Beranda / Fantasi / SUNAN ZUNUNGGA / Bab 31 - Bab 40

Semua Bab SUNAN ZUNUNGGA: Bab 31 - Bab 40

63 Bab

Bab. 31. Kastil Bintang

Kastil Bintang Saat ini di Kastil Coral. Setelah penaklukan di dimensi Tredor, Hans Muda dan pasukannya telah kembali ke dinasti asal mereka. Kastil Coral yang sepi dalam beberapa waktu kini menjadi ramai kembali. Pesta dan perayaan akan diadakan setiap kali bangsa mereka berhasil menundukkan wilayah lainnya dan membawa pulang barang-barang berharga ke dalam ruang penyimpanan istana. Selain memiliki ruang penyimpanan khusus harta karun hasil rampasan perang, di Kastil Coral ternyata juga menyimpan banyak ruang rahasia dan ruangan penting lainnya. Masih dalam wilayah Kastil Coral, Hans muda sengaja membangun sebuah istana tersendiri sebagai bentuk kasih sayang terhadap putrinya, Sophia. Kastil Bintang! Dalam Kastil ini tersimpan banyak sekali harta karun hasil penaklukan dari banyak wilayah. Sophia, sebagaimana halnya putri dari seorang sang penakluk, memiliki sifat manja dan kejam. Dan salah satu kesukaannya adalah mengkoleksi banyak benda yang unik, tak peduli itu benda
Baca selengkapnya

Bab. 32. Panca Ashokans

Panca AshokansGenks:)) Maaf ya, di bab sebelumnya, edisi Kastil Bintang, othor terdapat salah penulisan kata, yang memberi perintah Nek Hanbak itu Manik Coban, bukan Manik Canta ya. Maafin othornya lagi gabut, hihi. Jadi, Manik Canta itu sebenarnya adalah kakek buyut si Manik Coban ini. Dengan kata lain, Manik Canta itu salah satu leluhur bangsa Lor. Ras pertama yang terlahir dari perpaduan bangsa Coron bertanduk dan suku vampir penghisap darah. Sekarang kita kembali kepada lanjutan cerita ya, Genks :))Nek Hanbak yang menghilang dari Kastil Bintang setelah mendapatkan kepala rusa tanduk perak. Segera menemui Manik Coban di tempat persembunyiannya. Langkah tua itu sedikit tertatih, karena untuk membuka sistem pertahanan sihir di penjara kaca elektrik Kastil Bintang sangatlah menguras energi internalnya. Tetapi, hal ini sebanding dengan pencapaian besar yang telah ia dapatkan! “Tuan...tuan…. Aku berhasil mendapatkannya!” Dengan tergopoh Nek Hanbak memasuki lorong gua yang tandus
Baca selengkapnya

Bab. 33. Pencarian Kucul Rinci

Pencarian Kucul RinciSetelah kejadian yang melelahkan dan penuh drama itu...Tampak di depan, sabana hijau terbentang sejauh mata memandang. Beberapa kawanan anak rusa dan kelinci liar berlompatan dengan mata nakal. Mengunyah patahan-patahan rumput dengan geraham kasarnya. Langkah keempat Ashokans muda mulai bergerak naik. Melaju cepat setengah berlari ke tempat terakhir drama pengejaran itu dimulai.Namun, tak ada tampak tanda-tanda sedikitpun dari salah satu saudara kelompok mereka, Kucul Rinci!Dengan nafas terengah-tengah dan rasa cemas yang menyelinap ke titik jiwa, mereka berulang-ulang memutari tempat yang sama tapi tetap saja tak menunjukkan hasil.Jikapun seandainya tubuh Kucul Rinci terlindas kaki-kaki kasar para makhluk purba itu pasti setidaknya akan meninggalkan jejak!Entahlah… Hanya kebingungan yang melanda keempat Ashokans muda saat ini.“Nanzu, bagaimana ini, apa yang harus kita lakukan?”“Entahlah, Keke Tuba, aku sendiri masih bingung harus berbuat apa. Tapi kita
Baca selengkapnya

Bab. 34. Agra Pertama

Agra PertamaDi hadapan Kucul Rinci, seekor burung merak bermahkota biru mengepakkan sayapnya. Dari hembusan kepak tersebut juga memendarkan warna biru bercahaya. Auranya memancar setengah pekat keunguan berwarna nila. Agra merak biru berusia 3000 tahun!Tanpa diduga, ketakutan yang menjelma di depan Kucul Rinci bukanlah naga atau hantu. Melainkan seekor makhluk mistik pendamping!Tak percaya dengan penglihatannya saat ini, Kucul Rinci menampar pipi kirinya hingga kemerahan.“Awww… ternyata aku benar-benar sedang tak bermimpi!”Agra merak biru itu hanya berjarak setengah depa dari dirinya. Tak terlihat liar tapi juga tak nampak jinak! Matanya memperhatikan Kucul Rinci yang lebih mirip penghuni gua dengan pandangan mencibir.“Burung cantik, kemarilah….” Dengan konyolnya Kucul Rinci mencoba memeluk burung bercahaya itu tapi tindakan ini hanya membuatnya terjerambab jatuh ke permukaan tanah keras di depannya.Seolah mengejek merak biru berpaling dan masih mengepakkan sayapnya dengan ang
Baca selengkapnya

Bab. 35. Agra Kedua

Agra KeduaPada dasarnya, sewaktu pelatihan Biak Peri di benteng perbatasan, para Ashokans telah dibekali pedoman mengenai hal-hal penting apa saja yang harus dilakukan selama berada di Ranting Sembah. Termasuk pengenalan hutan dan cara-cara dalam menaklukkan para makhluk mistik. Tetapi yang menjadi persoalan, panduan yang tertuang dalam buku dasar itu hanya garis besar saja. Tidak secara sempurna dan menyeluruh menjelaskan metode sebenarnya dalam menaklukkan Agra.Bahkan, cara menaklukkan makhluk mistik pemangsa yang dimaksud lebih bersifat defensif. Lebih kepada cara bagaimana mempertahankan diri. Karena alasan ini pulalah, sewaktu Kucul Rinci berhadapan langsung dengan Agra merak biru, dirinya menjadi sangat kebingungan. Satu-satunya alasan utama kenapa tidak ada petunjuk yang jelas selama pelatihan adalah karena pengalaman menaklukkan Agra berbeda-beda antara Ashokans satu dengan lainnya. Jadi, tak ada petunjuk baku mengenai hal tersebut dalam literatur dimensi. Setelah mera
Baca selengkapnya

Bab. 36. Rasa itu

Rasa Itu“Awasss di depanmu!!!”Teriakan salah satu Asta penjaga mengoyak langit siang itu. Tampak gadis Cabi terlihat sedikit tersentak. Hampir saja…Sebuah mata tombak lembing mengenai tubuhnya yang hanya sehasta itu. Kakinya gontai seolah tak peduli dan meneruskan langkahnya ke salah satu pondok tempat ia menetap sementara.Saat ini, dirinya bernaung di dalam benteng perbatasan di dimensi Ashok. Entah sampai kapan, Cabi tak ingin peduli lagi.“Huh… hampir saja. Gadis Tredor itu seperti kelinci liar yang muncul dengan tiba-tiba. Ini tak bisa dibiarkan seperti ini terus. Kita harus membuat laporan segera kepada Tetua Utara.”“Aku setuju, Komang. Lagipula benteng ini bukan tempat untuk menampung para gadis dimensi!”Para Asta yang sedang berlatih itu sepakat untuk mengadukan keberadaan Cabi yang mereka rasa cukup mengganggu latihan para penjaga. Menurut mereka, Cabi lebih mirip boneka Annabele yang berkeliaran seperti bayangan. Tidak siang, tidak malam!Bahkan beberapa kecelakaan
Baca selengkapnya

Bab. 37. Rasa itu II

Rasa itu IIDulu, di zaman permulaan penciptaan seluruh dimensi di belahan galaksi dewa. Ada sebuah cahaya suci yang meleburkan diri menjadi beberapa anasir.Anasir-anasir ini pada akhirnya akan menjelma dan menjadi sumber penciptaan para dimensi dan makhluk-makhluk di dalamnya.Seperti anasir tanah yang menjadi asal penciptaan manusia di bumi, dan para Ashokans di dimensi Ashok. Api biru yang menjadi dasar penciptaan para Agra. Dan anasir-anasir lainnya yang membentuk penciptaan yang berbeda.Sang Pemilik Cahaya Suci!Setiap keberadaan makhluk di belahan dimensi manapun, memiliki keterikatan dengan Sang Pemilik Cahaya Suci. Karena dengan kuasa dan cinta Sang Pemilik Cahayalah, tercipta berbagai rupa dan bentuk aneka penghuni dan alam dimensi yang berbeda-beda. Terlahir dan kembali! Sebagaimana tercipta dari anasir yang berbeda, setiap makhluk memiliki ruh dan jiwanya masing-masing. Dan suatu masa, juga adalah ketetapan, seluruh penciptaan itu akan dikembalikan ke asal mereka.Wal
Baca selengkapnya

Bab. 38. Agra Ketiga

Agra KetigaSetelah beberapa lama, Minak Hijau menemukan kembali kesadarannya. Energi tubuh yang telah menyatu sempurna dengan Agra ular bertanduk perak berusia 7000 tahun.“Keke, akhirnya kau telah siuman.” Pancah memeluk Minak Hijau yang tersadar dan masih terbaring. “Selamat, Keke Minak, dirimu telah mendapatkan Agra pendamping yang luar biasa.” Sunan Zunungga tersenyum.“Keke Minak, Tuba bangga padamu! Jika nanti kita kembali ke Dasau Merak Buluh, Ayahanda pasti akan memberimu hadiah, hahaha.”“Terima kasih kalian semua… Hemm, aku juga sebenarnya tak menyangka. Semua terjadi begitu tiba-tiba…” Minak menjawab terbata sembari memegang sudut kepalanya yang terasa sedikit berputar.“Jika begitu, tempat ini harusnya sangat aman, kita tak perlu takut lagi, teman-teman.”“Rinci, kita sudah bermalam di sini beberapa hari, sepertinya sedikit terlambat jika baru membahas rasa takut itu sekarang.” “Keke Tuba benar, Rinci. Sebaiknya kau harus belajar untuk mengesampingkan rasa takutmu itu…”
Baca selengkapnya

Bab. 39. Agra Lili Putih

Agra Lili PutihSudah hampir menginjak tiga jam berjalan, Pancah Ungu belum juga kembali. Hal ini membuat keempat Ashokans lainnya mulai khawatir.“Kenapa Pancah belum juga kembali ya, Keke? Apa perlu kita menyusulnya?” “Hemm, kita tunggu sebentar lagi. Hal seperti ini juga pernah terjadi sebelumnya. Anak itu memang suka menyendiri jika ada hal yang membuatnya kesal.”“Benarkah, Keke Tuba?” “Iya. Tanya saja pada Keke Minak jika tak percaya.”“Minak, kamu masih ingatkan waktu Pancah kesal saat kalah dari Tarkam?”“Hemm… Kejadian waktu itu sebenarnya cukup lucu. Dulu sewaktu kami masih di dasau Merak Buluh, kami bertiga ditempatkan Ayahanda untuk belajar di perguruan bela diri. Saat itu, Pancah bernafsu sekali ingin memenangkan tanding audisi supaya aku dan Tuba, memanggilnya Keke, hahaha.” “Tetapi yang terjadi, Pancah malah dikalahkan oleh Tarkam yang berusia jauh lebih muda darinya. Justru ia yang harus memanggil Tarkam dengan sebutan Keke seperguruan. Dan ini membuatnya kesal. Ter
Baca selengkapnya

Bab. 40. Pencarian Pancah Ungu

Pencarian Pancah UnguKeempat Ashokans remaja mulai melakukan pencarian Pancah Ungu yang tak kunjung kembali. Mereka seperti mencari jarum di seantero hutan. Karena sama sekali tak ada penanda ataupun jejak yang ditinggalkan. “Hah, kemana kita harus mencarinya. Bocah ini benar-benar membuat repot saja.” “Sabar, Keke Tuba. Kita pasti menemukannya.” Sambung Minak Hijau. Setelah bersepakat, mereka mulai menelusuri jalan lurus di bagian timur jika ditarik dari arah gua tempat mereka berdiam.Cukup lama mereka berjalan, namun masih tak tampak tanda khusus yang ditinggalkan oleh Pancah Ungu.Akhirnya, mereka memutuskan untuk beristirahat beberapa waktu. Sambil memikirkan rencana-rencana pencarian selanjutnya.“Kau sudah membuat penandanya, Rinci?” “Sudah, Nanzu. Jika Pancah melihat penanda yang kutinggalkan, ia pasti dapat menyusurinya.”“Bagus sekali, Rinci. Aku juga sudah membuat beberapa penanda di bagian lain. Cepat atau lambat, Pancah pasti dapat menemukannya.”“Bocah ini, bahkan
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status