All Chapters of BALAS YANG DIPERJUANGKAN USAI DIBUANG: Chapter 1 - Chapter 10

150 Chapters

Bab 1. Aku Hamil

"Sayang, aku hamil," lirih Alana sambil menunjukkan hasil Test Pack strip pada Albian—kekasihnya. "Kamu nggak perlu ngasih tahu ke aku, Na. Gugurkan saja kandunganmu itu." Albian menjawab santai tanpa melirik benda itu, lalu bersandar di kepala ranjang. Mereka sudah tiga tahun menjalin hubungan asmara. Selama itu pula Alana sering melakukan aktivitas yang melewati batas sampai akhirnya curiga ketika dua bulan tidak pernah mendapat tamu bulanan. Dengan sedikit ragu, dia melakukan tes kehamilan dan dua garis merah itu seperti duri yang menusuk jantungnya. Terutama ketika mendengar jawaban dari Albian. Lelaki itu tidak memiliki tanggungjawab sama sekali. Apa yang harus Alana lakukan sekarang? Mencoba melawan takdir dengan menggugurkan kandungan, mengingat Albian sendiri adalah lelaki pengangguran? "Aku hanya menidurimu sekali, mustahil kamu bisa langsung hamil," lanjut Albian masih tidak percaya. Lagi dan lagi Alana melihatnya berbicara tanpa beban. Padahal selama ini dia selalu meno
Read more

Bab 2. Ketahuan Ibu

Alana yang hendak menyusul Albian tersentak di depan kamar sendiri begitu melihat Ranti—sang ibu—pulang dengan wajah ditekuk. Wanita itu bahkan tidak menyapa anak gadisnya melainkan bergegas masuk kamar Alana. Menggeram, Ranti merasa dugaannya semakin kuat setelah melihat ruangan yang menjelma seperti kapal pecah."Seharian ini kamu ngapain aja, Na?" Sebuah pertanyaan yang terdengar biasa saja padahal memiliki maksud tersendiri yang tidak Alana mengerti."Nonton, Ma.""Tadi mama ketemu Al di depan, kamu yakin nggak ngelakuin apa-apa sama dia? Kalian itu pacaran, mustahil kalau di rumah cuman ngobrol. Mama pernah muda dan sudah sering melihat atau mendengar cerita teman yang peluk cium sama pacarnya. Mama bisa percaya sama kamu, 'kan?""Pasti, Ma. Albian itu anak baik, nggak mungkin lah mau ngerusak aku."Wajah Ranti merah padam mendengar jawaban Alana padahal tadi hanya pertanyaan pancingan. Dia membuang tas tangan—yang selalu dibawanya ke sekolah—ke sembarang arah. Wanita itu tahu ka
Read more

Bab 3. Mantan Pacar?

"Kamu jangan bercanda, Al. Aku datang ke sini untuk menuntut pertanggungjawaban. Kamu yang hamilin aku, merusak masa depan aku!" Hidung Alana kembang kempis mendengar penuturan Albian."Masa depan? Sekarang lebih baik kamu pulang karena aku nggak punya uang buat nikahin kamu!" usir Albian berkacak pinggang berdiri menghadap Alana."Al, ini jawaban kamu? Ternyata sebelum kita melakukan perbuatan hina itu, kamu cuma mengiming-imingiku dengan pernikahan dan cinta. Sekarang aku sadar kalau semua yang kamu katakan itu bohong." Alana bangkit, kemudian memberi tamparan di wajah kekasihnya.Wajah yang dulu selalu dia rindukan setiap hari, bahkan hadir dalam mimpinya. Wajah teduh itu berubah sangar karena sekarang Alana pun mendapat tamparan yang sangat keras dari sebelumnya. Alana memegangi pipi kiri, merasakan panas yang luar biasa. Cinta, apakah dia masih bisa percaya akan keberadaannya?"Sejak dulu aku emang pengen pisah sama kamu karena sadar kalau perbuatan kita sudah melampaui batas, te
Read more

Bab 4. Ma, Maafin Aku!

"Dia mantan kamu, 'kan?" tanya Nia lagi memastikan."Iya, mantan, tapi baru tadi diputusin."Nia menghela napas berat. Kini, gadis yang satu tahun lebih tua dari adiknya itu tahu kalau Albian memang tidak mencintai Alana lagi, sejak beberapa bulan terakhir. Jika memang cinta, seharusnya dia tidak mengatakan kalau mereka sudah berpisah."Oh, gitu." Nia memindai sekitar, kemudian mendekati Alana seraya berbisik. "Na, lebih baik kamu pulang dan nggak usah nyari Al lagi. Kamu udah nggak punya tempat di hatinya. Aku kasihan loh kalau ngeliat perempuan nangis gara-gara pacarnya, apalagi kalau itu kamu. Perempuan itu harus punya harga diri!"Alana mundur begitu mendengar apa yang diucapkan Nia. Gadis itu tahu kalau dia sedang mendapat sindiran. Sekalipun Nia selalu membantunya bertemu Albian, tetap saja bisa berubah dalam sekejap. Bukankah siang akan berganti malam apabila sudah waktunya?"Aku nggak perlu disuruh pergi. Tenang aja, aku nggak bakal ngusik Albian lagi, kok.""Bagus, aku juga n
Read more

Bab 5. Disoraki Tetangga

Sepanjang malam, Alana tidak bisa tidur bahkan sulit untuk memejamkan mata barang sebentar. Dia sibuk memikirkan bagaimana cara lepas dari masalah itu tanpa harus menciptakan masalah yang lain.Sinar mentari menembus kamar melalui celah ventilasi dan Alana masih duduk memeluk lutut di tempat tidurnya. Ada garis hitam di bawah mata gadis itu, dia terlihat kuyu tidak terawat. Perutnya merasakan lapar yang luar biasa karena sang ibu melarangnya makan tadi malam.Ponsel gadis itu berdering. Ketika menoleh ke nakas, dia melihat nama Albian tertera di sana. Sebuah senyum tersungging di bibir Alana, lalu lekas mengangkat telepon. "Halo?""Na, hubungan kita benar-benar berakhir kemarin, nggak ada kesempatan kedua dan aku sudah menemukan penggantimu. Lupakan tentang cinta dan harapan yang kita bangun bersama. Janin itu ... gugurkan saja karena sampai kapan pun aku nggak akan pernah mengakuinya. Tidak ada bukti kuat kalau aku ayah biologisnya."Sebelum Alana kembali membuka suara, panggilan sud
Read more

Bab 6. Beragam Tuduhan

"Kenapa nggak masuk?" tegur Ranti membuat. Alana tersentak. Gadis itu segera mengalihkan pandangannya agar tidak ketahuan."Ma, ada hal penting yang mau aku omongin."Ranti mengangguk pelan. Jika boleh dikata, wanita tua itu masih sangat kecewa pada anaknya. Akan tetapi, jika terus mendiamkan Alana, maka besar kemungkinan anak gadisnya akan semakin tertekan dalam dosa masa lalunya."Kemarin, semoga Mama mau maafin aku karena sempat marah waktu ditanya tentang Albian. Maaf, Ma, aku nggak berhasil memintanya bertanggungjawab. Aku sudah berusaha sebisa mungkin, tetapi dia tetap menolak bahkan mengusirku dari sana. Mungkin benar, kami bukan jodoh dan aku akan berjuang sendiri untuk menjaga kandungan ini, lalu membesarkannya tanpa ayah," kata Alana yakin begitu mereka duduk berhadapan di kursi ruang tamu.Tidak ada jawaban, Ranti hanya menatap Alana lekat. Gadis itu ingin menunduk, hanya saja dia penasaran apa yang ada dalam benak sang ibu. Dia tidak tahu kalau sebenarnya Ranti dengan menc
Read more

Bab 7. Berujung Adu Mulut

Napas Albian memburu, lelaki itu terlihat sangat gugup. Alana sendiri menunggu jawaban sambil mengepalkan kedua tangannya erat. Seorang lelaki yang sudah menodai kesuciannya, juga datang untuk menghina dan menjatuhkan harga dirinya. Apakah ada kata maaf dari Alana? Mungkin itu sesuatu yang mustahil terjadi. "Aku nggak mungkin tahu kalau Alana di rumah sendirian kalau saja dia nggak ngasih tahu. Jadi, Alana ngundang aku ke sini bahkan berani bawa aku ke kamarnya. Tentu sebagai lelaki normal, aku tergiur untuk melakukan sesuatu yang lebih terutama Alana tidak melakukan penolakan. Siapa yang mau menyia-nyiakan kesempatan emas? Pemuda di luar sana juga akan melakukannya kalau berduaan dengan gadis seksi dalam kamar. Apa aku benar?" "Hentikan bualanmu itu, Al. Aku mungkin sudah tidak suci lagi, tetapi kamu harus tahu kalau aku bukan pelacur!" gertak Alana semakin merasa terhina. Dia menyesal pernah menaruh hati dan kepercayaan pada sosok seperti Albian. Jika saja tahu mereka akan berakhi
Read more

Bab 8. Kenapa Harus Dia?

Alana murka karena melihat Albian datang bersama Bella. Kenapa harus gadis itu yang berdiri di sisinya? Akan tetapi, Alana harus menyembunyikan rasa cemburu sebelum terbaca oleh mereka berdua. Kedatangannya ke rumah itu bukan untuk bertengkar apalagi menambah beban pikiran. Entah kenapa dia sendiri merasa yakin kalau Albian masih ingin kembali."Kamu ternyata emang tempramental, ya, Na? Tante Hesti itu saudara kandung mendiang mamaku, tetapi kamu malah menjambak rambutnya. Selain itu, umur kalian terpaut jauh, di mana sopan santunmu? Apa mungkin kamu masih sakit hati? Ayolah, lupakan saja masalah itu biar kamu bisa hidup tenang."Alana tertawa kecil mendengar penuturan Albian. Melupakan? Apa dia sudah gila? Oh, tidak, Alana harus bisa mengalahkan mereka bertiga bahkan ketika dia harus kehilangan nyawanya. Bukankah bagus jika mereka menjadi tersangka pembunuhan?Sekarang pandangan matanya fokus pada Bella yang menatap penuh tanda tanya. Namun, Alana tidak ingin mengambil pusing selama
Read more

Bab 9. Balas Melukai?

"Antar?" Alana berdecih. "Aku bisa pulang sendiri, tetapi sebelum itu kamu harus jawab, sejak kapan kamu pacaran sama Al?"Jantung Alana berdegup terlalu cepat karena tersulut emosi. Ah, bahkan rasa amarahnya sudah sampai di ubun-ubun. Berulang kali dia menarik napas panjang dan mengembuskan perlahan agar bisa menenangkan diri. Dengan perasaan malu kepada Tuhan, dia membaca dzikir karena pernah mendengar penceramah meminta para jamaah untuk berzikir ketika pikiran sedang kacau."Besok sudah tiga bulan. Puas?"Tiga bulan? Itu bukan waktu yang singkat. Berarti selama ini Albian berbohong bahwa dirinya sibuk di luar untuk mencari pekerjaan, ternyata demi menemui Bella. Meskipun masih samar, Alana yakin itu lah yang terjadi. Dalam tiga bulan itu pula, dia sering dicium secara tiba-tiba sehingga melahirkan bunga-bunga cinta.Alana tidak menduga jika Albian melakukannya karena tidak ingin ketahuan telah selingkuh. Setiap sentuhan darinya ternyata berubah menjadi kutukan dan penghinaan. Alan
Read more

Bab 10. Bertemu Orang Asing

"Kamu sudah gila? Aku bahkan tidak tahu nama kamu, tapi sudah ngajak pacaran aja. Kamu siapa, sih?!"Lelaki itu melepaskan cengkramannya, beralih menjabat paksa tangan Alana. Dia tersenyum penuh percaya diri seolah dia seorang pangeran. "Aku Rasya, ingat itu."Alana tertegun. Dia berusaha memutar otak mengingat hari-hari sebelumnya. Tidak, bahkan sejak kecil gadis itu belum pernah mempunyai teman dengan nama Rasya. Akan tetapi, lelaki itu terlihat familiar, entah dia datang dari mana."Aku nggak kenal sama kamu.""Jangan jutek seperti itu, Na. Kalau kamu nggak kenal sama aku, lebih baik aku perkenalkan diri. Gimana?"Lelaki yang sangat nekat, Alana bisa langsung menebak kalau dia tipikal egois dan ingin menang sendiri. Namun, mengajak berpacaran di pertemuan pertama membuat gadis itu merasa curiga.Tentu bukan tanpa alasan dia mengutarakan cintanya bahkan ketika menatap mata Rasya, yang ada hanya kebohongan dan luka di sana. Alana memahami karena sudah sering berkaca dengan ekspresi i
Read more
PREV
123456
...
15
DMCA.com Protection Status