Home / Romansa / Kupu-Kupu Malang / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Kupu-Kupu Malang: Chapter 41 - Chapter 50

137 Chapters

Bab 41

"Kak Emil!"Emilia terbaring di lantai. Wajahnya pucat dan mulutnya mengeluarkan busa. Kue brownies berceceran di sebelah tubuhnya.Eric membaringkan Emilia di atas ranjang yang berantakan. Kemudian berteriak memanggil Minah sambil menghubungi dokter keluarga.Mendengar keributan itu, Yudha dan Diana pun datang. Mereka panik sambil menggoyangkan badan Emilia yang semakin lemas."Emil, kamu kenapa?"Emilia membuka sedikit mata. Dalam hati ia senang karena kedua orang tuanya mengkhawatirkan dirinya. "K-Kue...." Setelah mengatakan itu, Emilia kembali tidak sadarkan diri."Ke mana suaminya?!" bentak Yudha pada para pelayan."Saya akan mencarinya, Tuan." Minah tergopoh-gopoh keluar ruangan."Aku juga akan mencarinya. Papa dan Mama temani kakak sampai dokter datang.""Cepat, Ric. Bisa jadi Aldo yang meracuni Emilia dan membawa sesuatu dari sini."Eric mengangguk lalu berlari ke luar. Langkahnya langsung menuju ke arah gudang.Aldo bisa saja
Read more

Bab 42

Eric semakin cemas saat mendengar suara Yuna timbul tenggelam. Kekhawatirannya kian meningkat tatkala mendapati pintu yang menghubungkan halaman belakang dikunci dari luar."Bi Minah! Aji! Siapa saja cepat bawakan kunci!"Aji yang pertama datang. Melihat wajah panik sang tuan muda, ia segera berbalik dan langsung mencari kunci cadangan."Ini, Tuan Muda." Aji menyerahkan kunci dengan tangan bergetar. "Ada apa masalah apa, Tuan Muda?"Eric tidak menjawab dan langsung berlari ke arah gudang. Yang ada di pikirannya hanya keselamatan Yuna. Tidak peduli lagi dengan suara-suara berisik di belakangnya.Aji mengikuti, jika terjadi sesuatu ia rela menjadi tameng tuan mudanya. Pak Hendri dan beberapa sekuriti ikut datang setelah Aji menelepon mereka "Ada apa, Ji?" tanya Pak Hendri tidak kalah panik."Sepertinya tuan muda melihat maling.""Mana ada maling yang berani masuk ke sini, Ji!""Sudah, ayo cepat!"Suara rintihan Yuna semakin keras. Eric menendan
Read more

Bab 43

"Kenapa tiba-tiba jadi mengusir Yuna? Harusnya Aldo yang diusir dari rumah ini! Mama belum tahu apa yang diperbuat Aldo? Yuna jadi seperti itu gara-gara Aldo, Ma!" Eric meninggikan suaranya sambil menunjuk Yuna."Maaf, bisa bicaranya dipelankan?" Mariana bertanya sopan. Dalam hati kesal karena hampir saja Yuna mau menuruti ucapannya. Dan kini Yuna kembali bersembunyi dalam selimut."Maaf, Dok. Lanjutkan saja," tutur Diana.Eric mengacak-acak rambut dengan kesal."Kita bicara besok pagi, Ric. Mama mau istirahat dulu. Kepala mama pusing sekali." Diana meninggalkan kamar Eric.Dokter Mariana akhirnya berhasil membujuk Yuna dan merawat lukanya. Namun ia belum berhasil memeriksa semua. Termasuk trauma yang dialami Yuna."Tuan Muda sebaiknya bawa Nona Yuna ke tempat praktik saya besok.""Baik, Dok. Lalu gimana dengan kondisi kakak saya?"Wajah Mariana tampak lelah dan khawatir. "Saya sudah melakukan pertolongan pertama. Tapi kondisi janinnya cukup berbahaya. Saya masih memantau kandungan ny
Read more

Bab 44

Setelah selesai mandi, Yuna merasa segar. Pikirannya yang kusut pun semakin lurus. Yuna masih ketakutan oleh kejadian semalam. Akan tetapi, Rini dan Minah menjaga Yuna dengan baik."Aku kembali menjaga Nyonya Emilia dulu ya," kata Minah lalu beranjak pergi."Memangnya apa yang terjadi pada Nyonya Emilia, Bi?" tanya Yuna kepada Rini yang sedang menyisir rambutnya."Semalam, Nyonya keracunan makanan yang kamu bawa.""Astaga! Aku nggak menaruh apa-apa di kuenya, Bi!""Semua orang tahu. Aku dan Minah udah bilang ke Tuan Besar kalau kami berdua yang membuat kue itu. Dan di rekaman CCTV juga mereka melihat kamu cuma berjalan sampai ke kamar Nyonya Emilia tanpa menyentuh kue-kue itu."Yuna mengembuskan napas lega. "Kenapa Nyonya Emilia sangat membenciku, Bibi? Dulu dia baik sekali padaku. Apa gara-gara aku nggak sengaja memakai gaun kesayangannya waktu itu ya?""Aku juga nggak tahu, Yuna. Lebih baik kamu tanyakan sama pacarmu.""Pacar apa? Aku nggak punya...
Read more

Bab 45

Tanpa sadar Eric telah malajukan mobil sampai di depan toko perhiasan ternama. Ia tidak ragu melangkah masuk dan langsung menuju etalase yang menunjukkan berbagai cincin mahal."Mau model seperti apa, Tuan?" tanya seorang karyawan."Yang paling bagus dan mahal yang mana?"Melihat penampilan Eric, karyawan itu langsung menunjuk deretan cincin berhiaskan berlian dengan kualitas terbaik. Eric menimbang-nimbang lalu menunjuk salah satu model cincin bermata berlian besar yang sangat mahal harganya."Nggak. Dia pasti menolaknya. Yuna suka sesuatu yang sederhana.""Kalau begitu, bagaimana dengan ini, Tuan?" Karyawan itu mengeluarkan cincin yang menarik perhatian Eric."Cocok sekali."Setelah membeli cincin, Eric tidak langsung beranjak pergi. Ia masih duduk termenung di dalam mobil. Sambil memutar-mutar kotak perhiasan kecil itu, ia kembali berpikir tentang rencana pernikahan.Ada setitik rasa ragu yang mengganjal hati. Apakah ia sudah siap untuk menikah? Ap
Read more

Bab 46

Yuna menatap Eric yang masih tertidur pulas. Ia tidak habis pikir, bagaimana bisa pria tampan itu berbuat sejauh ini demi balas dendam semata? Bahkan sampai rela mengorbankan tubuhnya.Apa itu kalimat yang benar? Belum tentu Eric hanya tidur dengan Yuna. Kalau benar apa yang dilakukan Eric selama ini hanya pura-pura, berarti Eric memang lihai bermain dan mengambil hati wanita. Bisa jadi Eric memang sudah biasa tidur dengan para wanita. Dan bukan Yuna satu-satunya yang merasakan tubuh hangat Eric dalam pelukannya.Banyak praduga yang terus terlintas dalam benak Yuna. Dan semua itu membuat hati Yuna semakin nyeri. Yang paling ingin Yuna ketahui dari semua pertanyaan dan dugaan itu, apakah Eric pernah sekali saja tertarik pada dirinya?Yuna sudah tidak menyesal lagi karena melepas kegadisannya untuk Eric. Yuna hanya menyesal karena bermain hati dengan seorang pelanggan yang tidak mungkin mencintai pelacur seperti dirinya.Setelah terluka Yuna justru jadi semakin ta
Read more

Bab 47

Minah terkejut sampai melotot kepada Rini dan Eric bergantian. "Apa itu benar, Tuan Muda?"Eric tidak menjawab dan meninggalkan mereka berdua di dapur. Diamnya Eric justru menjelaskan jika apa yang Yuna dan Rini dengar tidaklah salah.Di koridor yang menghubungkan ruangan dalam ke ruang tamu, Eric berpapasan dengan Diana. Melihat anaknya yang terlihat kacau, Diana pun bertanya, "Ada masalah?""Yuna pergi. Mama puas kan sekarang?!"Diana mengerutkan kening. "Bukankah kemarin kamu setuju menikahi Yuna? Dia nggak mau menikah denganmu?"Eric melengos pergi tanpa menjawab pertanyaan ibunya. Diana terus memanggil tapi Eric tidak berhenti.Eric mulai melajukan mobil menuju rumah sakit. Ia mengemudi sangat cepat dan menyalip kendaraan lain. Tidak peduli dengan keselamatannya.Sampai di rumah sakit, Eric langsung melangkah cepat ke kamar perawatan Yuni. Ia pikir Yuna tidak mungkin meninggalkan adiknya. Demi adiknya juga Yuna sampai menyerahkan dirinya sendiri.
Read more

Bab 48

Emilia mengelus perutnya. Terasa kosong dan dingin. Bayi mungilnya sudah tidak ada lagi di dalam sana.Awalnya Emilia membenci bayi itu. Setelah Aldo muncul dan bersikeras ingin kembali padanya, ia mulai mencintai buah hati mereka. Tapi kini ia telah keguguran. 'Semua ini gara-gara Yuna. Kalau dia nggak pernah hadir dalam kehidupan rumah tanggaku, semua ini nggak akan terjadi."Air mata meleleh dari pelupuk mata Emilia. Rasa hangat tangisan kesedihan memenuhi wajahnya.Diana menyeka pipi putrinya penuh kasih sayang. Ia terus menghela napas karena Emilia tidak mau berhenti menangis."Kenapa Mas Aldo belum kembali, Ma? Apa dia sudah tahu kalau anak kami nggak ada lagi di dunia ini?""Aldo belum pulang sejak kemarin. Dia menghilang tanpa kabar." Diana menghindari tatapan Emilia yang penuh harap."Jangan-jangan Yuna menggodanya lagi supaya Mas Aldo meninggalkanku!" pekik Emilia."Itu nggak mungkin, Emil.""Aku sudah dengar dari Bi Minah kalau Yuna ju
Read more

Bab 49

"Ayah tahu." Herman membelai-belai rambut Yuna. "Maaf, Yuna. Semua karena kesalahan Ayah."Selama sisa perjalanan Yuna tidak lagi bicara. Ia malu sekaligus merasa bersalah kepada ayahnya. Sejak kecil, Herman selalu mewanti-wanti Yuna dan Yuni agar dapat menjaga kehormatan sebagai perempuan. Tapi ia membuang kehormatan itu hanya karena uang.Yuna seharusnya bisa berpikir ulang saat itu. Ia bisa melakukan hal lain selain menjual diri untuk membantu Yuni. Tapi apa daya, semua sudah terjadi dan waktu tidak dapat terulang kembali.Beberapa jam kemudian, mereka sampai di Kota Sukamaya. Herman langsung membawa anaknya ke rumah besar yang belum lama dibelinya.Yuna tertegun sejenak. Kalau ayahnya bisa membeli rumah semewah itu, mengapa Yuna dan Yuni harus kesulitan selama ini?'Setidaknya Ayah bisa mengirimi uang bulanan untuk Yuni barang sedikit saja. Rumah besar itu bisa untuk biaya rumah sakit Yuni.'Yuna ingin memprotes tapi ia tidak pernah tega mengucap ses
Read more

Bab 50

"Yuni ditinggal sendirian nggak apa-apa, Yah?""Kan sudah ada perawat di rumah. Jangan khawatir," jawab ayahnya.Herman kembali bercakap-cakap dengan Darwis di bangku depan. Mereka membicarakan proyek mega mal yang akan segera dibangun untuk menyaingi mal milik Volker.Yuna keringat dingin mendengar mereka bicara. Ia pikir setelah keluar dari Kota Jawara, ia tidak akan bersinggungan lagi dengan Eric atau keluarganya. Rupanya, memang benar apa kata berita, Volker memiliki banyak usaha di setiap kota."Yuna... Kita sudah sampai." Darwis membukakan pintu di samping Yuna."Oh, maaf. Aku melamun.""Kamu suka masakan barat?" tanya Darwis selagi mereka berjalan memasuki restoran mewah."Um, aku nggak punya pantangan makanan.""Dia itu rakus dan bisa makan apa saja." Herman menimpali."Ayah!" Wajah Yuna merona.Darwis tertawa singkat. "Bagus kalau begitu. Aku suka dengan orang yang nggak pilih-pilih makanan."Yuna memutar bola mata. Apa hubunganny
Read more
PREV
1
...
34567
...
14
DMCA.com Protection Status