Home / Fantasi / SUNAN ZUNUNGGA / Chapter 51 - Chapter 60

All Chapters of SUNAN ZUNUNGGA: Chapter 51 - Chapter 60

63 Chapters

Bab. 51. Kehilangan

KehilanganDaun eucalyptus bergerak liar seolah menarikan tarian perang yang baru dimunculkan dari pucuk bumi. Dan sosok makhluk keperakan itu menghentakkan sapuan angin yang menderu. Kasar, beringas dengan sorot mata menaklukkan.“Nanzu, cepat kau keluarkan pelindung kubah magma milikmu!” Tuba Lilin memimpin di depan para Ashokans dengan tombak besar di tangannya yang siap menggasing lawan. Pandangannya tajam dengan kesiapan mental yang mendekati sempurna. Tuba Lilin merasakan panggilan itu, keinginan melindungi dan menjaga lebih dari yang lainnya. Mungkin karena tampilan fisiknya yang jauh lebih kekar dan karena merasa usianya yang jauh lebih tua, membuatnya merasakan tanggung jawab lebih besar sebagai seorang Keke. Kini, para remaja Ashokans telah bersiap dengan senjata andalan mereka masing-masing. Mereka membentuk formasi empat roda bertahan. Tuba Lilin dan Minak Hijau di depan sementara Sunan Zunungga dan Pancah Ungu bersiap di sisi kanan kiri. “Nanzu?! Mana kubah magmamu itu
Read more

Bab. 52. Jati Diri Sophia

Jati Diri SophiaGunung Caracal terasa lengang. Wajah lain sebuah tempat di dimensi Lor yang angkuh. Di puncak sana berdiam sekian lama Manik Coban, pemimpin muda bangsa Lor sebelumnya. Sementara itu, Sophia yang mengikuti jejak pertemuan dengan Nek Hanbak justru malah terperangkap dalam perisai energi yang menaungi seluruh kawasan gunung Caracal.Langkahnya tertatih, seolah terikat oleh satu kekuatan besar yang mengungkung langkahnya. Jelas dirinya tak bisa kembali, melainkan harus terus bergerak. Entah apa yang akan dihadapinya di depan, yang pasti Sophia takkan pernah memaafkan siapapun yang telah memanipulasi dirinya. Termasuk Nek Hanbak, tak peduli meski wanita bungkuk itu adalah pelayan setia ibunya terdahulu. Sesuatu mengalir dan membuncah di tubuh dan mata hazel itu, amarah yang menggebu.“Wanita tua sialan! Lihat saja jika nanti aku keluar dari tempat ini. Aku akan membuat perhitungan denganmu, Nek Hanbakk!!!” Teriakan Sophia membahana di antara kayu-kayu kering penunggu pu
Read more

Bab. 53. Agra Keempat

Agra KeempatWaktu itu…Ketika terjadi sergapan makhluk besar aneh di hutan pelangi, para remaja Ashokans yang tersisa benar-benar sangat panik. Mereka kehilangan sosok Tuba Lilin sewaktu terjadi serangan mendadak tersebut.Sementara makhluk berbulu keperakan itu lenyap di telan angin di sepanjang hutan hujan. Entah kemana dan ada di mana…Kucul Rinci yang masih terbaring pingsan akhirnya siuman. “Apa yang telah terjadi, Keke Minak? Kemana raksasa bertaring itu pergi?”Namun, tak ada seorangpun yang menjawab. Semuanya tertelan hening oleh duka yang tak bisa dijabarkan. Dan mata itu hanya mencoba mencari jawaban satu per satu dari para remaja Ashokans.“Aku tak melihat Keke Tuba? Keke Tuba pergi kemana, Keke Minak?”Lambat laun, keheningan itupun pecah. “Kita… kita sudah kehilangan Keke Tuba, Rinci. Makhluk raksasa itu melahap Keke Tuba sewaktu mencoba melindungi kita semua…” “Tidak!!! Tidak mungkin, Keke!!!”“Tapi itu yang terjadi, Rinci! Dan kau dengan ketakutanmu hanya bisa tak s
Read more

Bab. 54. Penyerangan Mendadak

Penyerangan MendadakCoral Kastil.Saat itu Hans Muda sedang memimpin rapat dengan para petinggi Kaum Lor di aula dalam Istana Batu. Ketika dengan tiba-tiba seorang penjaga memaksa masuk untuk menyampaikan sebuah berita.“Yang Mulia, di luar aula ada pelayan putri Sophia, Nek Hanbak memaksa untuk bertemu segera dengan Anda.”“Berani sekali wanita tua itu! Hemm, aku ingin tahu apa yang hendak disampaikannya padaku hingga tak mempedulikan tempat dan keadaan lagi. Semakin lama semakin semaunya saja wanita bungkuk ini!”“Suruh dia masuk!”Tak menunggu lama, penjaga itupun segera keluar dan selang beberapa menit dia muncul kembali. Namun, kali ini kehadirannya bersama dengan seorang wanita renta yang terlihat bungkuk, Nek Hanbak.“Maafkan hamba telah mengganggu, Yang Mulia. Tetapi hamba membawa kabar yang sangat penting.”“Kabar apa yang kau bawa!”“Ini tentang...tentang Putri Sophia, Yang Mulia!”Wajah Hans Muda langsung terbeliak kaget saat mendengar nama putri satu-satunya disebut wanit
Read more

Bab.55. Penyerangan Mendadak II

Penyerangan Mendadak IIAaww!Ketika dirinya sedang sibuk merakit beberapa perangkap, tiba-tiba saja Nanzu secara spontan menarik telunjuk kirinya, sebuah cabang kecil menusuk jari itu hingga sedikit mengeluarkan darah.“Ada apa, Nanzu?”“Tidak apa-apa, Keke Minak. Aku saja yang kurang berhati-hati, entah mengapa beberapa waktu ini perasaanku sedikit tidak nyaman.”“Apa karena kita yang baru saja kehilangan Keke Tuba?”“Mungkin juga, Keke. Hanya saja, belakangan ini diriku sering teringat dengan keluarga di sentral dasau. Tiba-tiba saja, wajah Garde Manta selalu membayang di benakku, Keke.”“Hemmm, setelah apa yang kita lalui, sangat wajar jika kau merindukan kampung halaman di sentral dasau, Nanzu. Kitapun demikian.”“Semoga mereka dalam keadaan baik-baik saja, Keke.”“Iya...Kita juga berharap hal yang sama, Nanzu.”Sementara itu, di sentral dasau dimensi Ashok. Tepian perbatasan terasa lengang meskipun penjagaan portal tetap berjalan seperti biasa. Beberapa Asta penjaga bergantian
Read more

Bab. 56. Penyerangan Mendadak III

Penyerangan Mendadak IIIDari atas benteng, Pemimpin Utama dimensi menatap tajam pemandangan di bawahnya dengan geram. Asta Selatan yang berjarak paling dekat dengan sisi gapura depan segera melompat turun. Sebuah tendangan keras menghambur dan mengenai beberapa kepala pasukan Rhoaa sekaligus yang sedang berjejer di muka gapura. “Kaum Lor terkutuk! Aku Asta Selatan yang akan melawanmu!”Asta Selatan sendiri adalah salah seorang Komandan Tinggi di dimensi Ashok dengan kekuatan Agra mistik bertaring beruang coklat berusia 6000 tahun. Kemampuannya sebagai Komandan tinggi Asta penjaga tak bisa diragukan lagi. Tak heran, karena menyandang nama besar inilah yang membuat Bading dan Badang Selatan seringkali bertingkah arogan di hadapan para Ashokans muda lainnya. Bola-bola api Hans Muda mulai meratakan beberapa Asta yang berjaga di garis depan. Tubuh mereka serta merta terbakar dan hangus dilahap inti api merah menyala dari elemen makhluk setengah vampir dan bangsa Coron tersebut. Menyaksi
Read more

Bab. 57. Penyerangan Mendadak IV

Penyerangan Mendadak IVDari arah depan, Asta Selatan yang juga merangkap sebagai Komandan Asta Penjaga kini berhadapan langsung dengan salah satu Komandan Tinggi bangsa Lor. Aura pekat Agra beruang coklat menggelegar. Langit dimensi dipenuhi oleh siluet keunguan yang memancarkan tingkatan energi berlapis. Begitupun dengan cakaran dan tendangan maut Komandan bangsa Lor yang terkenal gesit. Serangan demi serangan bertukar hebat satu sama lain. Keduanya saling mencoba membaca arah dan mencari celah. Seimbang! Sementara di sebelah sisi barat dan timur benteng, Asta senior Timur dan Asta Barat juga tak kalah sibuk menghadang masing-masing Komandan Tinggi bangsa Lor yang menggempur dengan sengitnya. Hal yang sama juga terjadi dengan Asta Tenggara. Tetapi, Asta Timur sepertinya sedikit terdesak. Kekuatan musuh mulai merangsak masuk dengan cepat. Banyak korban berjatuhan dari prajurit Asta penjaga tingkat rendah. Kebanyakan dari mereka adalah Asta dengan Agra berusia 2000 dan 3000 tahun. D
Read more

Bab. 58. Penyerangan Mendadak V

Penyerangan Mendadak VTubuh Asta Manta beterbangan menjadi abu putih yang melayang. Nyatanya kekuatan Agra kenari bermahkota emas tak mampu menahan serangan penuh Hans Muda dari jarak dekat. Kini, setengah dari kekuatan Agra milik Asta Manta perlahan menyatu dengan dinding portal dimensi. Hal ini disebabkan, setiap Asta yang melepas jiwa, maka ikatan sumpah dengan para Agra mereka pun akan terlepas. Tampak di udara Ashok dan terus mencuat ke atas langit tosca yang teduh, siluet Agra kenari emas mewujud bayangan untuk terakhir kalinya sebagai bentuk penghormatan tertinggi dan perpisahan terakhir terhadap ksatria Asta pemiliknya. Siluet itu berwarna keunguan bercampur rona keemasan. Dari balik dinding kabut energi Ranting Sembah, Tetua Utara yang menyaksikan ini hanya bisa tersedu. Nyatanya, menangis bukanlah bentuk kelemahan, melainkan kekuatan untuk mengungkapkan perasaan terdalam seseorang. Bora, merasakan relung dadanya sesak, bukan karena oleh luka dalam yang dideritanya tapi mur
Read more

Bab. 59. Penyerangan Mendadak VI

Penyerangan Mendadak VI“Kau!”Hans Muda berdiri tak jauh sembari memperhatikan puluhan bahkan ratusan pisau apinya yang melesat deras. Namun, kesiagaan penuh Ratu Violet Saga benar-benar sempurna. Sehingga tubuh gemulainya secara spontan berkelit dengan lincah. Tatapan tajam Ratu Ungu terlihat nanar. Pada saat bersamaan sebuah trisula angin tercipta dari telapak tangannya dan menancap tepat ke salah satu jantung pasukan Rhoaa yang mencoba menyerangnya dari arah belakang dengan membabi buta.Tak cukup sampai di sini, mengetahui serangan beruntunnya dapat dipatahkan, Hans Muda segera melompat ke udara dan membentuk pusaran merah berkilau. Sebuah tendangan berlapis yang dialiri oleh inti api merah! Seketika debu-debu berhamburan. Partikel debu terapung yang terbentuk berhawa panas menyengat. Terasa padat di udara. Mengincar setiap kesempatan untuk melakukan serangan telak mematikan. Ratu Violet Saga, dengan kekuatan sihir ungu mencabik udara Ashok dengan pusaran angin ungu yang dialir
Read more

Bab. 60. Kembalinya Tuba Lilin

Kembalinya Tuba LilinMasih di hutan hujan…Sudut rahasia hutan pelangi terbelenggu oleh gerimis yang menitik satu-satu. Jauh dari hiruk pikuk pertempuran. Tak lebih suasana hutan alami yang misterius dengan segala rahasianya.“Aku ingin kembali pada saudara-saudaraku...”Sebuah gumaman pelan terdengar sedikit lirih. Tuba Lilin yang telah menyatu dan mendapat kekuatan Agra dari makhluk mistik bertaring macan perak 10.000 tahun saat ini sedang berkomunikasi secara intens dengan Agra pendampingnya. Jika seorang Asta dinaungi oleh makhluk mistik pendamping berusia setidaknya 10.000 tahun, mereka mampu melakukan komunikasi satu sama lainnya, di mana hal ini tidak dapat dilakukan oleh Agra pendamping di bawah usia tersebut. Sehingga para Agra pada tingkatan ini juga dapat bertindak sebagai pembimbing sejati bagi para Asta mereka. Demikian juga yang berlaku terhadap Tuba Lilin. Dirinya dan Agra macan perak dapat berbicara satu sama lain tak ubahnya percakapan antar teman, bahkan pula seora
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status