Eric menaikkan kedua alisnya ketika lidahnya menyentuh makanan. Tidak ada rasa yang aneh. Justru sangat lezat makanan buatannya itu. Tapi, kenapa Yuna malah tampak kesal?"Enak, kok. Apa nggak sesuai selera Istriku?""Mas Eric curang!"Eric tadinya lahap menyantap makanan, menaruh sendok dan garpunya. Ia memicingkan mata keheranan. Salah apa lagi dirinya?"Memasak itu keahlianku, Mas. Harusnya Mas Eric nggak boleh masak terlalu enak." Yuna bersungut-sungut memajukan mulutnya.'Dimasakin enak salah. Nanti, begitu dimasakin nggak enak pasti nggak akan dimakan,' gumam Eric dalam hati."Maaf, Baby. Mau dibuatin yang lain?""Aku udah nggak nafsu makan, Mas. Sekarang jalan-jalan aja, yuk," ajak Yuna yang tiba-tiba kembali berbinar memohon."Dihabiskan dulu makanannya. Masa kamu tega membuat buah hati kita kelaparan?" bujuk Eric, "Mau aku suapin?""Nggak mau, Mas. Aku ingin makan di restoranku aja."Eric melirik jam di dinding. Masih satu jam lagi re
Read more