Beranda / Romansa / Kupu-Kupu Malang / Bab 61 - Bab 70

Semua Bab Kupu-Kupu Malang: Bab 61 - Bab 70

137 Bab

Bab 61

Mereka terdiam cukup lama. Eric yang mengatur debaran dalam dadanya. Sambil harap-harap cemas menanti jawaban.Yuna sendiri masih belum pulih dari keterkejutan oleh pengakuan dadakan itu. Ia sempat berpikir kalau saat ini dirinya sedang bermimpi. Tetapi, dekapan Eric sangat nyata dan terasa.Sungguh, Yuna sangat ketakutan tadi. Yuna tidak merasakan cincin itu ketika bangun. Ia baru menyadari ketika mulai menggosok tubuhnya dengan sabun. Mana mungkin ia tidak takut, tahu-tahu ada cincin di jarinya!Sekarang, Yuna semakin takut karena Eric lah yang ternyata memberikan cincin itu. Melamarnya pula. Sementara masalah Yuna dengan Emilia masih mengambang tidak jelas. Yuna sangat yakin jika Emilia masih sangat membencinya.Apalagi kalau Yuna menikah dengan Eric dan menjadi menantu Volker, Yuna akan sering bertemu dengan Aldo. Bagaimana Yuna tidak khawatir?"Yuna? Kamu pingsan? Kenapa diam saja?" Akhirnya Eric dapat mengendalikan diri dan bicara normal. Tapi, ia masih belum mau menunjukkan wa
Baca selengkapnya

Bab 62

"Sebentar, Yuna, jangan pergi dulu."Eric menarik-narik tangan Yuna. Tetapi, Yuna bersikeras untuk menjauh. "Sakit, Kak! Lepasin aku," rintih Yuna."Dengarkan aku dulu. Jangan tinggalin aku lagi, Yuna!"Terjadilah adegan tarik menarik sampai handuk Yuna terlepas dari tubuhnya. Wajah Yuna merah padam menahan malu dan marah. Ia buru-buru memakai handuk itu lagi.Sedangkan Eric tercenung oleh pemandangan indah di depannya. Kepala atas dan bawahnya berkedut-kedut. Tapi, Eric segera membuang hawa nafsunya jauh-jauh."Aku mau ganti baju dulu! Bicaranya nanti aja. Masa Kak Eric melamar aku yang masih telanjang?!"Bukannya pergi, Eric justru mengikuti Yuna mengacak-acak isi dalam tas untuk mencari pakaian ganti. Eric terus mengamati Yuna ketika Yuna bersiap memakai dalaman. Yuna semakin sebal dibuatnya."Kak Eric kenapa tambah mesum, sih! Aku mau ganti baju!""Ya sudah, ganti baju saja.""Mana bisa aku ganti baju dilihatin Kak Eric begini?""Kenapa memangnya? Aku juga sudah melihat semua mil
Baca selengkapnya

Bab 63

"Aku mau dianterin pulang dulu. Seharusnya aku cuma libur sehari.""Nggak usah khawatir kalau masalah itu. Kak Billy bilang menyewa tempat ini seminggu, 'kan?""Pokoknya aku mau pulang. Tanggung jawabku di restoran masih banyak!"Akhirnya Eric terpaksa mengantar Yuna. Mengekor pada kekasihnya ke mana pun ia berada. Sampai diusir berkali-kali juga Eric tidak peduli. Ia tidak akan mengalihkan pandangannya dari Yuna lagi.***Eric yang terbiasa berada di puncak dan dihormati semua orang itu sekarang sedang gemetar ketakutan. Badannya keringat dingin seperti masuk angin meskipun ia tidak sakit apa-apa.Mulut Eric tertutup rapat mendengar Billy dan Herman asik mengobrolkan bisnis mereka. Ada rasa cemburu di hati melihat kedekatan sepupunya dengan ayah Yuna. Apalagi, waktu Yuna datang membawakan teh dan camilan untuk mereka. Yuna, Billy, dan Herman tampak harmonis bersama. Mereka juga bercanda ria dengan sangat natural. Menyisakan Eric sendiri yang seperti orang asing dan tidak penting.Pa
Baca selengkapnya

Bab 64

"Ayah!" Yuna menarik tangan Herman yang siap memukul Eric. "Kak Eric nggak salah, Yah.""Masuk ke kamarmu, Yuna!" bentak Herman, "Sekarang!""Nggak mau! Nanti Ayah mukulin Kak Eric!""Turuti ayahmu, Yuna." Eric menatap sendu kekasihnya. "Percaya sama aku.""Sudah, ayah mertua. Mari bicarakan baik-baik." Billy mencoba menengahi dan melepaskan cengkeraman tangan Herman dari kerah Eric.Herman membuang napas dengan kasar. Dadanya masih naik turun dengan cepat. Setelah Billy menepuk-nepuk punggungnya beberapa saat, barulah Herman sedikit tenang."Sekali lagi saya minta maaf, Om." Eric menunduk dalam. "Tapi saya serius ingin melamar Yuna. Saya tidak akan berhenti memohon sampai Om merestui hubungan kami.""Kamu ..." Herman menunjuk-nunjuk Eric."Kamu pulang dulu saja," ucap Billy kepada Eric. "Aku akan mengantar teman Yuna pergi dari sini.""Kenapa harus mengantarnya? Biar dia pergi sendiri!" Herman tidak habis pikir mengapa Darwis begitu baik kepada semua orang. Ia saja yang tidak tahu j
Baca selengkapnya

Bab 65

"Apa kamu sudah gila?!" bentak Billy."T-Tuan ... itu ..." Hilman menunjuk sesuatu di depannya.Dua pasang mata di kursi belakang mobil mengintip arah yang ditunjuk jari Hilman. Amarah kedua Volker itu menguap begitu mendapati sebuah tubuh tergeletak di depan mobil sedan mewah yang dinaiki mereka."Sial! Matamu di mana, hah? Bisa-bisanya menabrak orang!" maki Billy."Bagaimana ini, Tuan?" Hilman sangat takut karena melihat darah yang keluar dari tubuh orang itu."Panggil ambulance sekarang!" perintah Eric."Nggak! Jangan!"Billy keluar dari mobil dan mendekati orang itu. Kalau saja mereka tidak menabrak seseorang, Eric pasti sudah meninggalkan Billy sendiri di jalanan.Billy mengguncang tubuh yang tergeletak lemas itu menggunakan kakinya. Kemudian, melambaikan tangan memanggil orang-orang yang masih membeku di dalam mobil setelah memastikan orang itu masih hidup.Wajah Eric pucat pasi melihat orang berlumuran darah di bawah kaki Billy. Meskipun bukan ia yang menabraknya, tetapi itu tet
Baca selengkapnya

Bab 66

Di pagi yang tidak begitu cerah karena matahari belum muncul sepenuhnya ...Saat tahu tentang penolakan keluarga Yuna kemarin, orang tua Eric langsung terbang menuju Sukamaya secepatnya. Diana sampai di Istana Volker bersama dengan Yudha pagi-pagi buta. Mereka tidak repot-repot menyapa pemilik rumah lebih dulu dan langsung menuju ke kamar Eric. Setiap anggota Volker, meskipun tidak tinggal di kota itu, mereka memiliki kamar masing-masing. Tidak sulit bagi mereka untuk mencari Eric yang rupanya masih meringkuk tidur di balik selimut tebal."Bangun, Ric!" bentak Diana."Hmm?" Eric menggeliat dan mengerjapkan mata. "Mama? Kalian kenapa ada di sini?""Buat apa lagi? Melamar calon menantuku! Kamu ini cuma melamar saja sampai ditolak! Malu-maluin mama saja!""Ini masih pagi, Ma. Jangan teriak-teriak.""Bangun sekarang juga lalu bersiap. Kita ke rumah Yuna tiga puluh menit lagi," tegas Yudha.Eric melirik jarum yang yang masih menunjuk pukul enam pagi. "Sekarang?""Kapan lagi? Jam sembilan
Baca selengkapnya

Bab 67

Bagaimana Diana tidak marah? Eric adalah anak kebanggaan Diana. Dan Herman dengan entengnya menyebut Eric tengik dan tidak tahu malu! "Aww!!" pekik Herman. Ujung runcing sepatu Diana mengenai bagian belakang kepala ayah Yuna. Herman memungut sepatu itu dan menggenggamnya erat. Andaikan bukan wanita yang melemparnya, ia pasti akan membalas."Apa yang Anda lakukan?" geram Herman."Berani-beraninya kamu menghina anakku!""Ada yang salah? Dia memang nggak tahu malu. Sudah bikin anak orang sengsara, masih juga datang mengganggu!""Ayah ... Kak Eric nggak pernah menggangguku," ujar Yuna."Mama juga jangan emosi. Kita ke sini bukan mau berkelahi." Eric juga berusaha menenangkan Diana.Namun, kedua orang tua itu tidak menyurutkan tatapan yang sama-sama mengancam. Mereka justru terlihat siap berkelahi seandainya Yuna dan Eric tidak memegangi mereka."Ehem, mari kita bicarakan baik-baik di dalam," kata Yudha."Siapa yang bilang kalian boleh masuk?!" hardik Herman."Ayah!""Saya sudah tahu mak
Baca selengkapnya

Bab 68

"Kak! Jangan nakal, ya, tangannya!"Yuna menampik tangan Eric yang sudah bermain-main di pangkal pahanya. Eric tidak menyerah hanya karena tepukan ringan itu. Ia semakin dalam menjejalkan dua jemarinya ke dalam."Ka ... ahhk ...""Mau tahu rencana cadangannya?""Iya ... tapi ... berhenti dulu."Mulutnya saja minta berhenti, tapi dirinya sendiri menikmati. Tangannya pun ikut membantu menurunkan deretan gerigi penutup celana Eric.Sesuatu yang sesak itu terlepas dan berdiri dengan gagahnya. Namun, ia tidak mau berlama-lama di luar ruangan. Eric langsung memasukkan ke sarangnya. Hingga sang pemilik sarang memekik kencang."Shhh ... Jangan berisik, Baby."Eric memasukkan jemarinya ke mulut Yuna. Mulut atas dan bawah Yuna sibuk menggigit Eric dengan kuat. Sementara Eric hanya diam saja menikmati aksi kekasihnya. Dua tangannya memegangi pinggiran gazebo untuk menahan berat badannya sendiri dan Yuna yang bergerak sesuka hati."Ric!!" teriak Diana dari kejauhan."Sial!" umpat Eric.Bukannya b
Baca selengkapnya

Bab 69

Setelah memberikan obat pereda sakit kepala untuk Diana, Herman kembali mencari Yuna. Dan yang dicari rupanya masih duduk di tepi ranjang di kamarnya sembari mengeringkan rambut."Kamu habis mandi? Pantas saja ayah cari ke mana-mana nggak ada. Terus Eric kamu taruh di mana?""Ayah! Memangnya Kak Eric barang, masa ditaruh-taruh! Dia ada di kamar tamu pinjam kamar mandi."Herman memicingkan mata curiga. "Kalian habis ngapain tadi? Kamu juga tiba-tiba keramas.""I-itu tadi ... tadi kita jalan-jalan di belakang malah kejatuhan kotoran burung." Entahlah, pikiran Yuna buntu sampai menjawab sedapatnya. Walaupun memang Yuna baru saja kena kotoran burung, tapi burung yang lain. Meskipun Herman masih curiga, namun ayahnya tidak mau memperpanjang masalah. Ia tampak sedang memikirkan sesuatu yang lebih besar."Kenapa, Ayah?"Herman duduk di sebelah Yuna. Ia meneliti putrinya lekat-lekat seolah mencari sesuatu di dalam sorot matanya yang cerah."Ayah setuju kamu menikah dengan Eric. Tapi, apa ka
Baca selengkapnya

Bab 70

Setelah lamaran singkat itu, Eric dan orang tuanya kembali ke Kota Jawara. Eric hanya pulang untuk mengurusi pemindahan kantornya ke Kota Sukamaya. Mengambil beberapa barang-barang yang diperlukan dan semua pakaian Yuna yang masih tertinggal di apartemennya.Diana terpaksa mengambil alih kepemimpinan Eric di anak cabang Volker Corp. Yang artinya, menggagalkan pula rencana bulan madu keduanya. Andai saja anak sulung mereka dapat diandalkan, ia tidak akan kerepotan ditinggal si bungsu. "Ma, semua barangku di kantor sudah dikirim. Aku mau pulang dulu.""Ingat, Eric, jangan membicarakan masalah Aldo di depan Emilia. Akhir-akhir ini dia nggak mencari-cari Aldo lagi. Dia lebih khawatir kalau kamu masih berhubungan dengan Yuna.""Baik, Mama. Maaf, ya, kalau Mama jadi kerepotan begini.""Tch, sudah biasa kalian berdua merepotkanku."Eric mengecup kening Diana dengan singkat. Diana tercengang oleh perbuatan anaknya itu. Sebab, sudah dua puluh tahun sejak Diana mendapat kecupan atau pelukan da
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
56789
...
14
DMCA.com Protection Status