Share

Bab 3. Mantan Pacar?

Penulis: Bintu Hasan
last update Terakhir Diperbarui: 2023-02-21 15:06:43

"Kamu jangan bercanda, Al. Aku datang ke sini untuk menuntut pertanggungjawaban. Kamu yang hamilin aku, merusak masa depan aku!" Hidung Alana kembang kempis mendengar penuturan Albian.

"Masa depan? Sekarang lebih baik kamu pulang karena aku nggak punya uang buat nikahin kamu!" usir Albian berkacak pinggang berdiri menghadap Alana.

"Al, ini jawaban kamu? Ternyata sebelum kita melakukan perbuatan hina itu, kamu cuma mengiming-imingiku dengan pernikahan dan cinta. Sekarang aku sadar kalau semua yang kamu katakan itu bohong." Alana bangkit, kemudian memberi tamparan di wajah kekasihnya.

Wajah yang dulu selalu dia rindukan setiap hari, bahkan hadir dalam mimpinya. Wajah teduh itu berubah sangar karena sekarang Alana pun mendapat tamparan yang sangat keras dari sebelumnya. Alana memegangi pipi kiri, merasakan panas yang luar biasa. Cinta, apakah dia masih bisa percaya akan keberadaannya?

"Sejak dulu aku emang pengen pisah sama kamu karena sadar kalau perbuatan kita sudah melampaui batas, tetapi kamu selalu memohon agar aku tetap berada di sisimu. Kamu mungkin lupa, siapa yang selalu mendukungmu bahkan ketika semua orang berpaling melawanmu. Suka dan duka sudah kita lalui, aku bahkan menyerahkan segalanya dan ketika datang ke sini menuntut pertanggungjawaban, kamu malah terkesan tidak peduli. Masalah ini harus kita selesaikan bersama, aku nggak mau stres sendirian."

"Lebih baik kamu pulang karena aku nggak bakal mengubah keputusanku. Dasar lajang!" umpat Albian refleks, tetapi dia tidak bisa meralat kalimat itu lagi meskipun mata Alana berkaca-kaca.

Lajang? Alana menelan saliva sama sekali tidak menyangka akan mendapat hinaan seperti itu. Dia mengaku salah karena sudah percaya pada orang yang salah. Lagi pula benar bahwa Alana sendiri yang selalu berharap mereka menikah.

Gadis itu baru menyadari bahwa tidak ada cinta di mata Albian. Pada kenyataannya, lelaki biadab itu sedang mencoba lari dari masalah yang dia ciptakan sendiri. Alana harus apa sekarang? Melapor ke polisi? Sungguh dia adalah gadis bodoh yang tidak tahu apa-apa dan mungkin sang ibu akan membunuhnya nanti. Alana berharap masalah itu tidak diketahui siapa pun dan jika melapor pada pihak berwajib, bisa dipastikan dirinya viral di berbagai sosial media.

"Aku berusaha untuk tenang karena mikirin mama di rumah. Andai janin ini tidak pernah ada, aku pasti pergi tanpa diusir, Al. Oke, aku pasti pulang tanpa menggugurkan kandungan ini. Lihat saja, kamu pasti menyesal sudah membuangku seperti ini. Namun, ingatlah bahwa karma itu ada. Suatu hari, anak keturunanmu akan merasakan hal yang sama atau bahkan lebih pedih lagi. Aku menyesal sudah percaya sama lelaki sialan sepertimu."

Setelah mengucapkan hal itu, Alana hendak berbalik, tetapi kemudian Albian mencekal tangannya. Dia memeluk tubuh kekasihnya dari belakang, tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Untuk sejenak, hati Alana berdesir, tetapi ternyata desiran itu berubah menjadi luka yang sangat dalam.

"Anggap saja tidak terjadi apa-apa," bisik Albian seperti sengaja menambah luka dalam hati Alana.

Gadis malang itu memejamkan mata, dia berdiri di antara dua pilihan. Cinta tidak membutakannya, dia hanya malu jika melapor ke kantor polisi dan masalah itu diketahui oleh media. Sudah cukup dia mempermalukan orangtuanya. Alana mendesah berat menyesali semuanya.

Air mata pun merembes keluar, dia berusaha melepaskan diri dari pelukan itu, lalu berbalik dan memukul dada bidang Albian. Dia tidak ingin diperlakukan serendah itu lagi karena bagi Alana, hubungan mereka sudah berakhir.

"Jangan memeluk lajang sepertiku atau kamu akan ternodai. Kamu menyebutku lajang, bukan? Seharusnya kamu–"

"Pulanglah, aku nggak mau ngeliat kamu lagi. Aku memelukmu sebagai bentuk perpisahan. Jangan pernah datang ke sini lagi, aku pastikan semuanya sia-sia. Kamu mengerti?" potong Albian mendorong pelan bahu Alana hingga gadis itu berada di ambang pintu.

Mereka yang pernah saling mengasihi bahkan dekat bagai urat nadi, kini berubah asing. Alana sama sekali tidak pernah menyangka takdirnya akan seperti itu. Padahal pagi tadi mereka masih saling bercumbu bahkan mengucap beragam kata romantis di sela aktivitas kotor mereka dan semuanya berubah ketika Alana mengungkapkan berita kehamilannya itu.

Andai saja Alana tidak pernah mengatakannya, apakah Albian masih akan terus mengaku cinta dan sayang sampai bayi itu lahir? Sebenarnya apa yang membuat Albian merasa berat untuk bertanggungjawab sementara mereka adalah sepasang kekasih? Apakah mungkin ada sosok lain yang sudah menguasai hatinya?

"Al, mungkin kamu masih shock, jadi aku akan memberimu kesempatan," lirih Alana masih mencoba mengalah begitu teringat pada ibunya di rumah.

"Sudah kubilang, kita putus!" Albian mengulangi kalimatnya dengan sorot mata tajam.

"Kamu serius mutusin aku?"

"Iya, aku serius, makanya jangan pernah datang ke sini lagi! Kita emang bukan jodoh dan kamu harus bisa menerima takdir, Na. Kamu jangan menyiksa diri sendiri dengan terus berharap sama aku. Aku nggak bisa berbuat banyak, masih banyak laki-laki lain di luar sana yang suka sama kamu. Tolong, mengerti!"

Setelah itu, Albian mendorong bahu Alana sampai gadis itu jatuh ke belakang, kemudian menutup pintu rumahnya kasar. Sementara di depan sana, Alana menekan dada kirinya karena terasa sakit. Dia menangis tersedu-sedu begitu lama tanpa menyadari kalau Nia—kakak kandung Albian—berdiri di sana.

"Na, kamu mantan Albian, 'kan? Ngapain di sini?"

Alana mendongak, spontan berdiri ketika melihat wajah seorang gadis yang sangat mirip dengan kekasihnya. "Mantan Albian?"

Masalah baru kembali menambah beban pikiran Alana. Memang benar kalau mereka sudah menjadi mantan karena Albian memutuskan hubungan mereka tadi. Akan tetapi, kenapa Nia bisa tahu hal itu? Bukankah hanya ada mereka berdua di sana dan gadis itu datang dari arah belakang?

Alana berpikir semua ini adalah rencana mereka untuk merusak mental gadis itu. Jika saja Nia tidak terlibat, tidak mungkin dia tahu kalau Alana sudah menjadi mantan. Untuk itu, dia harus berhati-hati sebelum melihat senyum kemenangan di bibir Nia.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Mia Harjoni
lajang atau jalang thor?
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • BALAS YANG DIPERJUANGKAN USAI DIBUANG   Bab 4. Ma, Maafin Aku!

    "Dia mantan kamu, 'kan?" tanya Nia lagi memastikan."Iya, mantan, tapi baru tadi diputusin."Nia menghela napas berat. Kini, gadis yang satu tahun lebih tua dari adiknya itu tahu kalau Albian memang tidak mencintai Alana lagi, sejak beberapa bulan terakhir. Jika memang cinta, seharusnya dia tidak mengatakan kalau mereka sudah berpisah."Oh, gitu." Nia memindai sekitar, kemudian mendekati Alana seraya berbisik. "Na, lebih baik kamu pulang dan nggak usah nyari Al lagi. Kamu udah nggak punya tempat di hatinya. Aku kasihan loh kalau ngeliat perempuan nangis gara-gara pacarnya, apalagi kalau itu kamu. Perempuan itu harus punya harga diri!"Alana mundur begitu mendengar apa yang diucapkan Nia. Gadis itu tahu kalau dia sedang mendapat sindiran. Sekalipun Nia selalu membantunya bertemu Albian, tetap saja bisa berubah dalam sekejap. Bukankah siang akan berganti malam apabila sudah waktunya?"Aku nggak perlu disuruh pergi. Tenang aja, aku nggak bakal ngusik Albian lagi, kok.""Bagus, aku juga n

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-22
  • BALAS YANG DIPERJUANGKAN USAI DIBUANG   Bab 5. Disoraki Tetangga

    Sepanjang malam, Alana tidak bisa tidur bahkan sulit untuk memejamkan mata barang sebentar. Dia sibuk memikirkan bagaimana cara lepas dari masalah itu tanpa harus menciptakan masalah yang lain.Sinar mentari menembus kamar melalui celah ventilasi dan Alana masih duduk memeluk lutut di tempat tidurnya. Ada garis hitam di bawah mata gadis itu, dia terlihat kuyu tidak terawat. Perutnya merasakan lapar yang luar biasa karena sang ibu melarangnya makan tadi malam.Ponsel gadis itu berdering. Ketika menoleh ke nakas, dia melihat nama Albian tertera di sana. Sebuah senyum tersungging di bibir Alana, lalu lekas mengangkat telepon. "Halo?""Na, hubungan kita benar-benar berakhir kemarin, nggak ada kesempatan kedua dan aku sudah menemukan penggantimu. Lupakan tentang cinta dan harapan yang kita bangun bersama. Janin itu ... gugurkan saja karena sampai kapan pun aku nggak akan pernah mengakuinya. Tidak ada bukti kuat kalau aku ayah biologisnya."Sebelum Alana kembali membuka suara, panggilan sud

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-22
  • BALAS YANG DIPERJUANGKAN USAI DIBUANG   Bab 6. Beragam Tuduhan

    "Kenapa nggak masuk?" tegur Ranti membuat. Alana tersentak. Gadis itu segera mengalihkan pandangannya agar tidak ketahuan."Ma, ada hal penting yang mau aku omongin."Ranti mengangguk pelan. Jika boleh dikata, wanita tua itu masih sangat kecewa pada anaknya. Akan tetapi, jika terus mendiamkan Alana, maka besar kemungkinan anak gadisnya akan semakin tertekan dalam dosa masa lalunya."Kemarin, semoga Mama mau maafin aku karena sempat marah waktu ditanya tentang Albian. Maaf, Ma, aku nggak berhasil memintanya bertanggungjawab. Aku sudah berusaha sebisa mungkin, tetapi dia tetap menolak bahkan mengusirku dari sana. Mungkin benar, kami bukan jodoh dan aku akan berjuang sendiri untuk menjaga kandungan ini, lalu membesarkannya tanpa ayah," kata Alana yakin begitu mereka duduk berhadapan di kursi ruang tamu.Tidak ada jawaban, Ranti hanya menatap Alana lekat. Gadis itu ingin menunduk, hanya saja dia penasaran apa yang ada dalam benak sang ibu. Dia tidak tahu kalau sebenarnya Ranti dengan menc

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-10
  • BALAS YANG DIPERJUANGKAN USAI DIBUANG   Bab 7. Berujung Adu Mulut

    Napas Albian memburu, lelaki itu terlihat sangat gugup. Alana sendiri menunggu jawaban sambil mengepalkan kedua tangannya erat. Seorang lelaki yang sudah menodai kesuciannya, juga datang untuk menghina dan menjatuhkan harga dirinya. Apakah ada kata maaf dari Alana? Mungkin itu sesuatu yang mustahil terjadi. "Aku nggak mungkin tahu kalau Alana di rumah sendirian kalau saja dia nggak ngasih tahu. Jadi, Alana ngundang aku ke sini bahkan berani bawa aku ke kamarnya. Tentu sebagai lelaki normal, aku tergiur untuk melakukan sesuatu yang lebih terutama Alana tidak melakukan penolakan. Siapa yang mau menyia-nyiakan kesempatan emas? Pemuda di luar sana juga akan melakukannya kalau berduaan dengan gadis seksi dalam kamar. Apa aku benar?" "Hentikan bualanmu itu, Al. Aku mungkin sudah tidak suci lagi, tetapi kamu harus tahu kalau aku bukan pelacur!" gertak Alana semakin merasa terhina. Dia menyesal pernah menaruh hati dan kepercayaan pada sosok seperti Albian. Jika saja tahu mereka akan berakhi

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-10
  • BALAS YANG DIPERJUANGKAN USAI DIBUANG   Bab 8. Kenapa Harus Dia?

    Alana murka karena melihat Albian datang bersama Bella. Kenapa harus gadis itu yang berdiri di sisinya? Akan tetapi, Alana harus menyembunyikan rasa cemburu sebelum terbaca oleh mereka berdua. Kedatangannya ke rumah itu bukan untuk bertengkar apalagi menambah beban pikiran. Entah kenapa dia sendiri merasa yakin kalau Albian masih ingin kembali."Kamu ternyata emang tempramental, ya, Na? Tante Hesti itu saudara kandung mendiang mamaku, tetapi kamu malah menjambak rambutnya. Selain itu, umur kalian terpaut jauh, di mana sopan santunmu? Apa mungkin kamu masih sakit hati? Ayolah, lupakan saja masalah itu biar kamu bisa hidup tenang."Alana tertawa kecil mendengar penuturan Albian. Melupakan? Apa dia sudah gila? Oh, tidak, Alana harus bisa mengalahkan mereka bertiga bahkan ketika dia harus kehilangan nyawanya. Bukankah bagus jika mereka menjadi tersangka pembunuhan?Sekarang pandangan matanya fokus pada Bella yang menatap penuh tanda tanya. Namun, Alana tidak ingin mengambil pusing selama

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-11
  • BALAS YANG DIPERJUANGKAN USAI DIBUANG   Bab 9. Balas Melukai?

    "Antar?" Alana berdecih. "Aku bisa pulang sendiri, tetapi sebelum itu kamu harus jawab, sejak kapan kamu pacaran sama Al?"Jantung Alana berdegup terlalu cepat karena tersulut emosi. Ah, bahkan rasa amarahnya sudah sampai di ubun-ubun. Berulang kali dia menarik napas panjang dan mengembuskan perlahan agar bisa menenangkan diri. Dengan perasaan malu kepada Tuhan, dia membaca dzikir karena pernah mendengar penceramah meminta para jamaah untuk berzikir ketika pikiran sedang kacau."Besok sudah tiga bulan. Puas?"Tiga bulan? Itu bukan waktu yang singkat. Berarti selama ini Albian berbohong bahwa dirinya sibuk di luar untuk mencari pekerjaan, ternyata demi menemui Bella. Meskipun masih samar, Alana yakin itu lah yang terjadi. Dalam tiga bulan itu pula, dia sering dicium secara tiba-tiba sehingga melahirkan bunga-bunga cinta.Alana tidak menduga jika Albian melakukannya karena tidak ingin ketahuan telah selingkuh. Setiap sentuhan darinya ternyata berubah menjadi kutukan dan penghinaan. Alan

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-11
  • BALAS YANG DIPERJUANGKAN USAI DIBUANG   Bab 10. Bertemu Orang Asing

    "Kamu sudah gila? Aku bahkan tidak tahu nama kamu, tapi sudah ngajak pacaran aja. Kamu siapa, sih?!"Lelaki itu melepaskan cengkramannya, beralih menjabat paksa tangan Alana. Dia tersenyum penuh percaya diri seolah dia seorang pangeran. "Aku Rasya, ingat itu."Alana tertegun. Dia berusaha memutar otak mengingat hari-hari sebelumnya. Tidak, bahkan sejak kecil gadis itu belum pernah mempunyai teman dengan nama Rasya. Akan tetapi, lelaki itu terlihat familiar, entah dia datang dari mana."Aku nggak kenal sama kamu.""Jangan jutek seperti itu, Na. Kalau kamu nggak kenal sama aku, lebih baik aku perkenalkan diri. Gimana?"Lelaki yang sangat nekat, Alana bisa langsung menebak kalau dia tipikal egois dan ingin menang sendiri. Namun, mengajak berpacaran di pertemuan pertama membuat gadis itu merasa curiga.Tentu bukan tanpa alasan dia mengutarakan cintanya bahkan ketika menatap mata Rasya, yang ada hanya kebohongan dan luka di sana. Alana memahami karena sudah sering berkaca dengan ekspresi i

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-11
  • BALAS YANG DIPERJUANGKAN USAI DIBUANG   Bab 11. Pacar Bohongan

    "Oke, deal. Kita pacar bohongan demi misi. Tapi aku masih bingung harus ngelakuin apa dan sebelum itu ada yang mau aku kasih tahu ke kamu, Sya." Alana berucap ragu.Bukankah kehamilannya adalah sebuah aib dan sama saja bodoh jika memberitahu Rasya tentang janin itu? Mereka tidak saling mencintai dan ada kemungkinan Rasya membatalkan kerja sama mereka. Namun, kalau terus diam apakah kelak tidak menyesalinya?Alana menggigit bibir bawahnya begitu Rasya menatap lekat menunggu Alana kembali bicara. Selain Bella, dia tidak pernah punya teman dekat karena di luar sana banyak teman yang memakan teman sendiri dam ternyata hal itu terjadi padanya juga. Alana juga takut jatuh cinta jika saja sering bertemu sama Rasya."Kamu mau ngasih tahu apa mau nanya? Mau nanya aku kerja apa? Tenang saja, papaku orang kaya dan tahun depan bakal jadi pewaris tunggal, meskipun sekarang masih yah lebih sering kumpul sama teman. Istilahnya menikmati masa pengangguran sebelum benar-benar sibuk. Lagian kita cuma p

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-11

Bab terbaru

  • BALAS YANG DIPERJUANGKAN USAI DIBUANG   Bab 150. Akhir yang Indah

    Selesai mandi sore, Alana memilih mengurung diri dalam kamar bersama putra kesayangannya karena Ali sedang terlelap. Merasa jenuh, akhirnya dia membuka aplikasi sosial media. Mulai dari Instag-ram, Face-book hingga aplikasi hijau yang dikenal dengan sebutan Whats-App.Alana membuka story teman-temannya. Mereka memang masih saling menyimpan kontak, tetapi tidak pernah bertukar pesan selain menonton story masing-masing. Terutama Alana yang memang tidak mau mempublish masalahnya ke media sosial.Menyebar masalah ke sosial media bagi Alana itu buruk. Selain mengundang gibah, beberapa dari mereka juga bertanya bukan karena peduli atau ingin memberi solusi melainkan kepo saja. Lagi pula, masalah rumah tangga itu hal privasi.Alana menekan layar ponselnya ketika tiba di story Whats-App milik Rasya. Ada foto mereka berdua di sana dengan caption 'Bidadari Surgaku' yang disertai emotikon love dan bunga mawar merah."Lah, ini bener?" tanya Alana menatap tidak percaya.Entah kenapa, tiba-tiba hat

  • BALAS YANG DIPERJUANGKAN USAI DIBUANG   Bab 149. Tumbuh Sangat Dalam

    "Sepertinya, aku harus pergi lagi sebelum perasaan ini tumbuh sangat dalam dan untuk itu aku butuh kamu," jawab Shaka dengan perasaan sedih.Hasna terdiam beberapa saat, kemudian melirik ke kanan dan kiri. Sayang sekali karena tidak ada pembeli agar dia bisa menghindari Shaka.Jujur saja, dia belum bisa membuka hati untuk orang baru. Memang benar kalau saat ini Hasna butuh seseorang untuk menemaninya menjalani hidup. Dia bosan menumpang pada Siti karena selalu dijadikan kambing hitam, dituduh dalang dari setiap masalah yang ada.Hidupnya kacau balau, terkadang Hasna ingin menyerah jika saja iman tidak ada dalam dada. Hasna mendesah kesal, entah mengapa. Saat kembali menatap Shaka, ada rasa iba dalam dirinya. Lelaki itu setengah mati berjuang melupakan Zanna, haruskah dia mengorbankan perasaan sendiri demi membantunya kembali ke hakikat diri?Berat. Hasna rasa tidak mudah mengubah pendirian seseorang. Apalagi sosok seperti Shaka yang setahu Hasna sudah lama alpa dari perintah Tuhan yak

  • BALAS YANG DIPERJUANGKAN USAI DIBUANG   Bab 148. Tawaran Gila

    I lay my love on youIt's all I wanna doEvery time I breathe I feel brand newYou opened up my heartShow me all your love and walk right throughAs I lay my love on you....Shaka sengaja mendengarkan lagu romansa dari Westlife sebagai gambaran perasaannya saat ini. Memang benar bahwa Alana lah yang membuka hatinya untuk tidak larut mencintai Zanna yang telah tiada. Sayang sekali, dia tidak bisa memiliki wanita itu.Mencintai seseorang yang sudah menikah dan suaminya adalah adik sendiri itu menyakitkan. Shaka diam-diam menghela napas berat tanpa memudarkan senyum di bibirnya. Dia ingin menikmati kesempatan itu dengan bahagia."Andai saja aku pulang lebih cepat dan ketemu sama kamu, aku yakin kita akan menjadi pasangan romantis. Aku nggak bakal ngebiarin Rasya buat nikahin kamu karena kesempatan itu nggak datang dua kali.""Andai saja kita bisa kembali ke masa lalu," gumam Alana membuang pandangan ke arah samping."Bahkan kamu lebih menginginkan aku daripada Rasya. Jelas sekali karen

  • BALAS YANG DIPERJUANGKAN USAI DIBUANG   Bab 147. Menikahlah Denganku, Alana

    Sesampainya di rumah, Ranti langsung menemui menantunya yang sedang duduk di samping ayunan Ali sambil menonton YouTube. Melihat kesedihan di wajahnya membuat wanita tua itu mengurungkan niat, kemudian menyerahkan ponselnya pada sang anak."Tadi mama sempat rekam pembicaraan kita di rumah Siti. Kamu kasih sama Rasya sebagai bukti, mama mau balik ke rumah dulu," bisik Ranti, lantas melangkah cepat meninggalkan Alana.Wanita itu melipat bibir. Jujur saja, dia sedikit kesal pada tingkah suaminya yang sangat mudah termakan omongan tetangga. Padahal, dia sudah tahu bagaimana perangai Siti selama ini. Lulusan sarjana, tetapi begitu mudah dikelabui.Alana tidak habis pikir, hatinya pun masih menyimpan perih setelah mendapat tamparan tadi. Kalau saja bukan mau bersikap dewasa, dia pasti sudah balas menampar Rasya. Ah, pikirannya kalut. Kini, pandangan mereka bertemu ... masih terlihat binar cinta di kedua matanya."Dengerin sendiri!" Alana meletakkan ponsel ibunya, kemudian ikut duduk di deka

  • BALAS YANG DIPERJUANGKAN USAI DIBUANG   Bab 146. Fitnah dari Siti Lagi?

    Rasya tentu tidak mau kalah, dengan cepat dia menyusul Alana ke kamar, kemudian membawanya ke tempat semula dengan sedikit paksaan. Dia bisa saja melanjutkan perdebatan itu dalam kamar, tetapi Ali tidak boleh ditinggal sendirian.Kembali, Rasya membuang napas berat. Ada perasaan sedih dalam hatinya karena dia percaya pada apa yang Siti katakan. Mengingat Shaka pernah menganggap Alana adalah Zanna, maka tidak menutup kemungkinan apa yang diadukan Siti benar adanya dan Alana sedang mencoba untuk lari dari masalah.Apa gunanya bertanya pada Ranti jika dia akan membela anaknya sendiri karena takut kalau Alana menjadi janda di usia muda apalagi pernikahan mereka belum terlalu lama ditambah Ali masih kecil. Memikirkan itu semua semakin menambah pikiran Rasya saja."Kalau kamu nggak percaya, ya sudah.""Hari itu saja aku lihat kamu dipeluk sama Shaka padahal ada banyak pelayan di rumah. Sementara tadi, hanya ada kalian. Setan selalu hadir sebagai orang ketiga saat ada yang berduaan. Okelah a

  • BALAS YANG DIPERJUANGKAN USAI DIBUANG   Bab 145. Sengaja Mengompori

    "Bu Siti tahu dari mana kalau Alana romantis-romantisan?"Siti mengibaskan kipasnya, padahal cuaca biasa saja. "Ya aku lihat sendiri lah. Tahu sendiri kan kalau Hasna kerja di warung mertua kamu, sebagai tante yang baik untuk Hasna dan tetangga baik buat kalian, jadinya beli nasi uduk ke sana. Eh, sebelum kesampean malah liat laki-laki lagi gendong Ali, terus Alana malah senyum-senyum tidak jelas. Agak lama sih posisi mereka kayak gitu, sesekali Alana bercandain Ali. Pokoknya aku nggak bisa gambarin secara gamblang, intinya mereka romantisan. Mungkin karena Hasna sama mertua kamu lagi keluar jadi mereka mikirnya dunia cuma milik berdua. Iya, toh?"Mendengar itu semakin menambah amarah di hati Rasya. Kedua matanya berubah merah, rahang pun mengetat sempurna. Bagaimana mungkin Alana bersikap romantis pada lelaki lain?Satu hal yang membuat Rasya bingung. Dia belum bisa menebak siapa lelaki yang berhasil merebut posisinya. Sejak dulu Rasya sudah berpesan agar Alana tidak pernah tersenyum

  • BALAS YANG DIPERJUANGKAN USAI DIBUANG   Bab 144. Tenang Bersamanya

    Hari kedua Shaka bekerja, dia ternyata sosok yang rajin. Datang lima menit lebih cepat dan pulang lebih lambat karena membantu Ranti membereskan warung terlebih dahulu.Sebenarnya Ranti masih sungkan mempekerjakan saudara menantunya, tetapi dia terus mendesak. Sudah berulang kali Ranti memintanya pulang ke rumah atau bekerja di kantor, Shaka tidak pernah mengindahkannya.Sekarang, jam sudah mendekati pukul tiga sore dan Shaka belum juga kembali sejak empat jam yang lalu. Ada rasa khawatir yang menyelimuti jiwa Ranti dan juga Hasna karena makanan-makanan itu diantar tidak terlalu jauh dari rumah dan jumlahnya pun tidak banyak.Dalam waktu normal, Ranti memperkirakan Shaka sudah tiba di rumah sejak setengah jam yang lalu. Entahlah, dia mendesah ingin putus asa terutama ketika Hasna mengatakan kalau nomor telepon Shaka tidak aktif. Ke mana dia? Apa dia baik-baik saja?"Kalau Shaka kenapa-napa?""Hust!" Ranti menempelkan jari telunjuknya di bibir Hasna beberapa detik, kemudian melanjutkan

  • BALAS YANG DIPERJUANGKAN USAI DIBUANG   Bab 143. Melamar

    Hari sabtu, hari yang biasanya Alana nantikan karena Rasya tidak harus berangkat ke kantor. Bagaimana dengan sekarang? Mungkin sedikit sulit karena sudah beberapa hari ini tidak ada canda dan tawa di antara keduanya.Rasya hanya akan berbicara pada Alana ketika ada sesuatu yang penting, begitu juga sebaliknya. Alana bukan tidak mau meraih rida suami, tetapi Rasya yang terlihat menghindari.Tepatnya karena merasa bersalah. Entah kenapa lelaki itu sangat sulit mengurai kata maaf di hadapan Alana. Rasa bersalah yang terlalu dalam, mungkin. Sekarang pun dia sengaja berlama-lama di kamar mandi karena khawatir berpapasan dengan Alana.Sementara Alana sendiri melipat pakaian yang dia cuci kemarin karena Ali terlelap di dalam ayunan. Untung saja pangeran mereka tidak lagi rewel, mungkin saja berusaha mengerti keadaan orangtuanya.Jam sudah menunjuk angka delapan, Ranti yang berada di penjualan terlihat penat. Dia pun memilih duduk sebentar karena tadi malam harus begadang setelah menerima pes

  • BALAS YANG DIPERJUANGKAN USAI DIBUANG   Bah 142. Overprotektif

    "Tidak mungkin, Na. Aku nggak yakin ada yang suka sama aku. Kamu tahu sendiri aku nggak ada kelebihan selain jago jualan." Hasna tertawa renyah, kemudian melanjutkan, "sulit. Aku harap tidak ada."Alana tersenyum hangat. Kalau dia jadi Hasna, mungkin akan merasakan hal yang sama pula. Hidup di perantauan bersama seorang tante yang sangat cerewet dan senang memfitnah orang itu tidak menyenangkan, hari-hari berlalu pasti dipenuhi dengan tekanan yang membebani pikiran apalagi jika dijadikan babu karena hidup menumpang.Sebenarnya bukan menumpang semata, Hasna juga menyisihkan gajinya untuk membeli beras atau lauk, tetapi tetap saja Siti menganggapnya beban dan kalau suatu hari nanti ada yang berniat baik, tentu merupakan berita baik.Ada satu masalah, Hasna tidak akan semudah itu mendapat restu. Dia yang kini hidup jauh dari kota kelahirannya memaksa diri untuk tetap tenang, sabar dan selalu semangat dalam keadaan apa pun. Hasna sebenarnya sangat butuh dukungan dari keluarga, hanya takdi

DMCA.com Protection Status