 189

    Entah kenapa, Lucca tidak terlalu suka mendengar kata-kata itu meskipun benar kalau Serafine hanya pengawalnya. Tapi dia lebih dari itu. Bagi Lucca sendiri, dia sudah seperti sosok teman yang sudah lama sekali menemaninya melakukan banyak kejahatan. Kesetiaan wanita itu padanya membuat Lucca kagum. Meskipun tidak pernah mengatakannya ataupun memikirkannya, keberadaan wanita itu begitu berarti. Bukan dalam arti berarti seperti Abigail yang dia cintai tapi perasaan lain yang sulit sekali dia jelaskan. Tapi dia tidak akan memberikan orang kepercayaanya itu untuk Mike yang pastinya akan menjualnya nanti dengan harga tinggi. "Dia sudah tidak bersamaku. Jadi, kalau kau tidak menginginkan hal yang lain dan tetap bersikeras seperti ini. Aku akan pakai cara kasar untuk membuka mulutmu itu!!" Lucca menghunuskan tatapan membunuhnya membuat Mike nampak terlihat waspada. "Kalau begitu lupakan tentang Ravel Brigton." Tidak ada rasa takut sedikitpun dalam suara Mike yang wajahnya nampak serius. "

  • SANG PENAKLUK MAFIA   BAB 188

    Washington DC, New YorkMike Lawson bukanlah orang yang bisa ditemui dengan mudah. Memiliki beberapa club yang tersebar di negara bagian Amerika dan memiliki jaringan prostitusi skala besar untuk kalangan elit. Mike Lawson jelas tidak akan mudah diintimidasi tapi bukan Lucca Alonzo namanya jika dia tidak bisa mendapatkan informasi yang dibutuhkannya."Wah, ini pertama kalinya kita bertemu." Mike yang duduk di sofa mewah di dalam ruangan di salah satu club malamnya tertawa ketika melihatnya masuk, tanpa undangan tentunya. Seseorang berkulit hitam yang sukses membesarkan namanya di Amerika karena kemampuan bisnisnya. "Aku jadi penasaran, apa yang diinginkan seorang Lucca Alonzo dariku." Tatapannya tidak memperlihatkan jika dia takut. "Seorang wanita perawan seksi yang bisa diperlakukan sesuka hati?"Lucca berhenti beberapa meter darinya, memberi jarak dan berdiri dengan santai tapi waspada."Hanya satu hal, aku ingin tahu di mana bajingan Ravel Brigton bersembunyi saat ini.""Ravel--" M

  • SANG PENAKLUK MAFIA   BAB 187

    "Kau mau main-main dengan Lucca Alonzo,hmm?""Ti-dak-- Erggh."Lelaki yang berada di bawah kakinya mengerang tertahan saat Lucca semakin menekan kepalanya ke lantai. Duduk di kursi dalam ruang tertutup yang gelap, hanya di sinari cahaya matahari yang menembus melalui satu-satunya ventilasi udara yang ada di sana. Mengelus permukaan pistol di tangannya, tidak peduli lelaki di bawah kakinya sudah tergeletak tidak berdaya."To-long--" ucapnya terbata. "Le-pas-kan a-ku."Lucca mengalihkan tatapan ke bawah, tersenyum miring penuh nafsu membunuh."Melepasmu?" Lucca tertawa sarkas. "Kau pikir bisa lolos setelah memata-matai keluargaku. Kau jangan bermimpi!!""A-ku ti-dak--"BUKK!"Uhuukk..Uhuuukk..."Satu hantaman kaki Lucca di punggungnya membuat lelaki itu langsung batuk darah. Lucca berdiri, mendorong tubuh di lantai itu agar terlentang menghadapnya. Satu matanya sudah buta tertembus timah panas, lengan tangannya bengkok dan darah keluar dari sela hidung dan bibirnya. Dihunuskannya mata p

  • SANG PENAKLUK MAFIA   BAB 186

    "Baguslah kalau kau suka. Lucia juga sepertinya senang sekali."Abigail mengangguk, mengelus pipi bayi perempuannya yang tertawa melihatnya."Tapi kenapa tiba-tiba kita kemari? Aku tidak ingat kau pernah bilang akan membawaku ke sini."Lucca tersenyum miring, begitu mencurigakan. "Nanti kau juga akan tahu."Abigail menyimpitkan mata, "Kau menyembunyikan sesuatu ya?"Lucca tersenyum, "Tentu saja tidak."Abigail mendesah, kembali memalingkan wajah ke depan menikmati leindahan yang terhampar di depannya. Yacht membawa mereka berkeliling kota dari sungai dan Abigail sudah tidak sabar untuk menjelajah di sekitar kota dengan berjalan kaki. Kota impian yang seperti negeri dongeng. Membuat siapapun betah berada di sini meski Swiss mendapat predikat kota yang mahal."Aku membawamu ke sini sesuai permintaanmu," ujar Lucca membuat Abigail langusng menoleh dengan wajah bingung."Aku?""Ya." Lucca mencium pipi Lucia. "Aku hanya mengabulkannya saja seperti jin dalam dongeng."Abigail tertawa, "Oh,

  • SANG PENAKLUK MAFIA   BAB 185

    Air laut membasahi baju renangnya, pelukannya semakin menguat, tatapannya lurus ke depan dan rasa kebebasan itu semakin menguat. Untuk sedetik saja dia ingin melupakan hal-hal yang mengganggu pikirannya. Saat ini hanya ada mereka berdua, hanya dua manusia biasa yang memimpikan kebebasan yang sama. Just Abigail dan Lucca. Tanpa nama Alonzo di belakangnya. "Berteriaklah Abi!" Teriak Lucca, melakukan beberapa kali manuver ke sana kemari. Abigail perlahan melebarkan senyumannya, mulai menikmati sampai akhirnya berteriak kencang dan suaranya diterbangkan angin laut. Hingga mereka berteriak dan tertawa bersama. Beginikah rasanya kebebasan itu? Mesin perlahan memelan, riak air yang terciprat tidak sekencang sebelumnya, hingga jetski bergerak pelan mengikuti arus di lautan. Mereka berada jauh dari bibir pantai tapi bisa melihat sosok kecil di kejauhan. "Kau senang?" Lucca memegang lengannya dengan satu tangannya. Abi menyandarkan dagunya di bahu Lucca."Rasanya menyenangkan." "Lucia ya

  • SANG PENAKLUK MAFIA   BAB 184

    "Abi, kau siap?"Abigail menyambut uluran tangan Lucca yang menunggu di dermaga di mana ada jetski yang akan mereka gunakan berada."Hmm, entahlah." Abigail melihat ke arah lautan luas yang terbentang di depannya. "Rasanya sudah lama sekali aku tidak pernah melakukan ini."Lucca menatapnya dalam, penuh arti. Menarik tubuh mereka merapat dan mengelus pipinya."Aku selalu membuatmu kesulitan ya hingga kau sepertinya lupa bagaimana caranya bahagia seperti orang-orang lainnya."Perkataan Lucca tidak salah. Berurusan dengannya membuat hidup Abigail tidak lagi mudah seperti dulu."Sebelum bertemu denganmu, aku tidak perlu mewaspadai apapun yang ada disekitarku," ucapnya jujur. "Melewati banyak kejadian mengerikan yang mempertaruhkan nyawa membuatku tidak lagi bisa menikmati hal-hal yang dulu membuatku bahagia.""Kau seharusnya membenciku karena membuat hidupmu seperti itu," lirih Lucca, tatapan bersalahnya membuat Abigail tidak bisa memalingkan wajah. Memandangi mata hijaunya, menatap bayan

  • SANG PENAKLUK MAFIA   BAB 183

    Abigail tertawa dan Lucca bahagia melihat senyuman itu. Sesuatu yang menjadi motivasinya, penyemangatnya juga alasan eksistensinya di dunia ini. Sama seperti dia yang tidak bisa membayangkan Serafine sehidup semati dengan seseorang, wanita itu pasti juga tidak membayangkan jika dia akan berada di titik ini.Lucca menarik Abigail ke depan tubuhnya, memeluknya dari belakang dan menatap kejauhan. Mereka masih berada di Paris dan besok sore akan pulang dan berlayar menggunakan kapal pesiar ke Spanyol."Apa yang akan kau lakukan jika bertemu kembali dengan adik tirimu?"Pertanyaan Abigail menyentaknya sesaat. Sesuatu yang tidak pernah terpikirkan olehnya sebelum ini karena dia memang tidak peduli pada wanita itu. Hanya Aldrick satu-satunya yang mungkin akan mencari wanita itu hingga keujung dunia karena lelaki itu menyukai adik tirinya yang dia bela bahkan dengan tubuhnya sendiri yang tidak peduli sekalipun Lucca melubangi jantungnya dengan senjata api. Bukan alibi untuk tidak saling menya

  • SANG PENAKLUK MAFIA   BAB 182

    Dua bulan kemudian, "Bukankah semua baik-baik saja sekarang?" Lucca yang sedang bermain dengan Lucia diatas tempat tidur mereka di dalam kapal pesiar mewah yang sedang melaju di tengah Samudra menuju ke Spanyol mengalihkan tatapannya ke Abigail. "Tidak. Selama Ravel masih bersembunyi, dia masih menjadi ancaman." Abigail terdiam sesaat, "Aku takut dengan hal yang dia rencanakan di belakang kita selama membiarkan kita bahagia saat ini." "Aku akan menangkapnya. Tenang saja, sayang." Lucca menepuk-nepuk pelan paha Lucua. "Kau tidak perlu mengkhawatirkan apapun." Abigail diam, tersenyum saat Lucca mengelus pipinya lembut. Perasaan takut itu tidak hilang karena Ravel yang menjadi sumber masalah belum berhasil tertangkap. Lucca beberapa kali hampir berhasil menangkapnya namun selalu gagal karena kelicikan lelaki itu. Abigail tidak akan pernah tenang meski beberapa bulan ini, tidak ada hal mengerikan yang terjadi. "Aku rindu Shine," desah Abigail. "Kau bisa menemuinya nanti. Aku janj

DMCA.com Protection Status