Lahat ng Kabanata ng BALAS YANG DIPERJUANGKAN USAI DIBUANG: Kabanata 71 - Kabanata 80

150 Kabanata

Bab 71. Gadis Buta

Hari yang dinanti-nanti setelah kemarin lusa menyekap Bella dalam gudang sudah tiba. Alana tidak sabar melihat gadis itu kehilangan penglihatannya. Hari ini dia memakai pakaian serba baru untuk merayakan kebahagiaan itu. Rasya sendiri harus berangkat ke kantor karena ditelepon oleh ayahnya. Di depan gudang, Alana berkacak pinggang meminta orang di sana untuk membukanya. Perlahan pintu tua itu terbuka lebar, cahaya pun masuk ke dalam. "Bel?" Alana menepuk pipi Bella yang sedang tertidur. Gadis itu tersentak, membuka mata perlahan dan meraba-raba ke depan. Benarkah dia sudah buta? Alana mencoba melambai-lambai, tetapi Bella sama sekali tidak berkedip. Dia menatap kosong ke depan seolah dalam pandangannya gelap semua. "Apa itu kamu, Na?" "Kamu nggak ngeliat aku?" Bella mengangguk, air matanya tiba-tiba jatuh membasahi pipi. Tanpa sengaja, Alana langsung merekahkan senyuman. Mungkinkah Bella memang buta karena dia tidak marah melihat senyum mengejek dari Alana? "Hari ini aku mau nga
Magbasa pa

Bab 72. Pembantu Baru yang Cacat

Di pasar, Alana menemukan baju harga lima ribu yang semuanya terlihat usang. Sudah hal biasa untuk harga seperti itu dan Alana membeli sepuluh untuk Bella. Dia harus mengeluarkan uang lembaran biru, tidak lupa membeli pakaian dalam super tipis untuknya masing-masing dua, jadi sistemnya adalah cuci satu, pakai satu. Sandal? Alana terlalu baik hati untuk orang yang memiliki dendam. Dia membeli sandal orang yang lewat, sengaja memilih yang paling buluk di antara semuanya. Gadis itu tersenyum menatap belanjaannya membayangkan bagaimana Bella mau memakainya. Tidak lupa, Alana membelikan Bella tongkat. Tentu semua itu tidak gratis karena Alana akan menjadikannya babu selama satu bulan penuh atau sampai dia berhasil menemukan Albian si Pecundang. Matahari semakin meninggi, dia melangkah ke arah tukang ojek untuk mengantarnya pulang. "Mama, aku pulang!" teriak Alana begitu melewati pintu utama. Dia tertawa riang melihat Bella sedang melap meja. Meskipun buta, ya paling tidak, melakukan pek
Magbasa pa

Bab 73. Kenapa Harus Menyembunyikan Albian?

"Nia? Bu Hesti? Ada apa ke sini?" Alana mengerutkan kening ketika melihat mereka berdua.Jika hanya Nia, Alana akan menduga kalau gadis itu ingin curhat atau mengajaknya jalan-jalan. Akan tetapi, dia datang bersama Hesti. Ada masalah baru?"Mana Albian? Kamu sembunyiin dia di mana, hah?!" Hesti langsung maju, seperti kilat yang menyambar. Alana tidak takut, kenapa juga dia harus menyembunyikan Albian?Andai saja Alana tahu di mana lelaki itu, pasti hatinya sudah puas seratus persen karena menyiksa Bella dan Albian bergantian."Mana aku tahu. Tanya sama temen atau siapa gitu. Emang aku pengasuh Albian?""Emang gila ya, kamu. Bella juga sudah lama hilang dan menurut tetangga, kamu pernah sibuk sama Rasya.""Sibuk apa? Maksudnya gimana? Rasya emang sibuk karena dia kerja, bukan pengangguran. Lagian apa untungnya aku sembunyikan Albian? Emang dia aset negara atau presiden? Orang nggak penting kayak dia itu pantesnya dibuang!"Alana sudah tidak peduli lagi kalau dia kasar bicara pada orang
Magbasa pa

Bab 74. Terkuaknya Pelaku Kebakaran

Pulang dari kantor, Rasya diharuskan singgah di rumah orangtuanya dulu. Semua atas perintah Bahzar, sekalipun tidak suka harus dia turuti.Lelaki itu melonggarkan dasi dan membuka satu kancing kemejanya. Dia duduk bersandar pada sofa putih itu, wajahnya terlihat lelah."Papa mau kamu pisah sama Alana.""Apa?" Rasya langsung memperbaiki posisi duduknya menatap Bahzar yang sama sekali tidak tersenyum.Banyak pertanyaan yang muncul dalam benak Rasya. Kenapa begitu mendadak dan apa alasannya? Bukankah selama ini Alana tidak pernah melakukan kesalahan fatal? Kemarin, Bahzar sendiri yang meminta untuk diadakan resepsi agar semua orang tahu.Ada apa ini? Rasya bingung, dia bahkan sulit untuk berkata-kata."Papa minta kamu pisah sama Alana, sekarang!""Tapi kenapa, Pa?""Sebenarnya hari itu papa minta dia buat ngebujuk kamu belajar bisnis. Sekarang kamu sudah menuruti keinginan papa, papa bakal kasih kamu posisi manager. Alana tidak punya tugas lagi, semua sudah selesai dan sekarang kalian ha
Magbasa pa

Bab 75. Tetaplah di Sisiku

Mereka saling menatap penuh makna. Ada kerinduan dalam hati gadis itu. Alana bimbang dengan perasaannya. Di satu sisi dia merasa nyaman, sementara di sisi lain takut dikecewakan.Cinta, luka, kecewa, sakit hati, marah ... Alana merasakannya dalam satu waktu. Sekarang tangannya digenggam erat, dia melihat binar cinta di mata suaminya. Benarkah atau semua hanya sandiwara?"Aku men–""Aku juga mencintaimu, Sya." Alana memotong ucapan Rasya dengan penuh keyakinan.Hatinya merasakan perih karena menahan air mata. Sungguh, itu adalah cinta yang paling sakit yang pernah dia rasakan. Rasya sendiri menarik napas panjang, menelan kesedihannya mengingat tentang perpisahan itu."Na.""Tetaplah di sisiku, Sya. Aku tahu kamu mau ngomong kalau bakal ninggalin aku sekarang, kan? Kamu nggak pernah seserius ini. Meskipun kita belum lama bersama, tetapi tahu kalau kamu mau pisah dari aku."Air mata jatuh membasahi pipi. Setiap tetesnya menyimpan cinta, luka dan kesedihan. Air mata yang begitu hangat, am
Magbasa pa

Bab 76. Dibentak Bawahan Suami

Rasya berangkat terlalu pagi sampai lupa sarapan juga makan siang yang sudah Alana siapkan. Bekal itu Alana lihat ketika jam sudah menunjuk angka sepuluh. Sekarang dia buru-buru mengambil kunci motor Rasya karena lelaki itu berangkat dengan mobil.Ranti tidak ada di rumah, dia mengajak Bella untuk melihat-lihat rumah yang masih proses kerja. Meskipun gadis itu tidak melihat, khawatir ditinggal sendirian."Bismillah," gumam Alana sambil melajukan motor membelah jalan.Hatinya sedikit berbunga mengingat kejadian tadi malam. Untuk pertama kalinya, Alana kembali terbuai dalam mimpi. Dia tidak menduga kalau ternyata Rasya sekuat itu.Ah, pipinya telah merona bahkan senyum di bibir Alana tidak bisa hilang. Gara-gara aktivitas tadi malam, dia harus keramas di waktu subuh."Apa aku mencintainya?" gumam Alana heran sendirian.Tidak. Alana tidak mencintainya, dia hanya menunaikan kewajiban sebagai seorang istri sekaligus bentuk terimakasihnya pada Rasya. Rasa trauma itu masih ada, melekat dalam
Magbasa pa

Bab 77. Perasaan Alana

PoV Alana____Sepanjang perjalanan, aku terus mengomel dalam hati. Selain merasa kesal pada mereka semua yang mengira aku mengaku-ngaku sebagai istri Rasya, juga marah karena melihatnya satu mobil dengan gadis lain.Dia siapa? Mentang-mentang namanya Viona? Oh, aku kesal sekali mendengar nama itu. Dia pasti memiliki hubungan penting dengan Rasya. Aku tidak boleh tertipu, bisa saja mereka sudah menyusun rencana untuk mengelabuiku dan pura-pura memarahi gadis tadi.Jika disuruh memilih, Pak Bahzar mungkin akan menunjuk Viona untuk dijadikan menantu. Secara gadis itu terlihat fashionable dan ... cerdas mungkin? Sementara aku tidak tahu dunia perkantoran apalagi sampai punya pengalaman kerja."Sial!" umpatku memukul spion sebelah kiri begitu tiba di depan rumah yang terlihat sepi.Padahal sebelumnya, aku berpikir menulis puisi untuk Rasya. Ya, hati ini berdesir saat bersamanya, bibir merekahkan senyum saat tidak sengaja bertemu pandang dengannya. Lantas, apa itu bukan jatuh cinta?Dan se
Magbasa pa

Bab 78. Gadis yang Cantik

Menjelang sore, aku menuju pintu utama untuk duduk di depan rumah. Cuaca yang mendung menjadikan suasana terlihat tenang. Aku hanya ingin meredakan stress, berharap emosi dalam hati berkurang.Marah, kesal, sedih, penasaran bercampur menjadi satu. Kurasa amarah ini akan meledak apabila melihat sesuatu yang ganjil dan semoga tidak pernah terjadi.Tapi tunggu, lihat di ujung sana ada Bella dengan pakaian .... aku tidak bisa mendeskripsikannya sejauh ini, tetapi dia terlihat sangat berkelas dengan kacamata hitam yang mewah dan elegan."Bella?"Gadis itu tersentak, menoleh ke kanan dan kiri padahal aku ada di depannya. Dia memang memakai tongkat seperti biasa, tetapi penampilannya kenapa bisa berubah? Rambut itu bahkan terlihat habis di-creambath.Apa yang sudah terjadi? Bella pergi ke salon dan menemui seseorang di tempat lain? Tapi siapa?"Alana ... apa itu kamu?""Tentu saja." Sekali lagi aku memindai penampilan Bella. Semua barang yang dia pakai bukan milikku, lalu dari mana dia menda
Magbasa pa

Bab 79. Biar Aku yang Pergi

"Alana! Alana!"Aku tidak peduli pada panggilan Rasya dari luar kamar karena menurut aku ini sudah keterlaluan. Dia ketahuan pulang diantar Viona, bukannya langsung masuk rumah melainkan pura-pura mengurus pekerjaan.Apa masih perlu membahas pekerjaan di luar jam kerja? Aku memang bodoh, tetapi pemandangan itu sudah cukup membuatku percaya kalau tidak ada lelaki yang setia pada satu wanita saja. Semuanya bohong dan serakah."Kamu jangan salah paham, Na. Viona bukan siapa-siapa, buka pintunya!" Lagi, Rasya mengetuk pintu.Untuk apa?Seharusnya dia punya sedikit rasa malu karena kami masih tinggal bersama mama, terutama Bella juga akan ikut menyaksikan walau dengan telinganya. Ah, sial. Kalau Bella tahu kami memiliki masalah, bukankah dia akan bersorak senang?Terpaksa aku melangkahkan kaki menuju pintu dan membukanya perlahan. Setelah itu meraih tangan Rasya keluar rumah karena melihat Bella berdiri di dekat pintu menuju dapur. Tebakan yang benar, dia akan selalu penasaran dengan semua
Magbasa pa

Bab 80. Kenapa Harus Pergi?

Beberapa menit menenggelamkan wajah di bantal, aku mendengar ponsel berdering sesaat. Saat mengecek, ternyata ada miscall dari Rasya juga satu pesan singkat darinya via aplikasi hijau.[Kita anggap semuanya selesai dan aku tidak ingin melanjutkan pernikahan ini lagi!]Pesan singkat itu bagai sambaran petir, mengusik telinga, membuatku merasa ketakutan. Tangis meledak, tetapi aku enggan memberitahu mama lebih dulu. Rasya benar-benar kejam, dia seperti yang lain, sulit menjaga perasaan.Bahuku terguncang, mama mendekat dan kembali membawaku dalam pelukan. Tidak lupa aku menekan tombol power pada ponsel agar pesan itu tidak terbaca oleh siapapun. Semuanya terlalu menyakitkan, aku sulit mengambil napas."Kenapa, Na? Siapa yang mengirim pesan?" Mama bertanya dengan nada khawatir.Tidak, belum saatnya untuk mama tahu semua masalah ini. Aku menggeleng, sambil terus mengeratkan pelukan. Isak tangisku semakin meledak, kini aku tidak bisa memendam dalam hati apalagi sampai menyembunyikannya dar
Magbasa pa
PREV
1
...
678910
...
15
DMCA.com Protection Status