Beranda / Romansa / Kupu-Kupu Malang / Bab 71 - Bab 80

Semua Bab Kupu-Kupu Malang: Bab 71 - Bab 80

137 Bab

Bab 71

Eric lega mendengar suara kendaraan di luar. Ia sudah keringat dingin mencari-cari alasan di kepalanya agar Emilia tidak ikut dengannya. Tetapi, mengingat bagaimana Emilia sangat mengenalnya dan dengan sifat curiga yang berlebihan, Eric takut jika kebohongannya segera terbongkar."Tunggu apa lagi, Ric? Malah bengong? Ayo, berangkat!""Pamitan sama mama dan papa dulu, Kak. Aku bisa dimarahi kalau mengajak Kak Emil tanpa izin.""Tch, merepotkan sekali," gerutu Emilia seraya berkacak pinggang.Pintu depan dibuka. Diana dan Yudha yang tadinya tertawa-tawa bersama sambil berangkulan mendadak kehilangan senyuman. Diana bertanya pada Eric apa yang terjadi menggunakan matanya. Sedangkan Eric menjawab dengan mengangkat kedua bahunya."Kamu mau ke mana, Emil?" tanya Yudha berhati-hati."Mau ikut Eric lah ... Eric mau pindah ke luar kota. Aku nggak mau ditinggal sendirian di sini dengan kalian berdua yang jelas-jelas nggak pernah menganggapku anak," ketus Emilia."Eric ke luar kota untuk bekerj
Baca selengkapnya

Bab 72

"Bangun dan bicaralah. Kalau tidak, aku akan menuntutmu karena membuat mobil sepupuku lecet dan hampir membuat kami semua dalam bahaya," ucap Billy.Gadis itu pun akhirnya berbalik. Bibirnya yang kering hendak mengucap sesuatu, namun tidak ada yang terdengar dari mulutnya."Aku ... haus ..." ucap gadis itu susah payah."Ambil sendiri minumanmu."Billy menunjuk gelas yang berisi air di atas nakas. Mana mungkin ia mau mengambilkan minuman untuk sembarang orang. Dengan tangannya yang gemetaran karena retak tulang, gadis itu pun mengambil gelas dan menyesapnya perlahan. Sesekali matanya melirik kepada Billy yang masih menatapnya tanpa berkedip sekali pun."Nah, sekarang sudah bisa bicara 'kan?"Gadis itu mengangguk. "S-saya tidak sengaja. Maaf."Billy mengambil ponselnya lalu memutar video yang ia ambil dari kamera dashboard mobil Eric. Malam itu, Hilman rupanya tidak menabrak si gadis. Hilman berhenti tepat ketika gadis itu terjatuh di depan mobilnya. Dan bisa dipastikan jika luka si g
Baca selengkapnya

Bab 73

"Jangan bilang ... Kakak naksir Yuna?"Billy terbahak-bahak oleh pertanyaan sepupunya yang tidak masuk akal. 'Apa korelasinya membuat permainan kecil dengan jatuh cinta? Konyol sekali,' batin Billy.Berbeda dengan pikiran Billy, Eric justru semakin mencurigai sepupunya itu. Billy biasanya tidak mau repot-repot mengurus sesuatu. Tetapi, Billy dengan entengnya menyetujui rencana Diana. Bahkan, Billy mau saja repot-repot mengantar Yuna ke sana kemari sebelum Yuna bertemu Eric. Dan sekarang, Billy seakan punya rasa percaya diri berlebihan kalau ia yang lebih pantas menjadi menantu Herman.Apa untungnya membuat permainan tidak penting itu bagi seorang Billy Volker? Kenapa juga Billy mau membuang-buang waktunya yang berharga demi kekasih, calon istri sepupunya?Eric sungguh penasaran dengan apa yang ada di benak Billy. Namun, Eric enggan bertanya. Eric tidak ingin mendengar kalau dugaannya benar. Eric juga tidak ingin membuat hubungannya dengan Billy menjadi lebih buruk dari sekarang."Ak
Baca selengkapnya

Bab 74

[Aku ada di depan restoran, Baby. Cepatlah keluar. Aku ingin berkencan denganmu.]Yuna tersenyum simpul membaca pesan dari Eric. Ia hendak membalas agar Eric mau menunggunya lima menit lagi. Tetapi, seorang karyawan memanggilnya lebih dulu."Mbak, pembukuan bulan ini sudah dicek belum?""Kamu sudah telepon Pak Billy?""Pak Billy siapa, Mbak?""Maksudku, Pak Darwis. Dia 'kan yang mengurusi semua laporan akhir.""Oh, katanya, Mbak Yuna yang disuruh menyelesaikan semua, termasuk menggaji karyawan selama Pak Darwis liburan.""Liburan? Sejak kapan?"Yuna bersungut-sungut kesal. Sudah seminggu Billy tidak mengunjungi restoran. Yuna jadi kewalahan mengurusi dapur dan manajemen sekaligus. Ditelepon berkali-kali pun Billy tidak pernah menjawab."Ya udah, aku ke kantor sekarang. Sebentar ... kamu bisa menghubungi Pak Darwis?""Bisa, Mbak. Barusan aku telepon beliau. Makanya, aku mencari Mbak Yuna.""Pinjam ponselmu sebentar. Dia nggak akan mengangkat teleponku."Karyawan itu menyerahkan ponseln
Baca selengkapnya

Bab 75

"Di makan dulu ini, Mas. Aku udah capek-capek masak juga!""Aku lapar yang lain, Baby. Gimana dong?"Untungnya, ruangan VIP itu tertutup. Tidak ada yang bisa melihat tangan nakal Eric yang mulai meraba-raba tubuh Yuna."Ah, udahlah, kalau nggak mau makan. Aku bawa ke dalam lagi makanannya," kesal Yuna."Iya, iya, aku makan. Tapi, habis ini aku boleh makan kamu, ya?"***"Ini yang namanya Istana Volker?"Yuna terpesona oleh wujud kediaman Volker yang banyak dibicarakan orang-orang. Baru di halaman depan, mulut Yuna terbuka lebar sampai lupa menutup. Kesempatan untuk Eric menyodorkan bibirnya dan memainkan lidahnya ke dalam mulut Yuna."Mas!" Yuna mendorong Eric."Hehehe. Ayo, keluar dulu."Eric membuka mobil lalu berlari kecil untuk membukakan pintu untuk Yuna. Ia menggandeng Yuna melewati garasi depan yang terdapat lusinan mobil mewah milik Billy yang berjejer rapi."Di dalam rumah lagi banyak orang, ya, Mas? Aku malu," ucap Yuna mengeratkan genggaman tangannya."Nggak ada. Cuma ada k
Baca selengkapnya

Bab 76

"Kamu kenapa, Baby?"Eric mendekati Yuna dan membantu memijat tengkuknya. Namun, Yuna justru semakin banyak memuntahkan isi perutnya."Minggir dulu, Mas."Eric berbalik mengambil kaos dan celana kain tanpa memakai dalaman karena miliknya masih mengacung sempurna. Ia kembali mendekat saat Yuna berhenti muntah-muntah dan selesai membersihkan mulutnya."Kamu sakit? Tadi padahal nggak kenapa-napa.""Nggak tahu. Kekenyangan mungkin.""Sekarang sudah baikan? Mau aku panggilkan dokter dulu?""Nggak usah, Mas. Aku sudah nggak apa-apa, kok." Yuna mengambil tisu dan menyeka wajahnya. "Mau dilanjutkan?" godanya.Eric sebenarnya mau-mau saja. Tetapi, Eric tidak tega melihat wajah Yuna yang masih sedikit pucat."Lain kali saja. Kita mandi dulu lalu tiduran di kamar."Yuna mengangguk setuju dan mulai melepaskan pakaiannya. Begitu juga dengan Eric."Masuk, Baby," perintah lembut Eric.Yuna duduk di dalam kolam hangat. Disusul Eric memasuki kolam. Milik Eric sengaja diserempetkan di belakang kepala Y
Baca selengkapnya

Bab 77

"Masa iya aku yang hamil, Ma! Orang cuma ada aku dan Yuna di sini."'Aku manusia tak dianggap," batin Felix kecut.Diana tidak terkejut sama sekali. Ia hanya ingin memastikan pendengarannya tidaklah salah.Kalau ditanya, Diana justru senang karena akan memiliki cucu. Yang sebelumnya ia sangat kecewa dan sedih karena cucu pertamanya tiada. Namun, Diana tetap memasang ekspresi keras. Biar bagaimanapun, Eric telah melakukan kesalahan dengan manghamili anak orang di luar nikah."Ikut mama sebentar, Ric." Diana menjewer telinga Eric."Aww!! Sakit, Ma! Jangan bikin malu!"Diana pun menyeret Eric ke luar dari kamar. Dan menutup pintu dengan keras, sampai Yuna dan dokter Felix terlonjak dari duduknya."Apa kamu masih punya malu? Sembarangan bikin anak di mana saja yang kamu suka! Mama nggak suka!""Apa maksud, Mama? Aku nggak sembarangan," kilah Eric. Matanya bergetar tidak tahu harus melihat ke mana."Kemarin apa yang mama lihat di taman itu?""D-di taman mana? A-aku cuma membantu m-members
Baca selengkapnya

Bab 78

Setengah jam berlalu, Lima selesai didandani oleh para pelayan Volker. Rambut panjang lurusnya dipotong dengan gaya soft layer sebahu dan diwarnai kecoklatan. Wajah kecil cantiknya disapu oleh make up tipis ala korea. Tubuh semampainya dibalut oleh gaun panjang merah muda.Lima malu-malu saat dirinya berputar sesuai perintah Billy. Rona kemerahan tercetak di wajah putih mulusnya yang begitu tampak muda. Meskipun sudah berumur dua puluh enam tahun, Lima masih terlihat seperti gadis remaja.Billy sampai lupa berkedip oleh penampilan baru Lima. Ia mengangguk puas melihat gadis di depannya yang tadinya tampak kumal dan lusuh berubah jauh melebihi ekspektasinya.Walaupun Billy sempat terpesona, namun bukan Billy Volker namanya jika ia tiba-tiba jatuh cinta pada pandangan pertama kepada Lima. Di mata Billy, Lima hanya terlihat cantik. Itu saja. Tidak kurang dan tidak lebih.Lima tetaplah perempuan menyedihkan tanpa asal usul yang jelas dan tidak pantas untuk mendapatkan banyak perhatian dar
Baca selengkapnya

Bab 79

Lima yang awalnya terkejut mulai membuka akses mulutnya untuk Billy. Entah apa yang terjadi dan siapa wanita itu, Lima tidak tahu. Tugasnya hanya menuruti Billy, sang penyelamat hidupnya seorang.Billy pun melumat bibir Lima dengan lahap dan sedikit menikmatinya. Kemudian, Billy melepaskan ciumannya sampai terdengar suara decapan dari bibir mereka yang terpisah. Wanita cantik tadi membeku tidak jauh dari tempat Billy dan Lima berada. Yang tadinya ia hanya melihat punggung Billy, kini ia tahu jika Billy tengah bermesraan dengan seorang gadis asing yang baru dilihatnya.Bukan hanya wanita itu saja yang melihat Billy bermesraan. Beberapa kerabat, termasuk Eric pun sampai tidak bisa berkata-kata. Suasana aula yang tadinya ramai orang bercakap-cakap mendadak sunyi.Billy Volker awalnya seorang penyendiri kaku dan hanya menyukai seorang wanita saja. Setelah patah hati oleh cinta pertamanya yang begitu meninggalkan luka mendalam, dan tentu saja diketahui banyak orang, Bill
Baca selengkapnya

Bab 80

"Ric! Ngapain kamu di situ sendirian? Ke sini gabung sama kita," panggil Renata."Wow, ini si cupu Eric yang dulu itu, Bill? Lihat, sekarang dia sudah mirip bos besar," celoteh Joshua."Siapa yang kamu panggil cupu?" sentak Eric."Tuh, 'kan, mengamuk. Dia mirip Billy versi muda yang mudah terpancing emosi." Joshua terbahak-bahak.Rupanya, bukan hanya Billy yang suka menggoda Eric. Joshua yang berteman dengan Billy sejak lama pun dulu juga rutin menjahili Eric."Mana calon istrimu, Ric? Tadi aku kaget sekali waktu tante Diana bilang kalau kamu mau menikah. Gila! Aku nggak bisa membayangkan, bocah ingusan sepertimu bermain di ranjang dengan seorang gadis!" cibir Joshua.Tahu ada orang yang bisa diajak mengerjai Eric, wajah Billy berubah berseri-seri. Rasa kecewa akibat tidak jadi menggunakan Lima untuk menggoda Eric pun sirna."Wah, jangan salah, Josh. Dia ini ahli permainan ranjang. Ganas sekali mainnya. Kemarin saja, aku menyewakan vila untuknya-""Ka
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
678910
...
14
DMCA.com Protection Status