Home / Romansa / Kupu-Kupu Malang / Chapter 91 - Chapter 100

All Chapters of Kupu-Kupu Malang: Chapter 91 - Chapter 100

137 Chapters

Bab 91

Eric menaikkan kedua alisnya ketika lidahnya menyentuh makanan. Tidak ada rasa yang aneh. Justru sangat lezat makanan buatannya itu. Tapi, kenapa Yuna malah tampak kesal?"Enak, kok. Apa nggak sesuai selera Istriku?""Mas Eric curang!"Eric tadinya lahap menyantap makanan, menaruh sendok dan garpunya. Ia memicingkan mata keheranan. Salah apa lagi dirinya?"Memasak itu keahlianku, Mas. Harusnya Mas Eric nggak boleh masak terlalu enak." Yuna bersungut-sungut memajukan mulutnya.'Dimasakin enak salah. Nanti, begitu dimasakin nggak enak pasti nggak akan dimakan,' gumam Eric dalam hati."Maaf, Baby. Mau dibuatin yang lain?""Aku udah nggak nafsu makan, Mas. Sekarang jalan-jalan aja, yuk," ajak Yuna yang tiba-tiba kembali berbinar memohon."Dihabiskan dulu makanannya. Masa kamu tega membuat buah hati kita kelaparan?" bujuk Eric, "Mau aku suapin?""Nggak mau, Mas. Aku ingin makan di restoranku aja."Eric melirik jam di dinding. Masih satu jam lagi re
Read more

Bab 92

Yuna menjabat tangan Joshua. Ia sesekali melirik pemilik tubuh jangkung itu malu-malu. Eric yang menatap tingkah genit istrinya mengepalkan kedua tangan geram."Nggak usah lama-lama jabat tangannya!" Eric menarik tangan Yuna."Apaan, sih, Mas!" Yuna melirik sinis Eric.Joshua tersenyum puas melihat reaksi Eric. Menggoda Eric adalah kenikmatan sendiri baginya, sama seperti Billy. Pria yang telah dewasa itu tetap masih seperti anak kecil baginya.Tidak berhenti sampai di situ, Joshua sengaja duduk di depan Yuna. Matanya pun terfokus pada Yuna.Eric yang jengah oleh sikapnya, lantas menyuruh Yuna pindah di kursinya. Eric tahu, Joshua hanya menggodanya, namun ia tidak rela istrinya ditatap lama-lama oleh pria lain. Apalagi, Yuna tadi bilang kalau ia mengidamkan Joshua. Bagaimana Eric tidak murka mendengar istrinya mengidolakan pria lain?!"Baby, aku mau bicara dengan dia sebentar." Eric meminta selembut mungkin."Nggak mau, Mas! Pantatku udah nempel di kursi. Dari situ juga bisa bicara."
Read more

Bab 93

"Mas ..." Yuna terus menggoyang lengan Eric yang tidur membelakanginya. Eric hanya diam dan pura-pura tidur.Dari perjalanan pulang, Eric hanya mendiamkan Yuna. Ditanya sedikit pun tidak menjawab. Yuna sangat takut jika Eric akan kembali menjadi dirinya yang dulu.Rasa sesal mulai mengusiknya. Yuna telah menyadari, permintaannya untuk bisa jalan-jalan bersama suami Renata sungguh keterlaluan. Namun, Yuna sendiri tidak tahu mengapa ia terdorong untuk meminta itu.Yuna lantas memeluk Eric dari belakang. Sampai penyesalannya hilang ditelan mimpi yang tak begitu indah.Sementara Eric memutar badan. Mengecup kening Yuna dalam dan tidur memeluknya.***"Baby, bangun." Eric menyisir rambut Yuna yang sedikit berantakan."Mas." Ketika Yuna membuka mata sepenuhnya, ia langsung mendekap suaminya."Maafin aku, Mas. Aku nggak akan minta macam-macam. Tapi, Mas Eric jangan mendiamkan aku lagi.""Hemm. Kamu boleh minta apa pun, Baby. Tapi, kamu juga harus tahu batasmu. Aku cemburu melihatmu genit-ge
Read more

Bab 94

Billy menggebrak meja kerja. Tangannya mengepal erat, sampai buku-buku jarinya terlihat memutih. Rahang tegasnya kian menegang.Andai saja, Dimas, asisten pribadi Billy tidak lebih cepat mengetahui rencana Aurora, saat ini semua orang sudah tahu berita pernikahan Billy yang tidak pernah ia setujui. Makin kesal pula Billy pada Aurora yang seenaknya mengambil keputusan.Aurora selalu berbuat sesuka hati, egois, dan penuntut. Karenanya, Billy sempat berpikir untuk mengelola perusahaan baru dengan nama baru agar Billy terbebas dari jeratan ibunya.Namun, perusahaan yang ia bangun bersama Herman belum stabil untuk bisa berdiri sendiri. Billy belum bisa menyerahkan posisinya sebagai presiden direktur Volker Corp kepada Eric. Dan Eric juga belum sepenuhnya lolos ujian darinya."M-maaf, Tuan. Saya hanya disuruh nyonya." Vero menunduk takut, sesekali melirik ke arah Dimas dengan tatapan menyalahkan.Dimas yang baru kerja setahun bersama Billy tidak berani berkata apa-apa. Meskipun ia sedikit t
Read more

Bab 95

"Budak? Apa yang kamu katakan?" gumam Billy.'Dia kenapa? Apa dia gila seperti Emily? Tch! Merepotkan sekali!'Lima masih mengemis dan memohon ampun. Punggung Lima yang menunduk di kaki Billy tampak bergetar. Lima juga semakin menunduk ke bawah.Billy menghindar tatkala bibir Lima hampir menyentuh sepatunya. Ia menarik lengan Lima sampai berdiri."Kamu kenapa?" Billy menggenggam lengan dan mengguncang badan Lima."Ampuni aku, Tuan," rintih Lima.Lima sama sekali tidak berani memandangi Billy. Lima sangat takut jika ternyata pria di depannya adalah mantan bosnya yang berkamuflase menjadi orang lain. Sebab, suara dan mimik kejam Billy sangat mirip dengan mantan bosnya."Lima!! Sadarlah!" bentak Billy tepat di depan wajah Lima.Lima terhenyak dan sontak terdiam. Bola matanya mulai bergerak menjelajahi wajah Billy. Lima menelan ludah susah payah setelah tersadar pria di depannya hanyalah Billy Volker, pria super kaya raya, tapi hanya pria biasa baginya."M-maaf, Tuan. Aku agak lelah dan
Read more

Bab 96

Beberapa bulan berlalu ...Keringat membasahi wajah cantik Yuna. Perut Yuna yang sudah sangat besar tiba-tiba terasa kram."Apa ini?"Tangan Yuna menarik rok bagian belakang yang terasa basah. Ia gemetaran setelah melihat kain berwarna krem itu ternoda darah. Yuna sangat panik sampai bingung harus berbuat apa.Eric baru saja berangkat kerja. Sedangkan Diana pulang ke Kota Jawara sejak dua hari lalu karena hari perkiraan lahir Yuna masih seminggu ke depan. Akhirnya, Yuna pun berteriak memanggil asisten rumah tangga."Bi Jumi!!""Ya, Nyonya?"Bu Jumi hampir menumpahkan susu ibu hamil di atas nampan ketika melihat rembesan darah di gaun belakang Yuna. Ia buru-buru menaruh gelas ke meja, lalu membantu Yuna mencari posisi berbaring yang lebih nyaman."Ya, ampun, Nyonya. Saya panggilkan Tuan sekarang juga.""Mas Eric nggak angkat teleponnya, Bi.""Kita ke rumah sakit dulu kalau begitu."Bi Jumi berlari keluar memanggil Hilman untuk mengantarkan Yuna ke rumah sakit. Hilman bergegas menggendo
Read more

Bab 97

Wanita itu tidak lain adalah Emilia. Ia resah karena orang tuanya pergi dalam kondisi panik. Ditambah lagi, Eric sudah sebulan lebih tidak pulang mengunjungi Emilia.Emilia sempat khawatir jika ada sesuatu menimpa adiknya. Akan tetapi, Emilia menepis kecemasan berlebihan itu karena jika memang ada hal buruk terjadi pada Eric, mereka pasti juga memberi tahu dirinya.Tidak ada akses untuk mengetahui berita di luar. Ponsel tidak ada, saluran televisi diputus, dan para pelayan yang tidak lagi patuh padanya. Begitulah kondisi Emilia sekarang. Tak ubahnya seperti hidup di dalam penjara."Pasti ada sesuatu yang mereka sembunyikan. Tentu saja ... tidak mungkin mereka mengurungku tanpa sebab," gumam Emilia.Selama berbulan-bulan, Emilia terkurung pasrah di dalam rumah. Sempat ia berusaha melarikan diri, namun puluhan bodyguard ditempatkan di sekeliling rumah untuk menjaganya. Tidak sampai lima menit mereka dapat menemukan Emilia.Emilia merasa sesak berada dalam rumah yang lebih mirip dengan s
Read more

Bab 98

Di rumah yang kata Eric 'sederhana' itu, Yuna tengah menyiapkan sarapan untuk sang suami. Yuna telah terbiasa dengan kegiatan sebagai seorang istri.Eric tiba-tiba saja muncul dari belakang. Memeluk istrinya dengan mesra. Tidak lupa memberikan kecupan-kecupan lembut di seluruh wajah istrinya."Baby, anak kita sudah besar, mau bikin adik lagi?" bisik Eric sambil menggigit telinga Yuna."Pagi-pagi udah mau bikin bayi, Mas. Lagian, Yuria masih enam bulan dibilang sudah besar." Yuna mendorong Eric supaya tidak mengganggu aktivitasnya. "Mumpung Yuria belum bangun. Aku akan membuatkan Yuria adik sekarang juga."Eric mematikan kompor. Kemudian, menggendong Yuna ala pengantin. Biarpun telah melahirkan, bentuk tubuh Yuna kembali seperti semula. Tidak susah bagi Eric membawa kabur istrinya secepat kilat masuk ke dalam kamar."Mas! Aku belum selesai memasak!" Yuna meronta minta dilepaskan.Yuna dihempaskan ke ranjang. Eric langsung merangkak di atas sang istri dengan menggebu-gebu. Ia tidak ing
Read more

Bab 99

Setelah sampai di Istana Volker, Eric langsung bertolak ke Kota Jawara menggunakan helikopter pribadi. Tidak sampai satu jam Eric sampai di atap gedung kantor Volker yang terdapat helipad khusus untuk anggota keluarga.Emilia telah menanti adiknya dengan antusias. Baru juga Eric turun, Emilia sudah menyerbu dengan pelukan."Kamu ke mana aja, Ric? Kenapa sebulan lebih nggak menghubungi aku?""Maaf, Kak. Aku sibuk sekali akhir-akhir ini.""Iya, nggak apa-apa. Yang penting kamu sudah datang. Aku mau menunjukkan sesuatu padamu."Emilia menarik Eric sampai ke ruangan barunya. Dua tangan Emilia merentang lebar dengan senyum mengembang."Taraa!! Kantor baru aku, Ric."Eric tersenyum simpul. Rasanya begitu lega melihat sang kakak mendapatkan semangat hidupnya lagi. Ia hanya perlu mencari waktu tepat untuk jujur pada Emilia tentang pernikahannya dengan Yuna.Tidak mungkin Eric dapat menyembunyikan Yuna terus menerus. Meskipun Emilia masih dijaga ketat oleh beberapa pria berjas hitam sebagai bo
Read more

Bab 100

Ketenangan yang telah Emilia jaga selama berbulan-bulan lamanya hampir saja runtuh. Begitu mendengar Eric memiliki istri dan anak, Emilia merasa jika dirinya tidak dianggap.Bagaimana mungkin adik satu-satunya menikah, tetapi ia tidak diberi tahu? Betapa sakit hati Emilia kepada keluarganya sendiri. Mau dipikir berapa kali pun, ini semua tidak adil baginya.Mengapa Eric harus menyembunyikan pernikahan darinya? Apakah pernikahan Eric berhubungan dengan dikurungnya ia selama ini?'Padahal, aku juga akan ikut berbahagia kalau Eric menikah. Kecuali jika Eric menikah dengan seseorang yang aku benci. Maka, mereka akan takut aku mengganggu rumah tangga Eric.'Emilia mengambil napas dan membuang dengan kasar. Berulang kali. Sampai hatinya sedikit lebih tenang. Meskipun sangat susah mempertahankan ekspresi datar.'Untuk saat ini, aku akan mengikuti permainan mereka. Entah apa yang mereka sembunyikan dariku, aku akan fokus dengan pekerjaanku dulu. Aku nggak ingin usahaku selama berbulan-bulan in
Read more
PREV
1
...
89101112
...
14
DMCA.com Protection Status