"Di makan dulu ini, Mas. Aku udah capek-capek masak juga!""Aku lapar yang lain, Baby. Gimana dong?"Untungnya, ruangan VIP itu tertutup. Tidak ada yang bisa melihat tangan nakal Eric yang mulai meraba-raba tubuh Yuna."Ah, udahlah, kalau nggak mau makan. Aku bawa ke dalam lagi makanannya," kesal Yuna."Iya, iya, aku makan. Tapi, habis ini aku boleh makan kamu, ya?"***"Ini yang namanya Istana Volker?"Yuna terpesona oleh wujud kediaman Volker yang banyak dibicarakan orang-orang. Baru di halaman depan, mulut Yuna terbuka lebar sampai lupa menutup. Kesempatan untuk Eric menyodorkan bibirnya dan memainkan lidahnya ke dalam mulut Yuna."Mas!" Yuna mendorong Eric."Hehehe. Ayo, keluar dulu."Eric membuka mobil lalu berlari kecil untuk membukakan pintu untuk Yuna. Ia menggandeng Yuna melewati garasi depan yang terdapat lusinan mobil mewah milik Billy yang berjejer rapi."Di dalam rumah lagi banyak orang, ya, Mas? Aku malu," ucap Yuna mengeratkan genggaman tangannya."Nggak ada. Cuma ada k
Baca selengkapnya